Happy reading
~~~~~~~~~~~~~~
Sore itu, setelah pulang sekolah, Jay dan gengnya, Jisoo dan Minho, memutuskan untuk nongkrong di sebuah kafe favorit mereka. Seperti biasa, mereka tertawa-tawa, saling cerita tentang kejadian-kejadian lucu di sekolah, sambil menikmati minuman dingin dan camilan favorit.
“Eh, lo liat si guru Kim tadi? Gila, mukanya kayak abis nelen lemon seharian,” kata Minho sambil tertawa keras.
Jisoo ikut tertawa, “Iyah, sumpah! Gw kira dia bakal muntah di tengah kelas!”
Jay yang duduk di tengah-tengah mereka ikut tersenyum, tapi pikirannya agak melayang. Dia merasa ada sesuatu yang aneh hari itu. Mungkin karena SMS dari ibunya yang masuk siang tadi, yang bilang kalau Jay harus langsung pulang setelah hangout.
“Eh, lo kenapa, Jay? Kok lo diem aja? Biasa kan lo yang paling rame,” Jisoo menegur Jay yang terlihat lebih kalem dari biasanya.
Jay tersadar dari lamunannya dan mencoba mengalihkan, “Enggak kok, cuma agak capek aja. Mungkin karena sekolah tadi terlalu banyak drama.”
“Oh, beneran? Lo biasa jadi raja drama malah hari ini lo yang kena serangan?” Minho menggoda.
Jay hanya tertawa kecil, meskipun hatinya tetap merasa ada yang tidak beres. Setelah ngobrol dan ngelawak beberapa saat lagi, Jay akhirnya memutuskan untuk pulang lebih awal.
“Guys, gue harus cabut duluan nih. Katanya ada acara keluarga mendadak di rumah,” Jay berpamitan sambil mengangkat tasnya.
“Wah, lo ngapain aja sih? Lo bahkan nggak kasih kita spoiler!” Jisoo bercanda.
Jay cuma tersenyum tipis, “Nggak tau juga sih, mungkin cuma acara makan bareng biasa.”
Setelah melambaikan tangan kepada teman-temannya, Jay keluar dari kafe dan bergegas pulang. Namun, begitu sampai di rumah, perasaan aneh itu semakin kuat saat melihat rumahnya yang lebih ramai dari biasanya. Mobil-mobil mewah berjejer di depan rumah, seolah-olah ada acara besar yang Jay sendiri tidak tahu.
Begitu masuk ke dalam rumah, Jay langsung disambut oleh orang tuanya yang terlihat sangat formal. Jay yang awalnya masih berpikir positif mulai merasa ada yang tidak beres.
“Jay, kamu sudah pulang? Ayo, kita ke ruang tamu. Ada yang harus kita bicarakan,” kata ayahnya dengan nada serius.
Jay mengikuti ayahnya ke ruang tamu, di mana dia melihat beberapa orang yang tidak dia kenal sedang duduk dengan anggun. Mereka semua tampak berkelas, dengan pakaian yang rapi dan mahal. Jay makin bingung dan gelisah.
“Ini ada apa sih, Pa? Kok rame banget?” tanya Jay dengan sedikit waspada.
Ibunya yang duduk di sebelah ayahnya menjawab dengan nada lembut tapi tegas, “Jay, hari ini ada tamu spesial dari keluarga Park. Kita udah lama bicara tentang kerja sama bisnis, dan... kita memutuskan untuk menjodohkan kamu dengan anak mereka, Sunghoon.”
Jay yang mendengar itu seketika terperanjat. “Apa?! Gue dijodohin? Serius, Ma?”
Orang tuanya mengangguk dengan serius, seolah-olah keputusan ini sudah final. “Iya, Jay. Demi kelangsungan bisnis keluarga kita, dan juga karena keluarga Park sangat terhormat. Ini adalah kesempatan yang langka.”
Jay awalnya ingin menolak mentah-mentah. “Gue nggak bisa nerima ini begitu aja! Gimana bisa gue dijodohin sama orang yang bahkan gue nggak kenal?”
Namun, sebelum dia bisa melanjutkan protesnya, pintu ruang tamu terbuka dan seorang pria masuk. Jay menghentikan kata-katanya saat melihat sosok Sunghoon, pria yang ternyata menjadi calon pasangannya.
Sunghoon terlihat sempurna—tinggi, berwajah tampan, dengan tatapan dingin yang memancarkan aura ketegasan. Wajahnya benar-benar seperti patung es, tanpa ekspresi, tanpa emosi. Dia berdiri di sana dengan sikap tenang, seolah-olah tidak ada yang bisa mengganggu ketenangannya.
Jay merasa tertantang. Pria ini jelas berbeda dari semua orang yang pernah dia temui. Biasanya, Jay yang selalu menguasai situasi, tapi kali ini dia merasa seperti sedang menghadapi dinding es yang tak bisa ditembus.
Tapi di balik rasa tertarik itu, Jay juga merasakan kegelisahan. Sunghoon benar-benar dingin—tidak seperti pria lain yang pernah Jay kenal. Bahkan, Jay merasa bahwa tatapan Sunghoon bisa membuat suhu ruangan turun beberapa derajat.
Dengan senyum yang mencoba untuk tidak terlihat gugup, Jay berkata dalam hati, "Ini bakal jadi tantangan tersendiri. Tapi gue nggak bakal kalah."- batin jay
Namun, dia juga sadar bahwa menghadapi Sunghoon akan lebih sulit daripada yang dia kira.
Tbc
Pls vote!
KAMU SEDANG MEMBACA
My destiny || sungjay
Teen FictionKisah seorang mahasiswa Seoul cyber unversitas di Korea, tepat di Seoul, bertemu dengan takdir yang mungkin dia tidak akan bisa menerima or sebaliknya.... #sungjay 05/08/24