3.kebiasaan

35 1 0
                                    

VOTE DULU BARU BACA YAAA!!


....


"Ayo berangkat sama  abang!"

Remaja itu menggeleng, seperti biasa, akan menolak ajakkan yang sebenarnya sering sekali tertuju padanya.

"Yaudah kamu sendiri aja. Biar Kak Tama sama abang."

Ucapan itu membuat ia menoleh pada kakaknya, Tama.

Tama terkekeh, "enggak, udah ayo berangkat sama kakak."

Aiden Raffael, ia sudah siap dengan seragam sekolahnya. Sudah akan berangkat saat satu kakaknya mengajak berangkat bersama. Tapi seperti biasa, remaja yang sering dipanggil Raffa itu menolak.

"Gue berangkat dulu, Dan."

"Yodah, kalian hati-hati."

Raffa terbiasa berangkat dengan kakaknya. Ia selalu diantar. Walau kali ini sekolah dan tempat kerja kakaknya tidak searah. Mereka terbiasa berangkat bersama, meskipun itu hanya sampai halte bus saja.

Sekolah dan tempat kerja mereka sangat bertolak belakang. Rute yang berbeda. Jadi mereka harus berpisah setelah sampai di halte.

"Jangan lupa makan siang ya, Dek."

"Iya."

"Hati-hati," Tama mengusap lembut rambut Raffa. Sebelum membiarkan adiknya pergi.

Selalunya Tama akan menunggu sampai adiknya berangkat lebih dulu. Barulah ia yang pergi. Tidak peduli sekalipun bus rutenya datang lebih dulu. Itu sudah menjadi kebiasaan untuk Tama, sejak adiknya kecil. Jadi sampai sekarang ia tetap melakukannya.

Dulu, selalunya Tama mengantar Raffa sampai di depan gerbang sekolahnya. Tidak peduli sekolah dan tempat kerjanya searah atau tidak. Tapi sekarang tidak lagi. Karena Raffa sudah SMA, sudah bisa pulang pergi sendiri. Ia sendiri yang meminta agar kakaknya tidak perlu mengantar sampai sekolah, sejak ia masuk SMA.

Begitu busnya datang, Tama segera melangkah masuk bersama beberapa orang yang sudah menunggu.

Pratama Fernan. Tahun depan ia berusia tiga puluh tahun. Pekerjaannya adalah seorang juru masak di sebuah restoran hotel.

Awal karir Tama hanya seorang pelayan. Lalu naik menjadi juru masak. Awalnya ia hanya bekerja di sebuah restoran kecil. Tapi dengan skill yang ia miliki, ia mampu diterima sebagai chef , bahkan sudah menjadi salah satu profesional chef di restoran hotel di tempatnya bekerja sekarang. Sudah memasuki tahun ke tujuh ia bekerja di tempatnya saat ini.

Tama selalu berangkat lebih pagi. Sebenarnya terbiasa sejak dulu, karena dulu ia harus mengantar Raffa dulu. Sekarang adiknya itu tidak perlu diantar sampai sekolah lagi. Tapi sudah menjadi kebiasaan untuk Tama berangkat pagi.

Begitu sampai di tempat kerjanya, masih sangat sepi. Biar begitu, Tama langsung mengganti pakaiannya dengan pakaian khusus juru masak. Menutup area kepalanya adalah hal wajib, untuk menjaga kebersihan. Sebelum masuk ke dapur Tama juga mencuci tangannya sampai bersih.

Belum ada yang datang memang, tapi Tama bisa menyiapkan keperluannya dulu. Memastikan stok barang bukan menjadi tanggung jawabnya. Jadi ia hanya perlu menyiapkan bahan dan memasak sesuai yang diminta atau pesanan masuk.

Sebenarnya sudah ada orang-orang yang lebih dulu memasak. Mereka yang bertugas menyiapkan breakfast  tamu hotel, mereka berkeja sejak subuh tadi. Tapi Tama tidak masuk ke dalam orang-orang itu. Ia hanya memasak untuk pesanan saja.

SIBLINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang