5. jajan

25 0 0
                                    


Seharusnya sejak tadi Bunga sudah pulang. Tapi karena permintaan seseorang, ia membatalkan niatnya untuk pulang ke rumah. Padahal sudah dikatakan tidak perlu menjemputnya, karena ia bisa pulang sendiri. Tapi tetap saja ia disuruh menunggu.

Akhirnya gadis itu menunggu di sebuah kafe tidak jauh dari kampusnya. Memilih untuk duduk di lantai dua outdoor, ditemani segelas minuman manis dan satu bungkus rokok, tentu tidak ia habiskan satu bungkus langsung, hanya dua batang saja untuk menemaninya membunuh waktu.

Suasana kafe cukup ramai, masih banyak meja yang dipenuhi oleh mahasiswa. Entah mereka hanya sekedar nongkrong, ada juga yang tengah melakukan rapat, mengerjakan tugas. Posisi kafenya strategis, dekat dari kampus, hanya perlu berjalan kaki untuk sampai.

Bunga memilih tempat ini juga karena dekat dari kampusnya. Ia tidak perlu berjalan jauh, karena malas.

"Anj*ng lo!"

Saga baru saja tiba, umpatan manis itu yang Bunga layangkan untuknya. Hal itu membuat Saga terkekeh, bukannya marah.

"Sorry sorry, macet banget. Gue udah usahain secepat mungkin. Tapi tetep aja telat."

"Ya lo ngapain nyuruh gue tunggu, sialan! Lo pikir gue gak bisa puang sendiri?!"

Saga meletakkan telunjuknya di depan bibir Bunga. "Udah jangan marah-marah, ntar cantiknya luntur."

"Sialan!" ia tepis kasar tangan Saga dari bibirnya.

"Gue mau ajak main. Ayo!"

"Kemana?"

"Ikut aja, ayo," Sagar meraih tangan Bunga untuk ia genggam. Lantas menariknya lembut, agar Bunga mengikutinya.

Bunga meraih tasnya dan mengikuti Saga yang menariknya meninggalkan kafe. Rokok dan koreknya sudah diambil alih oleh Saga, bahkan pria itu menyimpan di dalam saku jaket yang ia kenakan. Bunga melihat sendiri miliknya disimpan oleh Saga. Jadi ia tidak perlu takut rugi, karena isi dalam kotak itu masih banyak. Omong-omong, Bunga tidak terlalu boros menggunakan rokoknya. Karena harga satu kotak rokok cukup mahal untuknya, jadi ia harus lebih irit menggunakannya.

Saga memberikan helm yang biasa digunakan Bunga untuk gadis itu kenakan. Barulah mereka pergi meninggalkan kafe tempat mereka bertemu.

Bunga tidak tau kemana Saga akan pergi. Tapi ia juga tidak berniat tanya, toh nanti ia juga tau saat sudah sampai di tempat tujuan.

Jalanan masih macet, hal itu membuat Bunga merasa jauh lebih lelah. Padahal jika naik kereta, ia biasa mendapat tempat duduk jika beruntung. Toh ke arah rumahnya bukan rute yang ramai, malah rute sebaliknya yang ramai.

Sebenarnya Bunga ingin istirahat. Menggunakan motor membuatnya tidak bisa bersandar untuk mengistirahatkan tubuh lelahnya, seperti yang biasa ia lakukan jika menumangi kereta.

Namun Bunga sandarkan saja kepalanya pada punggung Saga. Ia lelah sekali jika seperti ini. pulang pergi menggunakan motor, tubuhnya terpaksa duduk tegap, tidak ada sandaran.

"Lo gapapa?" tanya Saga, karena merasa Bunga bersandar padanya.

"Hm."

"Kenapa?"

"Gue capek banget, bangs*t!"

Mendengar apa yang dikeluhkan Bunga, Saga menepikan motornya. Keluar dari jalur jalanan. Ia harus mengencek kondisi Bunga.

"Lo gapapa?" tanyanya lagi.

"Capek! Pegel gue naik motor, tau gitu mending naik kereta!"

"Sorry, yaudah gue pesenin lo taksi aja."

SIBLINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang