Angin malam ini terasa berbeda. Dinginnya terasa menusuk kulit Juan yang hanya di lapisi kaos tipis. Pemandangan di depannya sungguh membuatnya merasa campur—aduk. Tempat dimana dia berada sekarang adalah tempat yang tidak pernah berani Juan kunjungi lagi, setelah 2 tahun lamanya. Tempat ini penuh kenangan yang menyesakan dada, Juan meringis mengingatnya. Bayang—bayang dirinya dan Vicky berputar di otaknya, seperti kaset rusak.
Ini masih sama, tidak ada yang berubah dari tempat ini. Bukit penuh bintang, dengan pencahayaan city light yang indah, beserta kenangan manis antara dia dan Vicky yang sekarang berubah menjadi pahit. Ah.. Bagaimana dia bisa nekat datang ke tempat ini? Tempat yang bisa saja membuatnya enggan untuk pergi.
Krek!
Suara ranting patah, membuat Juan menoleh ke belakang, melihat dimana asal suara itu berada,
"Vv—vicky?" sulit di percaya, Juan tergagap, "Honey—it's really you?"
Tidak beda dari Juan, Vicky mematung karna tidak menyangka bisa bertemu dengan Juan di tempat ini. Matanya berkedip beberapa kali, menyadarkan dirinya jika ini nyata. Tanpa menjawab Vicky mundur dari tempatnya, bersiap untuk melarikan diri dari situasi ini,
"Honey jangan lari!" ujar Juan, menahan tubuh Vicky dengan cara melingkarkan kedua tangan besarnya di tubuh langsing sang super model.
"Jangan—tolong jangan lari.." ujar Juan lagi. Suaranya parau, seperti menahan tangis, "I really fucking miss you honey.."
Vicky mengigit bibirnya, air matanya lolos tanpa sepengetahuan Juan yang memeluknya dari belakang. Mendengar suara Juan secara langsung, membuat Vicky merasa sakit dan lega di saat yang bersamaan. Rasa rindunya selama ini meluap ke permukaan. Semuanya terasa mimpi, getaran di punggungnya menandakan jika Juan juga sama sepertinya,
"Aku ngga mau kamu pergi lagi.. Please.. say something, hon.."
Vicky menghapus air matanya, lalu menghela nafas. Tangan kurusnya meraih tangan besar Juan untuk melepaskan rengkuhan Juan di perutnya,
"Juan stop it, don't call me honey, hon, or anything! My name is Vicky Skylar! I'm not your honey!" ujar Vicky, menatap Juan tajam, suaranya lantang, penuh ketegasan.
"Vicky.. Sorry.." lirih Juan, tangannya meraih tangan Vicky untuk dia genggam, "I can't forget you.."
Vicky memejamkan mata sesaat mendengar ucapan Juan, rasanya kian menusuk. Tangan kecilnya menepis tangan Juan, "Don't touch me, Regulus! I'm not yours anymore."
Juan tersenyum pahit mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Vicky, "Sorry.. i just—glad to see you, again."
"Tapi i engga! I berharap ngga pernah ketemu you lagi Juan! Tapi sialnya i malah ketemu you disini!" ujar Vicky, gurat kekesalan nampak dari wajah cantiknya, berhasil mematahkan hati Juan.
"Why??? Apa salah aku Vick? Kalau aku salah, bilang letaknya dimana! Bukan malah pergi ninggalin aku gitu aja!" ujar Juan, merasa frustasi karna tidak mengerti mengapa Vicky terlihat sangat membencinya,
Vicky tertawa sarkas, "Apa itu penting sekarang? Urus aja hubungan you sama Rora!" ketus Vicky, berniat meninggalkan Juan dari tempat itu,
"Vick!" Juan menghadang Vicky, berdiri di hadapannya, "Tunggu dulu Vick, ayo kita omongin baik—baik,"
Vicky mendengus, "Mau you apa Juan? You itu tunangan Rora! She's my cousin kalau you lupa!"
"Vick, kamu tau kan aku sama Rora itu di jodohin? Aku cuma mau kamu Vick, aku ngga bisa paksain hati aku buat suka sama Rora. Aku sumpah—aku udah berusaha buat ngelupain kamu, aku udah coba buat benci kamu karna udah ninggalin aku tanpa perpisahan yang layak, aku juga udah berusaha ikhlasin hubungan kita, tapi aku ngga bisa! Aku juga udah berusaha sekeras mungkin buat cinta sama Rora, tapi aku juga ngga bisa! Vick—aku cinta kamu.. Maafin aku buat semuanya, aku cuma ngga bisa terus pura—pura bahagia, nyatanya semuanya ngga bikin aku bahagia! Semuanya ngga sama lagi setelah kamu pergi Vick.. Aku ngga suka—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Juan
RandomDi dunia ini aku hanya punya waktu untuk tiga hal, Tuhan, Uang, dan Wanita cantik. -Regulus Juan Dominic