16# Kucing dan Bensin

688 101 20
                                    

Semua tertawa gemas saat melihat wajah Valeno kini sudah dipenuhi dengan bedak sebab beberapa kali kalah dalam permainan uno siang ini.

Sepulang sekolah mereka—Valeno, Milo, Ricky, dan Richard— langsung duduk melingkar di karpet berbulu yang ada di ruang tv untuk bermain uno.

Milo yang mengajak mereka semua bermain, padahal masih memakai seragam sekolah dan tas serta sepatu berserakan di lantai. Mereka semua tidak tega menolak tentu saja. Apalagi saat Milo menunjukkan ekspresi seperti seekor anak kucing yang kelaparan.

Ngomong-ngomong, semalam Richard menginap di rumah ini sebab masih belum ingin pulang ke rumahnya. Harris dan yang lainnya ingin membantu bocah itu supaya Papanya tidak menyiksanya lagi dengan cara melaporkan lelaki itu ke kepolisian, tapi Richard menolak.

Dia tidak ingin sang Papa masuk ke dalam penjara. Sebab bagaimanapun juga, beliau adalah Ayah kandungnya dan Richard tetap menyayanginya sebagaimana perasaan seorang anak terhadap Papanya.

Terlalu asyik bermain uno sampai-sampai tidak menyadari kedatangan tamu di rumah ini, Juan yang baru saja datang hanya bisa mendengus melihat mereka semua.

"Lagi pada main apaan ya? Asyik banget, sampe gue dateng dicuekin." Kata Juan lalu mengintip ke tengah.

"Main? Orang lagi nonton film biru kok." Jawab Ricky asal yang langsung mendapat gelengan kepala dari kedua Kakak kembarnya.

"Kayak yang berani aja nonton begituan di rumah." Sewot Juan.

"Lah malah nantangin kocak!!" Cibir Ricky.

Juan langsung menaikkan sebelah alisnya. "Emang berani?" Tanyanya.

"Ya kagak lah toloollll! Nyari mati aja nonton begituan di rumah." Ujarnya. Semuanya lantas tertawa.

"Nonton apa?" Tanya Shaka tiba-tiba, lelaki itu baru saja turun dari lantai atas dengan muka bantalnya yang menandakan jika ia baru saja bangun dari tidur siang.

"Mas Shaka? Katanya Ricky mau nonton bo---"

"Gue gampar ya mulut lo, Juan!!" Ricky langsung membekap mulut ember sohibnya itu dan menatapnya dengan kesal. Juan lantas tertawa terbahak-bahak.

"Ganti baju dulu sono, baru main. Pulang sekolah bukannya bersih-bersih diri dulu malah main. Itu tas taruh ke tempat asalnya, jangan di lantai kayak gitu. Juan kalo mau nginjek karpet, sepatunya dilepas dulu!" Omel Shaka kepada Adik dan teman Adiknya itu.

Sebagai orang yang cinta akan kebersihan, pantang bagi Shaka jika membiarkan mereka semua bermain di rumah ini dengan keadaan kotor. Apalagi mereka baru pulang dari sekolah, yang artinya mereka pasti sudah banyak melakukan kegiatan yang membuat tubuh mengeluarkan keringat yang bercampur dengan bakteri-bakteri dari luar.

"Tapi aku nggak bawa baju ganti, Mas. Aku begini aja, nanti cuci muka, tangan, sama kaki aja." Kata Juan.

"Ya lo ngapain pulang sekolah bukannya langsung pulang ganti baju dulu, terus baru main? Kenapa langsung ke sini? Udah pamit sama Emak lo belum? Entar dicariin." Ujar Shaka.

"Tadi nggak ada niatan mau main ke sini, Mas. Ini dadakan aja sih, terus tadi pas di jalan aku nemu kucing dan inget sama Kak Milo yang katanya pengen melihara kucing. Jadi aku ke sini mau sekalian ngasih kucing ini ke Kak Milo." Juan membuka kantung kresek yang sejak tadi dibawanya dan mengeluarkan seekor anak kucing berwarna coklat.

Semua orang lantas terkejut dan menatap Juan tidak habis pikir. Namun lebih terkejut lagi ketika mereka baru menyadari jika kantung kresek yang dibawa Juan tadi ternyata berisi seekor anak kucing. Anehnya, anak kucing itu sama sekali tidak berisik dan anteng berada di dalam kantung kresek.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Awesome Lil' Brothers 2 | ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang