14# Minggu Damai

616 96 33
                                    

Shaka dan Lean yang baru saja pulang dari membeli bubur ayam di gang depan langsung mendengus ketika melihat Rayyan tidur di atas sofa ruang tamu dengan terlentang dan mulutnya terbuka.

"Orang gila mana yang masih pagi udah tidur lagi?" Ujar Shaka keheranan.

"Bang Ray lah orang gilanya." Jawab Lean. Lelaki itu kemudian memukul kaki Abangnya beberapa kali untuk membangunkannya. Namun tetap saja, Rayyan masih betah berada di alam mimpinya, padahal Shaka juga ikut menepuk-nepuk pipinya.

"Bang, wake up! Let's have breakfast." Kata Lean sambil menarik-narik kaki Rayyan.

"Kebo banget ishh!!" Ucap Milo tiba-tiba, bocah itu baru saja datang dari kamarnya dengan penampilan yang terlihat sangat segar dan wangi, menandakan jika ia baru saja selesai mandi.

"Abang, bangun! Ayo sarapan!" Bisik Milo tepat di samping telinga Rayyan, lalu meniupnya. Si empu lantas merasa terganggu dan langsung membuka matanya. Mengerjap sebentar, lalu tersenyum menatap Milo.

"Kenapa kok tidur lagi di sini?" Tanya Milo keheranan. Setahu dia, tadi Abangnya sudah bangun dan keluar dari kamar untuk mengambil minum. Tapi alih-alih menuju ke dapur, si Abang malah menuju ke ruang tamu dan kembali melanjutkan tidurnya di sana.

"Kamu habis mandi? Mau ke mana?" Bukannya menjawab pertanyaan sang Adik, Rayyan justru balik bertanya.

Lelaki itu kemudian bangkit dan berdiri mendekat ke arah Milo lalu mencium pipi kanannya dengan tiba-tiba. "Wanginya, anak kucingku." Ucapnya lalu mengusak surai gelap Milo.

"Abang jorok! Belum mandi juga main cium-cium aja!" Kesal Milo lalu mengusap pipi kanannya berkali-kali. Rayyan hanya terkekeh menanggapinya.

"Mau ke mana kamu? Kok udah rapi aja?" Tanya Rayyan kemudian.

"Mau beli parfum, parfum ku udah habis. Abang mau temenin aku nggak? Aku mau ganti parfum, tapi bingung mau ganti parfum apa. Nanti Abang bantu pilihin ya? Abang kan pintar kalau milih parfum." Jawab Milo.

Sebenarnya di rumah ini, ada Lean juga yang pintar dalam memilih parfum. Kedua Kakaknya itu selalu punya koleksi beberapa parfum yang wanginya sangat harum dan tahan lama. Tapi hari ini Milo ingin di temani oleh Rayyan saja.

"Nggak usah bingung milih parfum, kamu itu harusnya ganti pakai parfum zwitsal aja. Wanginya cocok sama kamu yang masih bayi begini." Jawab Rayyan santai sambil menaik-turunkan alisnya menatap si Adik.

Mendengar jawaban sang Abang, Milo lantas mendengus. "Nggak sekalian pakai minyak telon sama bedak bayi aja, Bang?! Katanya.

"Nah itu juga boleh, nanti tinggal di bedong aja biar jadi bayi beneran." Ujar Rayyan antusias.

"Nggak boleehhh yaa!! Aku udah gede, sebentar lagi lulus SMA terus jadi anak kuliahan lho!!" Milo mengingatkan.

Bibir Rayyan langsung menyebik ketika Adiknya itu mengingatkannya. "Kamu kok cepet banget ya gedenya? Perasaan baru kemarin Abang mandiin kamu, gantiin kamu popok, sama nganterin kamu rias karnaval waktu SD. Tapi sekarang udah mau lulus SMA aja." Katanya dengan raut wajah sedih.

"Ya masa harus kecil mulu sih, Bang? Aneh lo!" Ucap Shaka tiba-tiba, yang langsung mendapat tatapan tajam dari Rayyan.

Milo dan Lean yang melihat itu hanya terkekeh pelan.

"Jadi Abang mau apa nggak nganterin aku?" Tanya Milo kemudian.

"Mau, anak kucing. Abang juga sekalian mau beli sepatu." Jawab Rayyan.

"Gue nitip dong, Bang." Ucap Shaka.

"Nitip sepatu?" Tanya Rayyan.

Shaka langsung menggeleng. "Nitip parfum yang wanginya udah lewat tapi orangnya ketinggalan." Jawabnya bercanda.

"SINTING BANGET, BRENGSEK!!!" Umpat Rayyan kesal.

Adik-Adiknya langsung tertawa terbahak-bahak. Jokes Shaka tidak pernah gagal untuk membuat mereka tertawa kecuali Rayyan. Lelaki itu selalu emosi ketika mendengar lelucon yang keluar dari bibir Shaka.

"Kita pulaaanggg!!!"

Harris, Valeno, dan Ricky baru saja pulang dari car free day. Di tangan Valeno dan Ricky masing-masing membawa satu kantung plastik yang sepertinya berisi makanan.

"Kalian bawa apa itu? Kan tadi udah dibilangin di group buat jangan beli makan, soalnya aku sama Shaka beli bubur ayam." Ucap Lean.

"Ini cuma telur gulung kok, Kak." Jawab Ricky.

"Pagi-pagi udah beli telur gulung aja lo, cil." Kata Shaka.

"EH KOCAK... COBA LU BELAH DADA GUA... DAN LU LIAT ISINYA APAAN.... ISINYA TELUR GULUNG.... ITU ARTINYA GUA CINTA TELUR GULUNG.... TELUR GULUNG TILL I DIE... PAHAM LU..." Teriak Ricky dengan tampang bangganya.

"Mulai stresnya...." Ucap Rayyan lalu merotasikan bola matanya.

Saudara-saudaranya hanya tertawa menanggapi.

"Kalau kamu beli apa itu, Valen?" Tanya Lean kemudian.

"Beli ice cream, Kak." Jawab Valeno.

"Odol?" Tanya Shaka.

"Hah?" Heran Valeno.

"Ice cream mintchoco kan pasti?" Tebak Shaka. Valeno langsung mengangguk.

"Apa dada kamu isinya juga cuma ice cream mintchoco?" Tanya Shaka.

"EH KOCAK... COBA LU BELAH DADA KAK VALEN... DAN LU LIAT ISINYA APAAN.... ISINYA ICE CREAM MINTCHOCO.... ITU ARTINYA KAK VALEN CINTA ICE CREAM MINTCHOCO...." Teriak Ricky lagi dengan tiba-tiba.

"STOP JADI BOCAH STRES, KY! HIDUP LU ISINYA TEMPLATE DOANG!" Rayyan berteriak kesal.

"Astaga pusingnya, masih pagi pada teriak-teriak. Mending kita makan aja yuk." Ucap Harris kemudian. Lelaki itu sejak tadi hanya terdiam menyimak obrolan Adik-Adiknya yang makin ke sini makin di luar nalar.

"Hahaha.... Ayo sarapan, entar keburu dingin bubur ayamnya. Aku mau buat kopi dulu, siapa yang mau dibuatin sekalian?" Kata Shaka.

"Aku nitip buatin susu dong." Ujar Lean.

"Kenapa nggak kopi aja, Kak?" Tanya Shaka.

"Hidup aku udah pahit, Shaka, jadi butuh yang manis-manis." Jawab Lean.

"Seorang Kak Lean hidupnya pahit? Real apa fake tuh?" Ucap Ricky heran.

"Real lah, pahit banget malah. Hidup Kakak sama aja kok kayak kalian semua. Kakak banyak hancurnya, tapi Kakak diam." Jawab Lean diakhiri dengan senyuman.

"Kak? Kok jadi sedih sih?!" Ucap Valeno, menatap Lean dengan pandangan tak biasanya.

"No, no. Lupain aja, ini bukan waktunya buat sedih-sedihan." Kata Lean lalu tertawa kecil.

"Kalau bisa nggak boleh sampai sedih juga lah!" Ucap Valeno lalu membuka bungkusan plastik berisi ice cream yang sudah hampir mencair itu. "Sudahi sedihmu, ayo makan ice cream bersamaku." Sambungnya.

Bocah itu sudah hendak membuka tutup ice cream miliknya, tapi tangannya lebih dulu ditahan oleh Rayyan.

"Boleh ngajak orang makan ice cream, tapi nanti aja. Sekarang sarapan dulu!" Ucapnya sambil menatap Valeno dengan tajam.

"Ini udah mau cair lho ice cream ku, Bang." Jawab Valeno.

"Taruh di kulkas dulu, Valeno! Pagi-pagi belum sarapan nggak boleh makan ice cream!" Omel Rayyan.

Valeno langsung menyebik dan menatap Abangnya itu tak suka. "Belom mandi udah bawel aja!!" Gerutunya lalu berjalan pergi ke dapur untuk menyimpan ice cream nya ke dalam kulkas.

"Udah-udah, yuk kita sarapan dulu." Lerai Harris. Adik-Adiknya mengangguk dan menurut. Mereka semua pun berjalan ke ruang makan untuk melakukan sarapan bersama di minggu yang damai ini.













•••••

Lagi memikirkan ide untuk bikin konflik yang serius, tapi susah bangeeeetttt:( Jadinya bikin yang ringan-ringan gini aja dulu hehe....

See u! Besok libur!

Awesome Lil' Brothers 2 | ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang