VOTE DULU BARU BACAAA
....
Sudah hampir jam sepuluh saat Bunga baru sampai di rumah. Begitu masuk, rumah terasa sangat sepi, tapi rumahnya tidak dikunci. Lampu ruang depan menyala.
Rumah tidak terlalu besar itu memiliki tiga kamar. Satu ruang makan yang menyatu dengan dapur, dan terdapat satu kamar mandi di dekatnya. Satu lagi hanya ruangan depan yang cukup luas.
Di ruang depan itu terdapat satu sofa dan meja.
Televisi menyala, Bunga melihat seseorang terlelap di atas sofa. Ia pikir mungkin ketiduran saat tengah menonton.
Bunga segera berlalu ke dalam kamar, dua kota roti bakar yang ia bawa diletakkan di atas meja di ruang itu. Saga yang memberikan roti bakar itu untuk ia bawa pulang, sengaja dibeli untuk Bunga.
Satu kamar di rumah digunakan oleh Bunga. Ia menggunakan kamarnya sendiri, karena ia perempuan.
Jika sudah masuk ke kamar, Bunga tidak akan keluar dari kamar lagi setelahnya. Baru akan keluar saat esok hari, saat akan menjalani aktivitasnya seperti biasa.
"Dek, bangun," Tama baru saja sampai di rumah. Melihat salah satu adiknya terlelap di atas sofa ruang depan. "Adek."
"Udah makan malem?" tanya Tama setelah adiknya itu bangun.
Hanya gelengan sebagai jawaban. Membuat Tama menghela napas. Selalunya ia mengingatkan sang adik untuk makan malam saja jika ia belum pulang. Tapi Raffa tidak pernah melakukannya, dengan alasan ia ingin menunggu Tama pulang dan makan malam bersama. Padahal Tama selalu melebihkan uang saku adiknya, agar bisa membeli makan.
"Ayo makan."
Raffa mengikuti sang kakak ke ruang makan.
"Bang Daniel belum pulang?"
"Tadi belum, sekarang gak tau."
Tama mengangguk. Karena tadi ia tidak melihat ada motor Daniel di depan, berarti memang orang itu belum pulang.
Si sulung menyiapkan makan malam untuknya dan sang adik. Makanan yang ia bawa dari tempat kerja, ia pindahkan ke piring-piring. Ia membawa nasi juga, jadi tidak perlu memasaknya dulu.
"Kak Bunga udah makan?" tanya Tama pada sang adik.
"Gak tau."
"Coba tanyain."
"Kakak aja."
"Oke, tunggu sebentar," Tama berlalu dari ruang makan meninggalkan sang adik.
Pertama ia menghampiri kamar Bunga. Mengetuk pintu dan memanggilnya. Tapi Bunga mengatakan sudah makan, jadi ia tidak akan makan lagi. Beralih ke kamar di sebelahnya. Kali ini Tama langsung masuk tanpa mengatakan apapun. Kamar itu kosong. Berarti satu adiknya juga belum pulang.
"Kak Bunga doang yang ada di rumah, Dek?" Tama memastikan.
"Gatau," karena Raffa tidur tadi. Sejak pulang sekolah ia sendirian di rumah.
"Yaudah, ayo makan."
Makan malam itu hening. Hanya ada di sulung dan bungsu di ruang makan.
"Gimana? Enak?"
Raffa mengangguk.
Tama selalu pulang membawa makanan dari tempat kerjanya. Sebenarnya itu jatah makan dirinya yang sengaja ia bawa pulang untuk makan bersama di rumah. Tapi ia juga terkadang membawa makanan lebih dari tempat kerja. Daripada dibuang begitu saja kan, lagian kadang dibagikan juga, siapa yang ingin membawa pulang boleh saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
SIBLINGS
General FictionRumah tempat kembali. Rumah mereka memang sederhana, jauh dari kata cukup. Tapi karena mereka, Tama bertahan. Bagi mereka, Tama adalah rumah tempat kembali. Mereka adalah rumah bagi masing-masingnya. Rumah tempat mereka pulang, hanyalah mereka satu...