Aleena baru selesai latihan. Dengan semangat ingin melompat dan berbaring di kasur yang empuk, Aleena bahkan sampai berlarian di lorong. Dengan semangat gadis itu membanting pintu kamar nya.
"Kasur ku sayang, aku pulaaaanggg!!!"
Namun langkah Aleena terhenti. Tubuh gadis itu mematung kaku ketika melihat sosok kakak perempuan nya tengah berdiri dengan aura gelap di sekitarnya. Aleena mulai merasa bulu kuduk nya berdiri apalagi ketika Regina menoleh padanya dengan tatapan super tajam yang seakan bisa membelah tubuh nya.
Jantung Aleena sudah hampir jatuh ke perut ketika melihat benda rahasia nya kini berada di tangan kakaknya.
Regina menatap Aleena super tajam, di tangannya terdapat sebuah buku berisi banyak lukisan pria tampan dengan tubuh tanpa atasan yang memang sengaja Aleena kumpulkan sendiri sejak dirinya pindah ke dunia novel itu.
Menurut Aleena bentuk tubuh para pria di zaman itu benar-benar luar biasa. Otot yang tegap dan kekar, bahu yang lebar, dan terlihat kokoh. Para pria di zaman ini tentunya adalah pekerja keras dan selalu menggunakan tubuh mereka sendiri untuk melakukan segala hal. Bahkan para bangsawan saja selalu berlatih untuk membentuk tubuh. Wajar saja Aleena si manusia dari dimensi lain di masa depan mengagumi bentuk tubuh pria zaman ini yang sempurna.
Aleena nyengir, tidak tahu harus mengatakan apa.
"Bisa jelaskan ini apa, Aleena Winter?" Jika kakak perempuan nya itu sudah memanggilnya dengan nama lengkap, maka sudah seharusnya Aleena bersujud dan mengakui kesalahannya.
"Uh itu... Sebenarnya bukan milikku." Aleena ragu-ragu untuk menjawab. Regina terlihat semakin tidak senang.
"Lalu punya siapa kalau bukan milik mu?"
Aleena segera memutar otak untuk mencari alasan yang masuk akal. Mana mungkin dia bilang jika itu milik Calixer? Itu justru lebih tidak masuk akal. Untuk apa pula adiknya itu menyimpan lukisan pria setengah telanjang?
"Aleena Winter, apa kucing mencuri lidah mu?"
"Sebenarnya itu milik Janet!" Aleena refleks berteriak. Maaf Janet, untuk kali ini mungkin kau akan di jadikan kambing hitam.
Aleena memohon ampun dalam hati.
Regina menyipitkan matanya, "milik Janet? Kenapa ada di kamar mu? Jawab aku."
"Semalam Janet berniat menunjukkan nya padaku, lukisan-lukisan favoritnya. Tapi dia ketiduran di kamar ku dan ketika pagi menjelang dia buru-buru pergi karena ada pekerjaan dari kepala pelayan yang harus dia kerjakan. Dia jadi lupa membawa majalah nya kembali." Aleena mengutarakan kebohongan paling masuk akal yang bisa dia buat di detik itu.
Regina hampir-hampir tidak percaya, namun melihat tatapan Aleena yang seakan mengatakan 'percaya padaku kakak!' mau tidak mau gadis itu akhirnya percaya.
"Kesampingkan soal ini dulu. Aku disini untuk memberitahukan padamu. Tiga hari lagi putri dari Count Elinier akan mengadakan debutante. Keluarga kita di undang, jadi aku berharap kau bisa mempersiapkan diri."
Aleena bungkam. Debutante? Tentu saja di dalam novel alur tentang debutante di tulis, bahkan di jelaskan secara terperinci. Debutante putri count Elinier bahkan termasuk alur kunci dalam novel, begitu penting, juga menjadi langkah besar dimana kebencian Alecto pada Aleena membesar. Debutante ini adalah pemicu utamanya.
Dalam alur novel, Aleena Winter mengirim ratusan surat permintaan pada Alecto untuk menjadi partner dansanya, tapi Alecto menolak ajakan Aleena. Aleena yang murka begitu kesal dan malu, sehingga ketika hari debutante tiba, gadis itu memilih pergi sendirian tanpa pasangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destroying The Plot
FantasyAleena itu menyukai novel fantasy atau action, tapi dia justru bertransmigrasi ke novel roman historical! Dia menjadi karakter tidak penting, simpelnya karakter pelengkap cerita. Aleena menjadi tunangan dari seorang duke yang merupakan protagonis p...