11. lagi?

379 23 6
                                    

Happy reading









~~~~~~~~~~~~~~~

Di kampus Jay, suasana terasa sedikit berbeda hari itu. Ada kabar bahwa anak dari kepala sekolah, Jake, akan mulai bersekolah di kampus mereka. Jake, yang berasal dari Australia, terkenal dengan gaya gaul dan swagg-nya. Kedatangannya langsung menarik perhatian banyak orang.

Jay dan geng-nya sedang duduk di kantin, menikmati waktu istirahat mereka sambil membahas kedatangan Jake.

“Eh, itu Jake, anak kepala sekolah,” kata Minho sambil menunjuk ke arah Jake yang sedang berbicara dengan beberapa mahasiswa.

“Gue denger dia orang Australia. Pasti gaya-nya swagg banget deh,” tambah Jisoo sambil memperhatikan dengan seksama.

Jay, yang biasanya lebih suka tampil cool dan cuek, kali ini tampak sangat tertarik. “Wah, emang bener nih? Kalo dia orang Australia, pasti punya aksen yang keren dan gaya yang beda.”

Mereka terus menggosipkan Jake, membayangkan bagaimana rasanya berkenalan dengan orang se-gaul dan se-swag Jake. Namun, mereka tidak menyadari bahwa kedatangan Jake memiliki kaitan yang lebih dalam dari yang mereka kira.

Tak lama kemudian, Sunghoon datang ke kampus dengan penampilan rapi dan serius. Biasanya, Sunghoon selalu memiliki aura dingin dan formal, tapi kali ini dia tampak sangat fokus. Jay dan geng-nya langsung menyadari kehadiran Sunghoon.

“Eh, itu Sunghoon, kan? Kenapa dia datang ke sini?” tanya Heeseung dengan rasa ingin tahu.

“Gue kira dia cuma nganterin kita ke kampus doang. Ternyata dia datang ke sini hari ini,” sahut Jay, matanya mengikuti setiap gerakan Sunghoon.

Tiba-tiba, mereka melihat Sunghoon mendekati Jake dengan senyuman yang hangat. Sunghoon dan Jake tampak berbicara dengan akrab, bahkan Sunghoon memeluk bahu Jake dengan cara yang sangat akrab. Jay dan geng-nya terkejut melihat kedekatan mereka.

“Serius, ternyata Sunghoon kenal sama Jake? Jadi dia temennya Sunghoon?” kata Jisoo dengan mata melotot.

Minho menambahkan dengan penasaran, “Gue baru tahu kalo Sunghoon punya temen dari luar negeri yang gaya-nya kayak gitu. Ternyata mereka udah kenal lama.”

Jay merasa ada yang mengganjal di hatinya. Melihat Sunghoon begitu dekat dengan Jake, dia merasa ada yang tidak beres. Ada sesuatu yang membuat Jay merasa cemburu, meskipun dia tahu dia tidak punya hak untuk merasa seperti itu.

Sunghoon dan Jake tampak berdiskusi dengan penuh keakraban. Jake tertawa lepas, sementara Sunghoon tersenyum dengan hangat. Jay merasa hatinya serasa terkoyak melihat kedekatan mereka. Rasanya ada bagian dari dirinya yang merasa terpinggirkan, bahkan meskipun dia tahu hubungan mereka hanyalah perjodohan.

Saat Sunghoon dan Jake akhirnya berpisah, Sunghoon melambai ke arah Jay dan geng-nya sebelum meninggalkan kampus. Jay memandang Sunghoon dengan rasa campur aduk. Dia merasa cemburu, bingung, dan sedikit sakit hati.

“Hei, gue penasaran deh,” kata Jay kepada geng-nya setelah Sunghoon pergi. “Kenapa Sunghoon sampai datang ke kampus cuma buat ketemu Jake? Kayaknya ada yang disembunyikan.”

Jisoo mengangguk setuju. “Iya, kenapa ya? Apa ada yang mau disembunyikan?”

Jay merasakan tekanan di dadanya. Meski dia berusaha untuk tetap tenang, rasa sakit hati dan cemburu yang menggelayuti hatinya semakin terasa. Dia tahu bahwa ini adalah bagian dari perasaannya yang harus dihadapi, tetapi melihat Sunghoon dan Jake begitu dekat membuatnya merasa tidak nyaman.

“Gue cuma… penasaran,” kata Jay dengan nada yang sedikit tersentuh. “Kenapa gue merasa seperti ini? Apa ini namanya cemburu? Padahal ini cuma perjodohan, kan?”

Geng-nya mencoba menenangkan Jay, tetapi dia tidak bisa menahan emosinya. Dia merasa ada sesuatu yang lebih dari sekadar hubungan perjodohan ini. Mungkin dia mulai merasakan sesuatu yang lebih dalam dari yang dia kira. Jay memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang hubungan Sunghoon dan Jake, sambil berusaha mengatasi perasaannya sendiri.

~~~~~~~~~~~~
Hari itu Jay sedang bersantai di ruang tengah apartemennya. Dia merasa lelah setelah seharian penuh aktivitas dan kejadian-kejadian aneh yang mengganggu pikirannya. Saat sedang duduk di sofa, tiba-tiba pintu apartemennya terbuka tanpa ketukan sebelumnya. Jay terkejut melihat Sunghoon masuk dengan wajah datar seperti biasanya.

“Eh, Sunghoon! Lo bisa ketuk pintu dulu, kan?” ujar Jay dengan nada protes, sedikit kesal karena kehadiran Sunghoon yang tiba-tiba.

Sunghoon hanya melirik Jay dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. “Memangnya kenapa? Aku kan calon suami mu,” katanya dengan nada datar namun kali ini sedikit lembut.

Jay merasa terkejut. Biasanya, Sunghoon selalu menunjukkan sikap dingin dan formal, tapi kali ini dia tampak sedikit lebih lembut. Meski begitu, hati Jay masih merasa tidak nyaman. Perasaan cemburu dan penasaran tentang hubungan Sunghoon dengan Jake masih mengganjal di pikirannya.

“Kenapa ya?” Jay berpikir dalam hati. “Ada apa sebenarnya dengan hubungan lo sama Jake? Kenapa gue merasa ada yang aneh?” batin jay

Sunghoon tampaknya merasakan kegelisahan Jay. Dia melangkah mendekat dan duduk di sofa di samping Jay. “Aku tahu kamu merasa tidak nyaman dengan kejadian tadi di sekolah. Jadi, aku datang untuk menjelaskan.”

Jay menatap Sunghoon dengan rasa ingin tahu yang mendalam. “Oke, jadi apa sebenarnya hubungan lo sama Jake?”

Sunghoon menarik napas sejenak sebelum mulai menjelaskan. “Jake adalah mantanku dulu. Kami pernah pacaran, tetapi setelah itu kami memutuskan untuk tetap berteman. Sekarang, hubungan kami hanya sebatas teman baik.”

Mendengar penjelasan Sunghoon, Jay merasa lega namun masih ada sedikit rasa tidak puas. “Jadi, hubungan kalian cuma teman baik sekarang? Tapi kenapa lo kelihatan dekat banget sama dia? Kenapa gue bisa merasa cemburu?”

Sunghoon menatap Jay dengan tatapan lembut, meskipun tetap dengan sedikit aura dinginnya. “Aku mengerti perasaanmu. Sebenarnya, aku juga merasa tidak nyaman ketika melihat reaksi kamu terhadap Jake. Aku cuma ingin memastikan bahwa kamu tahu bahwa hubungan kami hanyalah masa lalu, dan sekarang aku hanya fokus pada hubungan kita.”

Jay merasa sedikit terhibur dengan penjelasan Sunghoon, tetapi dia masih merasa ada yang kurang. “Makasih udah jelasin, Sunghoon. Tapi, lo harus ngerti, gue emang agak sensitif soal ini. Meskipun kita baru saling kenal, gue tetep punya perasaan.”

Sunghoon mengangguk. “Aku mengerti. Aku akan berusaha lebih baik dalam hal ini. Jika ada yang bikin kamu merasa tidak nyaman, jangan ragu untuk bilang.”

Jay merasa sedikit lega mendengar kata-kata Sunghoon. Meski hubungan mereka masih dalam tahap perjodohan, Jay merasa lebih terbuka untuk mendiskusikan perasaannya. Mereka duduk bersama di ruang tengah, berusaha untuk saling memahami satu sama lain.

Sementara itu, Sunghoon juga mencoba lebih peka terhadap perasaan Jay. Dia menyadari bahwa perasaannya terhadap Jay semakin mendalam, dan dia ingin memastikan bahwa mereka bisa melalui semua tantangan ini bersama.

Malam itu, suasana di ruang tengah terasa lebih hangat dari biasanya. Jay dan Sunghoon melanjutkan percakapan mereka, saling membuka diri dan berusaha membangun pemahaman satu sama lain. Jay masih merasa ada yang mengganjal, tetapi dia mulai merasa sedikit lebih nyaman dengan kehadiran Sunghoon di sampingnya........ANJAY


Tbc
Pls vote!!

My destiny || sungjayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang