Hari semakin siang, tapi langit semakin gelap dan awan mendung berkumpul di cakrawala. Alleia melangkah keluar, hatinya berat dengan beban kata-kata Sabian.
Para penduduk desa bergerak tanpa menyadari ketegangan yang terjadi di atas kepala mereka. Alleia merasakan tarikan badai di tulang-tulangnya, sebuah perasaan mendesak yang mendorongnya untuk bertindak.
Saat ia mengumpulkan perbekalannya, gemuruh guntur pertama bergema di kejauhan. Langit meletus dalam kilatan petir, menerangi desa dengan sangat kontras. Kepanikan melanda jalanan dan para penduduk bergegas mengamankan rumah mereka.
"Alleia!" suara El-Roi membelah kekacauan.
Dia muncul dari kegelapan yang semakin pekat, urgensi terukir di wajahnya. "Kita harus membantu! Badai datang lebih cepat dari yang kita perkirakan!"
Saat tetes pertama hujan mulai turun, jantung Alleia berdegup kencang tapi dia masih sanggup memberikan anggukan pada El-Roi.
"Kita harus membawa semua orang ke tempat yang aman!" putus Alleia.
Bersama El-Roi, mereka berlari di jalanan, memanggil tetangga mereka, membantu keluarga-keluarga menemukan tempat berlindung dari badai yang akan datang.
Angin menderu, dan hujan turun dengan derasnya, mengubah bumi menjadi lumpur yang licin. Denyut nadi Alleia berdegup kencang ketika dia melihat sekelompok anak-anak terjebak di bawah atap yang runtuh.
"El-Roi, di sana!" seru Alleia sambil menunjuk dan keduanya berlari ke arah bahaya.
Dengan gerakan cepat, El-Roi mulai membersihkan puing-puing, kekuatannya tak tertandingi saat dia mengangkat balok-balok berat dengan mudah. Alleia berlutut di samping anak-anak, tangannya gemetar.
"Tidak apa-apa. Kalian aman sekarang," ucapnya dengan nada meyakinkan, suaranya tetap tenang meskipun ada kekacauan di sekelilingnya.
Dengan cepat ia memeriksa luka-luka mereka, pikirannya berpacu untuk mengingat ramuan yang dapat meringankan rasa sakit mereka.
Saat itu, suara guntur yang memekakkan telinga membelah langit, dan gelombang energi mengalir di udara. Alleia merasakan sebuah hubungan aneh yang menariknya, seolah-olah badai itu sendiri hidup, mendesaknya untuk mendengarkan.
Dia memejamkan matanya, menjangkau dengan indranya, dan pada saat itu, dia mendengarnya, yaitu tangisan sedih dari roh-roh elemen, terperangkap dalam gejolak kemarahan dan kesedihan.
15.08.24 (09.17)
YOU ARE READING
The Wounded Sky (END).
FantasiSaat tetes pertama hujan mulai turun, Alleia membuka mata dengan tekad berkobar di dalam dirinya. Dia dapat merasakan keresahan para roh yang berteriak minta tolong, terbelah antara kemarahan dan kedamaian yang pernah mereka kenal. Sebuah kekuatan...