Aleena turun dari kereta kuda dalam keadaan pusing dan mual. Berkali-kali dia hampir memuntahkan makan siang nya selama perjalanan. Aleena trauma naik kereta kuda!
Meskipun kereta kudanya memiliki kursi yang empuk dan nyaman, tapi guncangan kereta itu tetap membuatnya tersiksa.
"Kenapa mobil belum di temukan sih?" Keluhannya frustasi.
"Mobil?" Janet, pelayanan pribadinya memiringkan kepalanya kebingungan.
"Iya, mobil. Benda yang di butuhkan semua orang di muka bumi." Celetuk Aleen asal sebelum melangkahkan kaki memasuki kediaman Duke Leinster.
Di depan pintu dia sudah di sambut beberapa orang pelayan dan seorang pria yang sepertinya adalah kepala pelayan. "Selamat datang nona Winter." Dia membungkuk memberi hormat dan mempersilahkan Aleena masuk.
Aleena cuma mengangguk saja karena memang cukup bingung harus melakukan apa dalam situasi ini. Jadi dia hanya bisa melakukan tata krama dasar.
Bagaimana tidak, dia kan jarang menyentuh novel dengan genre historical, jadi dia tidak tahu bagaimana cara putri bangsawan bersikap.
Kediaman itu luas, dan terasa jauuuhhh sekali. Aleena yang memang dasar nya sudah pusing dan mual semakin tersiksa dengan wajah tertekan. "Ini kapan nyampe nya sih? Bisa pengkor nih lama-lama." Dengusnya.
"Nona lelah?" Janet berdiri di sebelahnya demban tatapan polos.
"Sedikit sih. Tidak masalah, Janet. Terus jalan saja." Ujar nya, 'aku malas disini, ayo cepat biar cepetan pulang.' batinnya berujar menyusul setelahnya.
Sesekali Aleen mengeluh karena gaunnya benar-benar membuat nya kesusahan. Ribet, begitu pikirnya.
Makanya dia kurang menyukai novel-novel historical seperti ini, membayangkan harus menggunakan gaun seperti ini setiap hari benar-benar menguji mental.
Dan kini Aleena malah harus mengenakannya.
Aleena mengangkat sedikit rok nya agar tidak tersandung.
Akhirnya setelah berjalan lumayan jauh mereka sampai ke taman khusus di mansion itu. Taman yang begitu luas dan indah, dengan banyak tanaman berbagai jenis disana. Di tengah taman Aleena bisa melihat seorang lelaki yang tengah duduk di sebuah meja penuh camilan dan seorang perempuan dengan pakaian pelayan berdiri di sebelah nya.
Tapi ada yang aneh dari pemandangan itu.
Mereka terlihat mesra.
Lelaki yang duduk itu sesekali tersenyum lembut dan wajah pelayan di sebelahnya langsung memerah malu.
Apa-apaan ini? Ajang perbucinan remaja puber?
Aduh, mendadak Aleena merasakan semburan rasa geli, hingga bahkan bulu kuduk nya mungkin saja berdiri.
Mereka tampak tidak ada bedanya dengan bocah SMP yang baru nyoba-nyoba untuk pacaran.
Bahkan meskipun baru pertama kali bertemu, dengan wajah super tampan dan wibawa bangsawan yang memancar itu Aleena tahu bahwa lelaki itu adalah tunangannya, Duke Alecto Leinster.
Dan di sebelahnya, tidak lain dan tidak bukan adalah tokoh utama perempuan, Vafella Brown. Tidak ada gadis lain di Kekaisaran yang memiliki rambut hijau muda yang terlihat halus dan juga sepasang mata berwarna merah muda yang penuh cahaya seperti dia.
Aleena mendadak merasa kelelahan. Belum lagi dia harus berhadapan dengan dua orang itu, energi nya seperti terserap habis.
"Boleh balik aja ga sih?" Tanya nya pada Janet yang kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destroying The Plot
FantasíaAleena itu menyukai novel fantasy atau action, tapi dia justru bertransmigrasi ke novel roman historical! Dia menjadi karakter tidak penting, simpelnya karakter pelengkap cerita. Aleena menjadi tunangan dari seorang duke yang merupakan protagonis p...