"Kak Ale?" Panggilan itu terdengar ragu-ragu dan bimbang. Suaranya kecil dan sedikit bergetar, membuat Aleena langsung berbalik badan dan menemukan sesosok bocah berusia sekitar sebelas tahun tengah mengintip takut-takut dari balik dinding.
Aleena mengangkat sebelah alisnya. Ale? Siapa?
Tapi mata anak itu lurus tertuju padanya, membuat Aleena termenung sejenak.
Lah Ale itu maksudnya dirinya?!
Aleena menunjuk dirinya dengan setengag terbengong, "kamu manggil aku?"
Dengan wajah polos anak itu mengangguk, kedua sisi pipinya memerah, bahkan matanya tampak tidak fokus di bawah tatapannya, anak itu malu.
Aleena melirik Janet yang terlihat kaku dan gelisah di sebelahnya. Aleena terdiam sejenak, mencoba mengingat siapakah anak ini. Dan dia tersentak begitu ingatan tentang anak ini memasuki otak nya.
Anak ini adalah Casseland!
Karakter inilah yang selalu di siksa oleh Aleena, dan mirisnya dia jugalah satu-satunya selain keluarga Aleena yang menangisi kematiannya. Aleena yang congkak dan bersifat buruk tidak punya teman, karena itu tidak satupun orang yang mau repot-repot menangis di pemakamannya.
Hanya Casseland yang merupakan korban siksaan Aleena yang masih mau menangis untuknya.
Tanpa sadar air mata mengalir dari kedua mata Aleena. Gadis itu mengusap pipinya dengan cepat, meskipun bukan dia yang melakukan, dia merasakan rasa bersalah pada Casseland. Meski usianya sudah sebelas tahun, tapi anak itu sepertinya terlambat tumbuh. Dia lebih kecil dari anak seusianya. Anak itu hanyalah anak kecil, namun Aleena begitu tega menyiksanya. Aleena tidak mampu berhadapan dengan Casseland, rasa bersalah menggerogoti hatinya.
Aleena dengan cepat berbalik untuk pergi, atau mungkin melarikan dari sana. Lebih baik untuk tidak berhubungan dengan Casseland. Dia tidak punya alasan untuk melakukan itu, semenjak memutuskan untuk tidak ikut campur dalam alur novel. Dia tidak punya alasan untuk menyiksa Casseland. Dan sialnya, menyiksa Casseland lah satu-satunya alasan mereka terhubung. Aleena tidak mau melakukan hal kejam seperti itu!
Casseland nampak kaget melihat bahwa Aleena memutuskan untuk pergi tanpa mengatakan apapun padanya seperti biasa. Bahkan tidak ada tatapan tajam menusuk yang biasa di berikan padanya.
Dan yang Casseland lihat, alih-alih maya penuh kebencian, justru mata sayu dan perasaan bersalah. Bahkan Aleena menangis setelah melihat nya!
Ada sesuatu yang berbeda!
Casseland, entah kerasukan apa, justru malah mengejar Aleena yang sudah berlari di lorong untuk meninggalkan mansion.
"Kak Ale!"
Aleena berkeringat dingin. Apa-apaan anak ini! Kenapa dia justru mengejar orang yang menyiksa nya selama ini?! Harusnya dia membenci Aleena ataupun trauma ketika melihat Aleena! Apa anak ini mengalami gejala masokis dini?! Di lihat darimana pun ini aneh!
"Pergilah, aku tidak mau melihatmu lagi!" Teriak Aleena masih terus berlari dk lorong.
"Kak Ale! Kenapa kau berlari?" Balas Casseland berteriak.
"Itu karena kamu mengejar ku! Berhentilah!" Aleena frustasi. Dia lari karena tidak ingin tersiksa akan rasa bersalah melihat wajah Casseland, tapi objek rasa bersalah nya kini malah mengejar nya.
Apakah ini lelucon?!
Jane yang di tinggalkan di belakang hanya bisa menatap kedua orang yang tengah kejar-kejaran di lorong dan mengabaikan para pelayan manison yang menyaksikan mereka dengan kaget dan terheran-heran.
"Kak Ale! Kumohon tunggu aku!" Mungkin karena dia masih kecil, tubuhnya lebih ringan dan lincah dari orang dewasa apalagi yang mengenakan gaun seperti Aleena.
Aleena dengan cepat segera terkejar, dan kini tangan nya di cengkram oleh tangan mungil itu. Aleena tersentak dan refleks menghempaskan tangannya. Hal itu membuat tubuh mungil Casseland terjerembab ke belakang.
"Aduh..." Casseland langsung memegangi kepalanya yang terbentur lantai.
Aleena melotot. Apa yang sebenarnya baru dia lakukan?!
Gadis itu berlutut di selalu Casseland dan dengan panik memeriksa tubuh mungil itu terutama di bagian kepala. Apa-apaan ini? Bukankah dia tidak ingin menyakiti Casseland lagi seperti yang di lakukan Aleena Winter? Tapi apa ini! Di pertemuan pertama mereka Aleena bahkan menyakiti nya lagi.
Hatinya kalut.
"Maafkan aku..." Aleena tahu Aleena Winter tidak akan meminta maaf pada Casseland, sekasar apapun perbuatan nya pada anak itu. Meskipun begitu saat ini Aleena tetaplah Aleena, dia tidak bisa menyingkirkan adab baik yang selama ini telah di ajarkan padanya sejak kecil. Jika salah maka harus minta maaf.
Casseland hanya bisa terdiam memandang wajah Aleena yang di penuhi tatapan khawatir dan rasa bersalah. Sangat berbeda dari tatapan benci dan jijik yang dia dapatkan selama ini.
Sudah Casseland duga, Aleena aneh hari itu. Ketika dia mengintip pertemuan antara Aleena dan kakaknya seperti biasa, dia sangat terkejut karena Aleena berani membantah kakak nya dan tidak menempel seperti biasanya.
Apa Aleena sudah sadar dan berubah?
Ketika Casseland melihat perubahan sifat Aleena ketika bersama kakanya, Casseland ingin mencoba membuktikannya sendiri.
Dan kelihatannya, Casseland benar.
Casseland menunduk sehingga Aleena tidak bisa melihat ekspresi wajahnya.
Aleena menggigit bibir, anak sekecil ini memang terkadang bingung dengan perasaan nya sendiri. Sudah jelas Aleena selama ini menyakitinya, wajar jika Casseland akan takut padanya bukan? Yang tadi itu adalah kesalahan bukan?
"Maaf, Casseland. Setelah ini jangan mengejarku atau mengikuti ku lagi. Sudah cukup, aku tidak ingin menyiksa mu lagi." Ujarnya pelan, "sudah cukup untuk menyakiti mu. Aku tidak akan melakukannya lagi."
Hening beberapa saat, sebelum akhirnya Casseland buka suara lagi, "kenapa?"
Aleena adalah Aleena Winter, jangan membuat kesalahan dan bersikap seperti biasa, "karena itu merepotkan. Aku muak, dan aku bahkan lebih muak lagi melihat wajahmu setelah ini. Menyiksa mu akan buang-buang energi saja."
Sungguh, demi apapun hati Aleena sakit ketika mengatakannya. Dia tidak pernah sejahat itu pada anak kecil, tidak pernah. Tapi sekarang karena suatu sebab, Aleena terpaksa berkata begitu.
Jika dia tiba-tiba berubah sifat, orang akan mengira dia gila. Maka Aleena harus bersikap sedikit ketus, mulai tidak peduli dengan sekitar, dan berubah secara perlahan. Dengan begitu orang-orang mungkin tidak akan menyadarinya.
Casseland hanya menatap nya dalam diam dengan tatapan yang sulit di mengerti oleh Aleena.
Aleena mencoba bangkit untuk pergi, tapi dia terhenti ketika mendengar ringisan sakit keluar dari bibir Casseland.
Mungkin karena refleks lagi, Aleena mengulurkan tangannya dengan panik dan memeriksa kembali kepala yang terbentur itu, "yang mana yang sakit? Sudah kuduga pasti terluka!"
Sesaat kemudian Aleena terdiam ketika menyadari bahwa dia telah di jebak oleh anak kecil itu.
Ketika dia kembali menatap wajah Casseland, bukannya kesakitan seperti yang dia lakukan barusan, anak itu justru tersenyum sangat lebar dan sumringah, "aku tahu kak Ale memang khawatir padaku!"
Aleena terdiam syok hingga sesaat kemudian wajahnya merah sempurna. Sial, apakah selama ini Aleena memang sebodoh itu hingga bisa di tipu oleh bocah yang lebih muda darinya???
KAMU SEDANG MEMBACA
Destroying The Plot
FantezieAleena itu menyukai novel fantasy atau action, tapi dia justru bertransmigrasi ke novel roman historical! Dia menjadi karakter tidak penting, simpelnya karakter pelengkap cerita. Aleena menjadi tunangan dari seorang duke yang merupakan protagonis p...