VOTE DULU BARU BACAAA YAA!!!
.....
Tama tidak bisa lagi menjaga adiknya. Karena keadaan sang adik yang semakin menurun. Takut semakin parah, apalagi Tama tidak bisa membujuk adiknya untuk makan dan minum. Akhirnya ia menghubungi seseorang, satu-satunya yang ia bisa percayakan.
Harus ujian juga, membuat Tama tidak bisa fokus hanya pada adiknya. Untuk itu dia meminta tolong.
Sudah satu mingguan Adiva, atau Diva berada di rumah Tama. Ia yang mengurus adik Tama seperti yang Tama minta.
Tinggal di kota yang berbeda, membuat Diva tidak bisa selalu memantau secara langsung Tama dan adik-adiknya. Butuh waktu lebih dari lima jam dari tempat tinggalnya menuju rumah Tama.
Selagi bisa, Diva akan membantu Tama dan memberikan yang terbaik yang ia bisa lakukan.
Adik bungsu Tama itu terkena campak. Sakit yang orang bilang dalam seumur hidup, akan mendapatkan satu kali sakit ini.
Sehari setelah sakit hari pertama, Tama langsung menghubungi Diva dan mengatakan keadaan adiknya. Diva langsung bertolak dari kotanya tinggal untuk menemui Tama dan adik-adiknya.
Diva juga yang membawa adik Tama ke rumah sakit. Karena saat Diva datang, tubuh adik Tama itu sudah mengelurkan ruam merah. Membuat Diva dapat menebak apa yang kiranya terjadi. Dan benar sekali dugaan Diva.
Diva sendiri yang merawatnya di rumah. Mengikuti anjuran dokter tentang apa yang baik untuk dikonsumsi penderita campak, juga memberi obat sesuai waktu.
Hari ketiga mulai mencapai tingkat keparahan. Dan hari ketujuh keadaannya sudah lebih membaik. Panas tubuhnya juga sudah menurun.
Tidak langsung pulang, Diva memastikan dulu anak itu benar-benar membaik. Agar saat ditinggal dengan Tama, keadaannya sudah membaik dan tidak ada sakit berulang.
Selama sakit, Tama hanya diperbolehkan sesekali saja menemui adiknya. Karena termasuk penyakit menular, jadi Tama harus menjaga dirinya juga. Apalagi ia yang akan mengikuti ujian akhir.
Pulang sekolah hari ini Tama langsung pulang seperti biasanya. Sebelum sampai di rumah, ia membeli sesuatu untuk adiknya.
Karena pagi tadi mendapati keadaan adiknya yang jauh membaik, Tama berniat membelikan sesuatu untuk adiknya, sebagai hadiah.
Begitu sampai di rumah, ia mendapati adiknya tengah duduk di teras rumah. Sendirian, tidak ada yang menemani anak itu disana. Senyum Tama sedikit terukir, ia berlari dan mendudukkan dirinya di samping sang adik.
"Halo, kenapa adek duduk sendiri?"
"Kakak."
"Masih ada yang sakit?" tanya Tama seraya menoel pipi bulat sang adik dengan telunjuknya.
Hanya gelengan sebagai jawaban.
"Ibu dimana?"
"Di dapur."
Tama mengangguk. "Kakak punya hadiah."
"Apa?" barulah anak kecil itu menoleh, menatap pada kakaknya. Karena sejak tadi ia hanya memandang lurus ke depan.
Dikeluarkan sesuatu yang ia simpan dalam saku hoodie-nya. "Ini hadiah untuk adek."
Tidak ada tanggapan dari sang adik, yang malah menatap mata kakaknya.
"Kenapa, hm? Adek gak suka?"
"Buat adek?"
"Iya, ini hadiah untuk adek. Ayo ambil."

KAMU SEDANG MEMBACA
SIBLINGS
General FictionRumah tempat kembali. Rumah mereka memang sederhana, jauh dari kata cukup. Tapi karena mereka, Tama bertahan. Bagi mereka, Tama adalah rumah tempat kembali. Mereka adalah rumah bagi masing-masingnya. Rumah tempat mereka pulang, hanyalah mereka satu...