Three

117 8 4
                                    

Juan saat ini sedang merasa bingung. Rora terus-terusan saja menolak telpon darinya. Ada apa? Padahal ia ingin menepati janjinya untuk Video Call Rora sebelum tidur.

Bip!

Tepat panggilan ke tujuh, Rora baru menerima telponnya.

"...Rora?" ujar Juan lebih dulu,

"..." Rora masih diam saja, enggan menjawab,

"Aku ada salah ya?" tanya Juan,

Helaan nafas terdengar dari seberang sana. Sepertinya Rora sedang merasa tidak baik-baik saja saat ini.

"..menurut kamu, kamu ada salah ngga Juan?"

"Rora, aku bingung. Waktu kita ngomong di telpon tadi, semuanya baik-baik aja kan? Kenapa tiba-tiba kamu kaya gini?"

"Ah.. Iya, memang cuma aku yang selalu ngerasa ngga baik-baik aja kaya gini," jawab Rora, suaranya terdengar serak, seperti habis menangis lama.

"Kenapa Ra? Kalau ada apa-apa bilang aja, aku ngga bakal ngerti kalau kaya gini," Juan menjatuhkan tubuh di atas kasurnya, sebelah tangannya memijat tulang hidungnya, pusing.

"Kapan kamu bakal nge-publish hubungan kita dan nikahin aku?" bukannya menjawab, Rora malah melontarkan pertanyaan, "Aku udah ngga mau lagi kaya gini, Juan." lanjutnya.

Juan reflek bangun dari posisinya, "Ra?!"

Rora tertawa getir mendengar respon Juan, "Kenapa? Kaget ya? Aku juga kaget kalau ternyata niat kamu beneran serius buat ngedeketin Annya."

Mata Juan membola, "Kamu salah paham Ra, aku sama dia cuma-"

"Rekan kerja." ujar Rora lebih dulu, "Itukan yang mau kamu bilang?"

Juan bungkam, tebakan Rora tepat sasaran. Membuatnya sulit untuk membantah.

"Juan.. Kamu tahu ngga? Mungkin cuma kamu yang nganggep hubungan kita ini cuma formalitas," Rora menarik nafas, rasanya sesak sekali. Tangannya mengusap dadanya dengan tangis yang mulai keluar lagi.

"Juan, aku ngga pernah sekali pun merasa terpaksa berurusan dengan kamu. Setiap sama kamu rasanya aku selalu bahagia. Semua hal yang aku lakuin, selalu ada kamu di dalamnya,"

"Kamu tahu ngga? aku suka nyanyi, tapi aku ngga suka jadi penyanyi. Aku gugup setiap kali manggung, aku ngga suka jadi pusat perhatian,"

"Tapi, kata Bang Johny, aku harus jadi penyanyi biar bisa jadi pasangan duet kamu,"

"Aku ngga suka masak Juan, aku sering kecipratan minyak, dan itu sakit. Tapi karna kamu suka makan, aku jadi suka dan selalu mau coba resep baru buat kamu cobain."

"Semua tentang kamu menyenangkan buat aku, aku selalu nunggu waktu dimana kamu bakalan nikahin aku,"

"Pasti rasanya bahagia banget, kan?"

"Aku beneran ngga sabar nunggu saat itu tiba,"

"Tapi... Sekarang aku jadi ragu, aku takut banget, Juan."

"Aku jadi makin ngeraguin diriku sendiri, apa aku ngga pernah bisa cukup buat kamu?"

"Apa aku ngga pernah jadi alasan kamu untuk yakin dengan hubungan kita?"

"Kamu.. Kamu bahkan suka sama orang lain, kamu jatuh cinta sama dia,"

"Aku ngga pernah lihat mata kamu sepenuh cinta itu, diri aku sendiri pun ngga mampu bikin kamu natap aku kaya gitu,"

"Tapi dia, Annya. Kalian baru pertama kali ketemu, tapi tatapan kamu, hiks.."

"Aku ketakutan, Juan.."

"Aku ngga mau kehilangan kamu.."

"Semuanya udah hilang.. Ngga ada sisa dalam diri aku, semua sudah aku kasih cuma buat kamu.."

"Kalau kamu pergi, aku takut, aku takut kalau aku juga akan ikut hilang.. Dan aku ngga mau, aku ngga mau semua sia-sia.."

"Hiks.. Juan, aku tahu, kamu dengerin ini semua.."

"Aku ngga ngarepin tanggapan apa pun dari kamu,"

"Aku cuma mau kamu tahu aja, kalau sebenarnya selama ini aku.. hiks.."

"Aku beneran jatuh cinta sama kamu."

Tut!

Panggilan itu di matikan sepihak oleh Rora. Membuat kesadaran Juan, di tarik kembali. Juan benci ini. Mendengar pengakuan Rora tanpa bisa menjawab dan melakukan apa-apa. Rasanya seperti pecundang, bukan lagi rasanya. Tapi memang dirinya pecundang. Tangan Juan yang semula menggenggam ponselnya mulai bergetar. Rora tidak boleh mencintainya sedalam ini!

"Engga! Jangan!"

"Rora.."

"Engga! Engga mungkin Rora.."

Juan memukul-mukul kepalanya, telinganya berdenging, "Engga, engga boleh!" Air mata turun membanjiri kedua pipinya, "Rora ngga boleh cinta sama gue!!!"

Dengingan telinganya tidak kunjung hilang, tangis Juan pun kian mengeras. "Juan sialan! Juan brengsek!" makinya pada diri sendiri.

Juan yang membuat Rora kacau, tapi siapa sangka, jika pengakuan Rora membuat Juan ikutan kacau?

Juan yang membuat Rora kacau, tapi siapa sangka, jika pengakuan Rora membuat Juan ikutan kacau?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bonus pap Rorayang🕊️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bonus pap Rorayang🕊️

tbc

Our JuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang