bab 18

90 3 3
                                    

....... 🚶

"Kau akan terus diam?"

"Memang Aku harus apa?"jawab Luna santai sambil memetik bunga di halamannya.

"Kekasih mu jarang main kesini lagi bahkan hanya sekedar menemuimu saja jarang, kau tidak curiga gitu Agnes menggoda vano , na"

"Mungkin saja sibuk atau lagi mendekatkan dirinya pada anak-anaknya, dan tak sempat kesini, aku yang menyuruhnya untuk mendekati anak-anaknya, dia seorang ayah may.."ucapnya sambil melihat kearah sahabatnya yang bernama Maya.

"Lagian aku hanya kekasihnya saja bukan seperti Agnes yang menopangnya adalah seorang istri vano"tambahnya sambil kembali memetik bunga.

"Kau menyerah?"

"Aku tak tidak tau apa maksudmu"

"CK.. dengan sifatmu yang seperti ini lama lama vano akan terjerat pada Agnes dan kau akan kalah lagi darinya"

"Berhenti berbicara omong kosong, aku tidak pernah kalah mau itu dulu mau pun sekarang"

.....

Agnes siang ini tengah duduk manis di depan depan kafe langganannya yang biasa ia kunjungi bersama teman-temannya sambil menikmati pemandangan jalalan yang cukup ramai dengan damai.

"Nes... Maaf kita terlambat, apa kamu menunggu lama?"ucap Silvi tiba-tiba mengagetkan Agnes.

"Maaf tadi macet banget jalannya"tambah Nisa sambil duduk.

"Tidak papa ,aku juga baru sampai"ucapnya bohong, padahal dia sudah sampai dari tadi,tapi dia memang menikmati saat sendirian,jadi tak  masalah.

Setelah memesankan minuman untuk 2 sahabatnya Agnes pun mulai menatap mereka dengan sedikit serius.

"Aku akan mengajukannya secepatnya"ucapnya serius menghentikan acara minum 2 sahabatnya.

"Secepat itu?"ucap Nisa sambil menaikan alisnya.

"Kamu yakin?"(Silvi)

"Ya.. aku rasa lebih cepat lebih bagus"

Memang kapan lagi? Kalau tidak sekarang dan aku terus menunda, yang ada aku akan terbunuh duluan.
Batin Agnes.

"Kamu udah bicarakan ini sama anak-anak?"(Silvi)

"Masih belum , tapi nanti malam akan aku beritahu mereka dengan lembut,"

"Orang tua veno?"

"Satu Minggu yang lalu aku sudah membicarakan ini pada orang tua vano, mereka sempat menolak keras , bahkan langsung mengancam akan menghajar vano dan mencari kekasih gelapnya, tapi.. setalah mereka mendengar penjelasan ku kalau sampai kapan pun aku tidak akan mencintai vano dan sebaliknya vano pun tak pernah mencintaiku , lalu buat apa di lanjutkan jika nanti hanya akan menambah luka?"

"Mereka akhirnya menyetujui, dan berjanji tidak akan ikut campur urusan anak-anaknya"lanjutnya.

"Jadi.. mereka sudah merestui jika kalian akan pisah?"

"Tapi setuju?"

"Yah... Begitulah, surat cerai pun sudah kami tanda tangani, tinggal mengajukan ke pengadilan"

"Hm.. kalau begitu kita akan membantumu"

"Terima kasih"

"Hey.. santai saja kita sahabat oke"

Mereka tertawa.

Ini konyol tapi akan aku jalani selagi hidup masih di perpanjang.

..

antagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang