Kavela turun kebawah setelah mendapat pesan bahwa Sagara sudah di depan rumahnya, Kavela sempatkan menarik nafas panjang; berusaha menetralkan degup jantung dan ekspresinya agar saat bertemu Sagara ia tak melakukan hal bodoh.
Kavela melunturkan senyuman dibibirnya, berusaha memasang wajah setenang mungkin. Menghindari pemikiran Sagara yang bisa saja benar adanya.
"Kav please stay cool, don't be like a fool" Kavela berusaha memperingati diri sendiri.
Untuk terakhir kalinya, ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan sebelum akhirnya membuka pintu utama.
Lexus ES berwarna sonic titanium menjadi pertanda bahwa lelaki bernama Sagara itu memang benar sudah tiba.
Kavela berjalan kearah pagar rumahnya, membukanya dengan perlahan. Berusaha tak terburu-buru demi menjaga imagenya di depan Sagara.
"Maaf nunggu lama"
Sagara menggeleng, "aku baru sampe" balas Sagara.
Hati Kudus Yesus menjadi greja yang mereka pilih untuk Misa pada sore hari ini, kebetulan jadwal Misa greja itu ada pada pukul setengah lima sore (16.30 WIB) dan sekarang baru pukul 15.50 WIB. Masih sempat jika mereka memang memutuskan untuk beribadah disana.
"HKY?" tanya Sagara setelah memasang seatbelt nya.
"Iya" balas Kavela seadanya.
Tak ingin membuang waktu lebih lama lagi, segera Sagara menyalakan mesin mobilnya dan melajukannya membelah jalanan Surabaya yang jika sore hari dapat di pastikan macet dimana-mana.
"Kalau telat mau pindah kemana?" tanya Sagara membuka obrolan, sekedar basa-basi agar suasana tak terlalu hening.
"Disana ada jam setengah tujuh juga, kalo mau nunggu ya nggak pa-pa. Kalo mau pindah juga terserah" balas Kavela.
"Oke"
Kavela memalingkan wajahnya ke arah jalanan, berusaha menghindari bersitatap dengan Sagara. Karna sungguh, ingin di sangkal atau tidak nyatanya debaran jantungnya tak bisa berbohong.
"Sialan, kenapa grejanya jadi kerasa jauh sih anjir" Kavela berkali-kali mengeluh dalam hati. Doanya saat ini hanya ingin segera sampai ditempat tujuannya; Gereja Katolik Hati Kudus Yesus.
Setelah hampir mati rasanya akhirnya Sagara dan Kavela tiba di tempat tujuan mereka, Kavela melepas seatbeltnya dan segera turun dari mobil Sagara. Tak ingin memberi Sagara kesempatan untuk bertingkah manis dengan membukakan pintu untuknya seperti sebelumnya.
"Sagara beneran nggak aman buat hati gue" ucap Kavela dalam hati untuk kedua kalinya.
Kavela berdiri diam seraya menundukkan kepala untuk melihat sepatunya, ah entalah. Ia hanya merasa canggung, tak tau harus melakukan apa.
"Ayo"
Kavela mendongakkan kepalanya, mengangguk kecil sebelum akhirnya berjalan kearah pintu utama gereja tersebut.
Sagara berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Kavela. Kavela yang menyadari itu dengan nalurinya sendiri malah mempercepat laju langkahnya. Membuat Sagara pada akhirnya menyadari bahwa Kavela masih menghindarinya, dan memutuskan untuk membiarkan Kavela berjalan didepannya.
Kavela membuat tanda salib dengan air suci seraya memfokuskan pandangannya pada Tabernakel. Tindakan itu diikuti oleh Sagara yang masih memilih berdiri di belakang Kavela.
Selesai dengan itu, Kavela mulai mencari tempat duduk. Ia memilih duduk di depan, guna memudahkannya melihat bagaimana perayaan Ekaristi berlangsung. Yang tentu saja lagi-lagi di ikuti Sagara di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 0 9 1 (18+)
Teen FictionSemua luka memang menyakitkan, namun tak ada yang lebih menyakitkan dari terbukanya luka lama. Dunia selalu punya cara untuk membuat kita merasa semakin tersiksa, contohnya dengan mengembalikan orang lama dengan situasi yang berbeda.