05 : Ketenangan Seorang Jingga

121 19 2
                                    

Happy Reading 📚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading 📚

SORE menjelang petang itu, Jingga masih sibuk dengan laptop miliknya, merevisi beberapa slide PowerPoint yang ia buat dua hari lalu. Studio galeri miliknya telah tutup sekitar dua jam lalu, menyisakan Jingga dan Kemala—teman dengar yang sekaligus merangkap sebagai sekretarisnya.

"Jingga." Suara Kemala terdengar memecah kesunyian ruangan, panggilannya itu dibarengi dengan colekan pelan pada bahu Jingga.

Yang dipanggil menoleh, memasang wajah penuh tanya.

Kedua tangan Kemala terangkat, menari-nari di udara mengisyaratkan rangkaian kata yang didukung dengan mimik wajahnya.

"Ngga mau udahan dulu? Kamu belum makan dari siang tadi, nanti kondisi kamu drop lagi lho."

Jingga tersenyum kecil, menggeleng pelan sebagai jawaban. Ia turut membalas dengan bahasa isyarat.

"Sedikit lagi selesai. Kamu udah laper ya? Mau pesen aja gimana? Makan di luarnya besok aja."

Kemala tampak berpikir sejenak, lalu mengangguk. Ia kembali menggerakkan tangan dan jemarinya. "Tapi setelah pesanannya dateng, langsung makan bareng ya? Jangan ditunda-tunda lagi, kamu punya riwayat maag."

Jingga berdecak membaca isyarat yang Kemala berikan. "Iya-iya, kamu cerewet banget sih?"

Kemala mendelik, "Aku peduli sama kamu tau! Kebiasaan kamu yang suka nunda-nunda makan ngga pernah hilang dari dulu, malah aku perhatiin makin buruk aja akhir-akhir ini."

Jingga diam sejenak, kemudian membalas yang disertai dengan kekehan tanpa suara. "Perasaan kamu aja. Aku masih makan tiga kali sehari, apalagi ada kamu yang ngga pernah capek ngingetin aku buat makan."

Kemala merotasikan bola matanya. "Iya, tapi ngga teratur. Makannya juga seuprit gitu. Jujur aja sama aku, kamu lagi ada masalah ya?"

Jingga mengulum senyum. "Engga, Kemala. Aku baik-baik aja kok. Udah ah, kamu pesen makanan aja, aku mau ngelanjutin ini sedikit lagi. Kamu nyuruh aku cepet-cepet tapi kamu ngajak aku ngomong terus."

Tak ada percakapan lagi setelah itu, Jingga kembali fokus pada laptopnya tanpa mau menghiraukan Kemala yang saat ini masih menatapnya.

Beberapa minggu terakhir ini, Kemala tak bosan menanyakan hal yang sama. Namun Jingga terus menyanggah dan langsung mengalihkan pembicaraan. Gadis itu terkesan menghindari pertanyaan yang Kemala lontarkan.

Kemala meneliti ekspresi temannya itu, menatap dengan saksama. Namun, wajah Jingga yang cantik hanya menampilkan raut tenang yang konsisten. Gadis itu sama sekali tak terlihat sedang ada masalah atau memiliki hal yang menganggu pikirannya.

Enam tahun berteman, Kaula Jingga Adimanta masih saja sama. Wajah kelewat tenangnya seolah tak mengizinkan Kemala untuk sekedar mengintip barang sedikitpun mengenai isi pikiran gadis tersebut.

Aksara Suara JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang