11# Man

711 100 19
                                    

Dalam setengah jam terakhir, Lean diam-diam menemukan Ricky sudah menguap setidaknya sekitar tiga kali. Bocah itu menatap tak minat pada buku tulis di depannya. Sementara Lean yang berada di sampingnya—sejak tadi membantu Ricky mengerjakan PR matematika— hanya terkekeh geli karena melihat si Adik bungsu yang terus-terusan memaksa matanya untuk terbuka.

"Tumben banget baru jam delapan udah ngantuk?" Ucap Lean diakhiri dengan kekehan pelan.

Ricky lantas menoleh kemudian mendesah pelan. "Matematika kalau jadi orang pasti udah bonyok," katanya yang terdengar tidak nyambung sama sekali dengan ucapan si Kakak.

"Maksudnya gimana sih?" Tanya Lean kemudian.

"Aku tuh ngantuk karena ngerjain matematika ini, Kak, susah dipahamin jadi bikin ngantuk." Jawab Ricky sebal.

Si Kakak lantas terkekeh. "Mana yang susah? Kakak ajarin lagi," ucapnya dengan tulus.

Padahal sudah hampir satu jam Lean senantiasa membantu dan mengajari Ricky mengerjakan PR nya, tapi bocah itu masih saja menggerutu kesal karena tidak paham.

"Semuanya. Aku belum ngerti semuanya, susah banget ini." Ucap Ricky.

Lean lantas menghela napas berat. Harus bagaimana lagi dia menjelaskan kepada Adik bungsunya itu agar ia cepat paham. Padahal matematika itu tidak se-susah yang Adiknya itu pikirkan, asal ia tahu rumusnya maka pasti akan bisa mengerjakannya. Tapi nyatanya kepintaran setiap orang itu berbeda-beda, jadi tidak bisa di sama ratakan.

"Yaudah, Kakak jelasin lagi dari awal." Kata Lean kemudian.

Lelaki dengan stok sabar terbanyak itu sama sekali tidak keberatan untuk menjelaskan dari awal lagi supaya si Adik bisa paham dan mengerti.

Tapi karena pada dasarnya Ricky sangat membenci pelajaran menghitung itu, ia malah menatap tak suka pada Lean kemudian mencebik kesal.

"Otak aku udah nggak bisa nampung lagi kocakk!!! Mau Kak Lean ngejelasin sampai gajah bertelur juga aku nggak bakalan paham, Kak. Udahlah, udahan aja ngerjainnya. Besok aku nyontek Juan aja di sekolah." Ucap Ricky lalu menutup bukunya.

"Juan aja nilainya sama kayak kamu, sering remed juga. Mau ngarepin apa kamu sama Juan? Ayo, Kakak ajarin lagi sampai kamu bisa." Lean menarik buku Ricky lalu membukanya lagi.

"Udah plis, aku udah nggak sanggup. Matematika tuh bukan jodoh aku, jadi aku nggak bakalan bisa ngertiin dia." Jawab Ricky asal.

Lean akhirnya menghela napas pasrah. "Padahal matematika kalau jadi orang pasti disayang," ucapnya yang juga terdengar asal namun sebenarnya Lean sungguhan akan menyayangi matematika sebab itu adalah pelajaran favoritnya.

"Kak Lean dulunya pas pembagian kepintaran pasti datangnya paling awal dan depan sendiri, makanya bisa pintar banget kayak google. Sedangkan aku kesiangan jadinya nggak kebagian, agak bodoh gini deh." Ujar Ricky dramatis.

Lean yang mendengar itu hanya bisa tertawa kecil. Adiknya selalu berlebihan dalam hal apapun. Padahal Lean sendiri bisa pintar seperti google dan tau segalanya karena ia rajin belajar. Berbeda dengan Ricky yang sangat malas jika disuruh belajar.

"Harusnya Kak Lean bikin trend tiktok aja. Marriage is scary kalau pasangannya bukan Leandro Kenny Sebastian. Laki-laki tampan idaman kaum hawa yang baik hati, wangi, kaya raya, penyayang, sabarnya seluas samudra, kalem, nggak pernah neko-neko, dan pintar yang pastinya bisa membimbing pasangannya ke jalan yang lurus, dan akan selalu nge-treat wanitanya like a princess. Pokoknya Kak Lean itu paket komplit, spesial karetnya dua, nggak ada celah." Ucap Ricky mengabsen sikap dan sifat si Kakak tanpa ragu.

Sedangkan yang mendapat pujian seperti itu hanya bisa menggelengkan kepalanya malu-malu.

"No, you're overreacting. I still have a lot of shortcomings." Jawab Lean.

Awesome Lil' Brothers 2 | ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang