Yok bisa yok vote sbelum baca.
....................
BAGIAN 07
Ting tong!
Ting tong!
Ting tong!
Baru saja Agrima berniat memoles bibir dengan lipstick mahalnya, namun bel pintu apartemen sudah berbunyi lebih dulu.
Seseorang tengah datang? Siapa dia?
Apakah si bajingan lagi bertandang?
Tidak kah orang itu merasa kapok setelah kejadian kemarin? Urat malunya seperti sudah hilang dan terus mengganggunya.
Ting tong!
Ting tong!
Ting tong!
Bel kembali berbunyi dengan nyaring.
Dibandingkan membukakan pintu secara langsung, Agrima pun memilih melakukan pemantauan lewat video pengawas.
"Kenapa malah Mas Sapta?"
Agrima kaget sendiri melihat sosok yang berkunjung ke apartemennya. Apalagi pria itu membawa buket bunga mawar besar.
Astaga ada apa gerangan?
Agrima tak berminat keluar dari ruangan rias awalnya, namun tidak mungkin juga dibiarkan Sapta terus menunggu di luar.
Agrima berjalan cepat menuju pintu.
Sebelum benar-benar dibuka, ia pun lebih dulu melihat penampilannya. Tentu harus terlihat rapi dan sopan di depan pria itu.
Sudah dikenakan gaun malam yang diberi oleh Sapta Priga Ayodya, siang tadi.
"Hai."
Sapaan sang mantan kekasih yang singkat, lengkap dengan senyuman tipis, menjadi pusat perhatian Agrima, disamping buket bunga mawar dibawa oleh pria itu.
"Mas ngapain?"
"Menjemput kamu untuk pergi ke restoran bersama, Grima. Lupa acara makan kita?"
"Aku nggak lupa, Mas."
"Tapi, nggak nyangka akan dijemput."
Agrima melihat nyata senyum Sapta Priga Ayodya jadi lebih mengembang. Dan buat jantungnya berdebar semakin kencang.
Apa yang dialaminya? Apakah ia masih menyisakan sedikit ruang di dalam hatinya untuk Sapta Priga Ayodya, tanpa disadari?
Padahal, hubungan mereka kandas sudah terhitung lama, empat tahun lalu. Jadi, ia harusnya tak menyukai pria itu lagi.
Namun, sepertinya tidak begitu.
"Grima? Ada masalah?"
Agrima sontak tersadar dari pemikirannya soal sang mantan kekasih karena kalimat tanya yang diajukan oleh pria itu.
Sapta Priga Ayodya turut mengayunkan tangan, tepat di depan wajahnya, sehingga ia dapat kembali meraih fokusnya.
"Nggak," jawabnya dengan singkat saja.
Tak akan terus terang mengenai isi kepala yang menyangkut pria itu, bisa-bisa sang mantan kekasih akan menertawakannya.
Kemudian, Agrima teringat dengan tujuan untuk menanyakan alasan pria itu datang.
"Kenapa Mas ke sini?"
"Saya ingin memastikan kamu akan pergi bersama saya untuk makan malam."
"Saya memutuskan datang ke sini."
Jawaban sudah didapatkan, dan tak cukup memuaskan rasa penasaran Agrima. Ada yang masih mengganjal di dalam hatinya.
Namun, entah bagaimana caranya untuk mengutarakan, ia tak dapat gambaran.
"Kamu sangat cocok memakai gaun ini."
Sapta Priga Ayodya sedang memuji kan?
Wajahnya mendadak panas. Harusnya tak begini reaksinya. Ia tidak boleh luluh akan semua kata-kata manis dari pria itu.
"Mas bilang pergi makan malam adalah bagian dari tugasku sebagai sekpri."
"Aku harus melakukannya." Agrima pun berusaha menjawab dengan nada dan juga ekspresi datar agar tak kentara gugup.
"Jangan berpikir yang aneh-aneh, Mas."
"Jangan berpikir aku mau makan malam, karena aku masih suka kamu, Mas," tegas Agrima kembali agar tak ada salah paham di antara mereka yang menyudutkannya.
Respons sang mantan kekasih? Senyuman pria itu semakin mengembang. Lalu, tawa kecil juga terluncur dari mulut Sapta.
Agrima ingin memprotes, namun lantas ia melihat kehadiran dari mantan kekasihnya yang lain. Benar, si bajingan Aryo.
Dibanding harus berhadapan dengan lelaki berengsek itu, lebih baik ia cepat masuk ke dalam apartemennya kembali.
Tentu tak boleh ditinggalkan Sapta Priga Ayodya di luar. Jadi, ia segera menarik pria itu dengan kekuatan penuh.
Dan sepertinya sang mantan kekasih tidak menyangka, hingga hanya bisa diam saja.
Setelah Sapta Priga Ayodya benar-benar masuk, pintu pun segera dikuncinya. Ia amat enggan bertemu dengan Aryo.
Ketika ingin menjauh dari Sapta karena rasanya mereka berada dalam radius yang amat dekat, barulah Agrima sadar jika pria itu melingkarkan kedua tangan tepat pada pinggangnya. Pantas ia tak bisa bergerak.
Sapta Priga Ayodya semakin mendekatkan wajah yang hanya terpisah beberapa inchi saja darinya. Apa akan dilakukan pria itu?
Pikiran kotor Agrima menyerukan sebuah spekulasi jika sang mantan kekasih akan mendaratkan sebuah ciuman di bibirnya.
Lalu, apa yang harus dirinya lakukan?
Mendorong Sapta sekuat mungkin supaya bisa terlepas dari rengkuhan pria itu?
Ataukah memilih diam saja dan menutup matanya guna menerima cumbuan sang mantan kekasih yang akan dilakukan?
Astaga, pilihan-pilihan membingungkan.
Dan ketika masih terbelenggu akan pikiran sendiri, ia harus menghadapi sikap Sapta yang kian berani memangkaskan jarak dan embusan napas pria itu terasa di pipinya.
Agrima memutuskan memejamkan kedua netra, sudah tak bisa lagi melepaskan diri lagi. Jika dicumbu biarlah terjadi.
"Cepat selesai dandan kamu, Grima."
"Kita akan pergi, setelah saya menyuruh bawahan saya mengusir mantan kamu."
.....................
KAMU SEDANG MEMBACA
Selisih 12 Tahun
General Fiction[Follow dulu untuk bisa membaca part dewasa 21++] Sapta Priga Ayodya (37th) pikir ia akan bisa melupakan Agrima Dewantara (25th), setelah mengakhiri hubungan mereka karena perbedaan umur yang jauh. Nyatanya ia susah berpaling hati. Sampai pada akhir...