Aleena memandang malas pemandangan di luar kereta kuda. Yang bisa dia lihat hanyalah hutan. Pohon-pohon lebat yang tidak ada ujungnya. Berbeda dengan dunia aslinya dulu, dimana ada gedung-gedung pencakar langit dan banyak kendaraan yang berlalu lalang. Lebih asyik untuk di lihat. Aleena melirik ke depan, Regina tampak nya sedang setengah tertidur, terlihat dari matanya yang berkedip-kedip lemah dan kepalanya yang terkulai ke kiri dan kanan. Acara belanja mereka semalam memang memakan waktu lebih lama dari yang di jadwalkan. Aleena saja sampai merasa tubuhnya pegal-pegal.
Marquis Winter dan Cedric menaiki kuda, karena itu di dalam kereta hanya ada dirinya dan sang kakak.
Kemana Calixer?
Tentu saja dia tidak ikut. Calixer masih terlalu muda untuk pergaulan sosial. Sebenarnya Aleena sendiri juga belum debut di pergaulan kelas atas, namun usia nya sudah cukup untuk menghadiri acara-acara besar seperti ini.
Rasanya sedikit sepi karena tidak ada ocehan adiknya yang selalu berisik itu.
Setelah setengah jam berlalu, rombongan mereka akhirnya sampai di kediaman Count Elinier. Kediaman itu sendiri tidak semewah kediamannya, tapi untuk dirinya yang memiliki jiwa dunia modern, tetap saja kediaman count Elinier ini termasuk luar biasa mewah. Yang sulit baginya untuk dapatkan di masa depan bahkan meskipun dia bekerja hingga seratus tahun lamanya tanpa henti.
Disana sudah sangat ramai, apalagi kereta kuda yang tak henti-hentinya bergantian menurunkan penumpang. Bahkan antiran kereta kuda di depan pintu utama saja sudah panjang.
Setelah beberapa saat akhirnya keluarga Winter lah yang turun. Begitu pintu di buka, Aleena sudah di sambut uluran tangan sang kakak. Aleena tersenyum menggoda sambil meraih tangan Cedric, "kau tahu kak? Setelan mu hari ini bagus membuatmu terlihat sangaaatt tampan."
Cedric tersenyum kecil, tapi matanya menyipit, "tidak menerima sogokan untuk hari ini."
Mendengar itu senyum menggoda Aleena hilang. Padahal dia belum mengatakan apapun tapi sudah di tolak saja.
Regina berdeham pelan di belakangnya. Setelah menantu Aleena turun, Cedric juga membantu Regina untuk turun. Marquis Winter sudah berdiri di tangga menanti mereka.
Aleena menghampiri ayahnya itu dan menggandeng tangannya. Keempatnya sebenarnya mengenakan gaun yang senada. Entah kebetulan atau tidak, tapi Aleena yakin dia tidak pernah merencakan ini. Apalagi gaun nya dengan ayahnya, bahkan renda nya juga sama. Itu membuat sepasang ayah dan anak itu seperti pasangan serasi.
Pintu utama di buka dan di tampilkan lah aula yang mewah dan luas, persis seperti kemewahan yang di deskripsikan di dalam novel. Aleena sempat terpukau dengan bagaimana cara Ochazuke mendeskripsikan kemewahan aula untuk Debutante putri count Elinier. Dan ternyata ketika di lihat langsung memang terasa sangat mewah.
Di dalam sudah ramai para bangsawan. Suasana pesta sangat meriah. Masih dengan menggenggam tangan ayahnya, Aleena di bawa kesana kemari untuk menyapa para bangsawan. Sampai-sampai pipinya terasa pegal karena harus terus memasang senyum.
"Kenapa kamu tidak datang bersama Duke Leinster?" Seorang Viscountess bertanya dengan penasaran.
Aleena menyeringai, memeluk lengan ayahnya semakin erat, "untuk apa? Aku lebih memilih pergi bersama pria tampan ini, daripada Duke Leinster."
Sesuai dugaan nya, orang-orang yang mendengar tertawa, terlebih lagi ayahnya. Wajah Marquis bahkan terlihat sangat bangga pada putrinya itu. "Anak perempuan manapun pasti lebih memilih ayahnya!" Begitu ocehnya.
"Wah lady Aleena sangat menyayangi ayahnya ya."
"Iri nya. Putri ku tidak mau dekat-dekat dengan ku."
"Kasihan Duke Leinster, pasti sedih tunangannya menduakan dirinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Destroying The Plot
FantasiAleena itu menyukai novel fantasy atau action, tapi dia justru bertransmigrasi ke novel roman historical! Dia menjadi karakter tidak penting, simpelnya karakter pelengkap cerita. Aleena menjadi tunangan dari seorang duke yang merupakan protagonis p...