15

211 27 3
                                    

Siang ini Sakura, Kiba dan Naruto sedang makan siang bersama di taman samping akademi, ini cukup mengingatkan dengan masalalu dengan berkumpul di tempat itu. Hanya saja suasananya cukup berbeda, Kiba dan Naruto terus saling bertatapan dengan sengit.

Wajah Sakura memerah setiap kali Kiba mengatakan jika Naruto tidak akan memiliki kesempatan karena Sakura akan memilihnya, padahal selama ini mereka tidak pernah terlihat bersama.

Tidak akan ada yang mengira jika Sakura dan Kiba akan terjebak dengan hal seperti ini, bahkan tidak pernah terpikirkan sekalipun tentang mereka. Tapi mereka saling mengambil ciuman pertama, bersama tanpa jarak selama berjam-jam.

Kiba juga menggenggam tangan Sakura, bahkan Naruto tak berani untuk melakukannya. Apalagi Kiba membantunya yang jatuh di bangunan yang belum jadi, itu sudah cukup mengesankan.

Kiba juga mulai sering menggodanya, bagaimana bisa Sakura tidak goyah dengan hal itu?

"Kenapa kau tiba-tiba melakukan ini? Kalian bahkan tidak dekat," tukas Naruto tersenyum remeh.

"Siapa bilang? Kami bahkan sudah-"

Duaaaakk

Kiba belum menyelesaikan ucapannya namun Sakura langsung memukulnya, membuat Kiba terlempar cukup jauh dari Sakura dan Naruto. Naruto bergidik ngeri menatap kondisi Kiba, seharusnya mereka tidak membahas hal seperti ini.

"Sudahlah, aku harus kembali belajar," Naruto melambai. "Sampai jumpa lagi..."

"Bilang saja kalau kau takut padanya!"

"Diam kau!"

Sakura berjalan mendekati Kiba. "Jangan membuatku memukulmu lagi, awas saja kalau kau mengatakannya."

"Hehe..."

Sakura mendengus, kini mereka berdua jalan beriringan di jalan utama desa Konoha. Sakura hanya berjalan ke rumah sakit dan Kiba mengikutinya dari samping, Sakura tidak mempermasalahkan hal itu, lagipula semua sudah mengenal mereka.

"Kau tidak berpikir bahwa kita bisa berkencan?"

"Jangan mimpi."

Kiba menaikkan sebelah alisnya. "Kau yakin?"

"Jangan mengikuti ku!"

Sakura berjalan dengan cepat meninggalkan Kiba yang hanya terdiam di tempatnya, Kiba menyentuh dadanya yang terasa berdebar. Aroma tubuh Sakura memenuhi penciumannya, apalagi pikirannya di penuhi dengan banyak hal saat bersama Sakura.

Entah kenapa raut wajah Kiba tiba-tiba berbeda, sepertinya Sakura tidak merasakan apa yang ia rasakan belakangan ini. Kiba juga sadar, Sakura selama ini menyukai Sasuke, mana mungkin Sakura bisa goyah padanya.

Kiba menyadari hal ini, biasanya Shino dan Kurenai hanya menggodanya saja. Membuat Kiba malu dan Kiba juga jadi kepikiran tentang hal itu, keinginan Kiba untuk melindungi Sakura itu timbul dengan sendirinya.

Saat mereka berada di tempat sempit yang mengharuskan mereka berdiri tanpa jarak selama berjam-jam. Kiba tak bisa menghentikan jantungnya yang terus berdebar saat itu, apalagi Sakura terlihat semakin cantik dalam jarak yang sangat dekat.

Anehnya Kiba malah terpikirkan untuk mencium bibir Sakura, meruntuhkan tembok yang membatasi mereka, menggenggam tangan Sakura dengan perasaan aneh.

Kiba hanya menerima hal itu, terpesona dengan banyak hal tentang Sakura. Bagaimana banyak hal telah terjadi antara mereka, yang tanpa mereka sadari menjadi bumerang saat hal-hal mengejutkan terjadi.

Tapi Kiba tak tahu jika bahkan saat Sakura jauh dengannya, Sakura juga merasa berdebar. Perasaan aneh yang bahkan tak mungkin mereka rasakan, tapi mereka malah saling merasakannya.

Sakura bekerja di rumah sakit dengan terus memikirkan banyak hal tentang Kiba, sebenarnya sudah banyak yang terjadi. Namun Sakura baru benar-benar memikirkan, mungkin karena selama ini Sakura hanya melihat kearah Sasuke.

Ini pertama kalinya bagi Sakura, mungkin karena Kiba mulai banyak membantunya. Membantu Sakura dalam berbagai hal, Sakura hanya baru menyadarinya saja, selama ini Sakura hanya meremehkannya.

"Hah..."

"Oh? Sakura-san?"

"Eh? Hana-san," Sakura menyapa.

"Ada aku juga disini," tukas Kiba terlihat membawa banyak kantong belanjaan.

"Kau mau pulang ya?"

Sakura mengangguk. "Iya, tapi aku ingin mampir dulu ke kedai untuk membeli makan malam."

"Kenapa? Apa kau tidak memasak?"

"Dia tidak bisa memasak, kak."

Sakura mendelik menatap Kiba yang terlihat meledeknya, itu membuat Hana terkejut, bagaimana bisa gadis seperti Sakura yang sudah menjadi dokter bahkan tidak bisa memasak.

"Astaga.. kalau begitu ayo ikut ke rumah, kau bisa makan malam dengan kami. Aku juga akan mengajarimu memasak."

"Aa, tidak perlu, aku hanya akan merepotkan."

"Tidak usah malu-malu begitu," celetuk Kiba.

Hana menggeleng. "Setelah perang besar berakhir aku jadi tidak memiliki kegiatan apapun, aku ingin melakukan hal ini agar tidak terlalu bosan di rumah saja. Lagipula ini bermanfaat buatmu, dan.. aroma mu sangat enak hehe..."

Kiba menyikut lengan Hana, sementara wajah Sakura memerah karena malu. Tetap saja klan Inuzuka mencium aroma tubuhnya, Kiba tak pernah lagi membahasnya seolah tak mencium bau apapun.

Kini Sakura berjalan mengikuti Hana dan Kiba, rasanya aneh, tapi Hana terus memaksa agar Sakura ikut dengannya. Mau tak mau Sakura kini berjalan di samping Kiba, di belakang Hana.

"Kau masih mencium aroma ku?"

Kiba mengangguk. "Tercium sangat jelas."

"Tapi kau kelihatan tidak pernah membahasnya," celetuk Sakura.

"Karena aku membiasakan diri, mungkin saja nantinya kita akan hidup bersama selamanya."

Mata Sakura membulat mendengar ucapan Kiba yang menggodanya, untung saja Hana tak mendengar pembicaraan mereka, itu karena mereka berbicara berbisik-bisik.

"Bodoh," Sakura menyikut lengan Kiba.

Sakura berjalan lebih dulu melewati Kiba dan berdiri di samping Hana, sebenarnya saat itu wajah Sakura memerah, ia tak tahu kenapa ia bisa seperti itu. Yang jelas, Sakura benar-benar malu.

"Sampai, jangan sungkan ya, Sakura-san."

Sakura mengangguk, mengikuti Hana yang masuk ke rumahnya. Sakura membantu Hana yang merapikan belanjaannya, setelahnya Hana menyuruh Sakura untuk memasak.

Awalnya Sakura menolak karena takut merusak bahan yang sudah Hana beli, tapi Hana terus meyakinkan. Sakura mulai memasak disana, sementara Hana memperhatikan, cara Sakura memasak cukup bagus dan telaten.

Hingga Hana mulai mencicipi masakan yang Sakura buat, matanya membulat, seolah perut Hana langsung sakit pada saat itu. Ini bukan hanya tidak tahu memasak, tapi rasanya benar-benar buruk.

"Bagaimana?" Tanya Sakura dan Hana tertawa canggung. "Apa seburuk itu?"

Hana menggeleng. "Maaf soal itu.. tenang saja, aku bisa memperbaikinya. Mau ku beritahu sesuatu?"

"Ya," angguk Sakura.

"Setiap makanan memiliki bahan yang tidak seharusnya berada dalam sebuah masakan, jika dalam suatu makan sebuah bahan dibutuhkan, namun bahan itu bisa sama sekali tidak dibutuhkan pada suatu makanan. Lalu, walaupun hanya sedikit potongan daging dalam satu panci, tapi airnya sampai lima gayung, masakan tidak akan terasa asin jika kau mengukur sebanyak daging."

Sementara Hana menjelaskan, tiba-tiba saja Kiba berdiri disamping Hana lalu mengambil sendok untuk mencicipi masakan buatan Sakura. Sebenarnya Kiba tidak terlalu memperhatikan pembicaraan Hana dan Sakura, ia hanya mulai merasa lapar.

"Huek! Apa ini?!"

.

.

.

Tbc...

.

Jangan lupa tinggalkan jejak
Thanks for reading, see you next chapter

Mermaid Cherry Blossom{✓}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang