bab 14

86 4 0
                                    

.......🚶





Malam pun tiba mereka kini tengah makan-makan di resto yang cukup terkenal bernama restoran Santanera.

"Kita pulang"ucap Agnes tiba-tiba.

Membuat keluarganya menghentikan makan dan memandang Agnes dengan bertanya-tanya dan khawatir, sedangkan vano yang sudah tau akan kejadian ini akan terjadi hanya diam saja tanpa berani berucap sekata-kata pun.

"Kenapa sayang?kamu sakit?"tanya sang mama.

"Kamu kelelahan sayang?"tanya papanya juga ikut khawatir.

"Tidak ma pah.. hanya saja kita sudah cukup lama liburan , anak-anak harus ke sekolah juga"

"Jadi... Bagaimana?"tanya Kevin pada ketiga keponakan.

"Hm.. aku rasa liburan ini seru paman"ucap Angga sedikit berbinar.

"Lalu ..jagoan paman mau liburan di lanjutkan?"

"Ini memang seru paman, Tapi apa yang di katakan mama memang benar, kita harus pulang Karna harus sekolah paman,dan lagi aku tidak mau mama sampai kelelahan"jawab David sambil memegang tangan sang mama yang tersenyum kearahnya.

"Ehm ... tak salah,apa lagi jika terlalu banyak izin akan membuat nilai kita turun, menurutku liburan ini juga cukup kok paman" ucap rayyan sambil menggelengkan kepalanya pada sang mama yang melihat mereka bertiga dengan wajah bersalahnya.

"Jangan merasa bersalah ma, kami paham"ucap David yang paham akan arah bicara sang kakak untuk sang mama.

"Hm.. kalau menurut kamu bagaimana vano?"

"Aku setuju saja pah, aku juga harus melanjutkan pekerjaanku di kantor"

Ucapnya sambil tersenyum kearah papah Agnes.

Kerjaan apanya? Pasti si BRENGSEK satu ini ingin segera bertemu dengan kekasihnya cih..

Batin Agnes kesal.


.....

Mereka pun memutuskan untuk pulang kembali .

Di pesawat Agnes yang memang sudah tak perduli lagi tentang drama romansanya di depan orang tuanya , memilih untuk duduk terpisah dari vano , orang tua Agnes sudah mulai curiga tapi.. Agnes tak perduli lagi dia memutuskan untuk berhenti berbohong lagi tentang hubungannya dengan vano yang tampak tak baik-baik saja.

Hah... Ini yang terbaik

rayyan dan Angga setelah menghabiskan liburan bersama kini mereka sudah mulai dekat pada sang ayah.

Dan memilih duduk di sebelah kanan dan kiri sang ayah.

Sedang kan disisi lain David mendekati sang mama yang tengah duduk sendirian di bangku belakang.

Mereka pasti bertengkar lagi

Batin David sambil melihat kearah sang mama dan ayah yang duduk berjauhan.

"Ma... Boleh aku duduk disini?"tanya David pada sang mama

"Ah . ... David? Tentu sayang , duduk saja"

David pun duduk di samping sang mama dengan binar mata terpancar di matanya.

Lucu

Batin Agnes gemas dengan anaknya.

Aku memang sedikit senang ayah mau memperhatikan kami lagi tapi hatiku tidak bisa di bohongi ayah.. aku masih belum sepenuhnya luluh pada ayah , apa lagi dengan kalian yang sudah berani menunjukan hubungan kalian yang tak baik-baik saja pada kakek dan nenek.

Maaf saja ayah ... Sepertinya akan sulit diriku mempercayaimu 

Batin David sambil melihat kearah ayahnya yang tengah bercanda dengan kakaknya dan Angga.

"Davin mau cerita mah.."

"Cerita apa hmm.."

David akhirnya memutuskan untuk menghibur sang mama dengan cerita-ceritanya yang cukup lucu pada sang mama.

Setidaknya buat mama percaya dulu padamu ayah... Ambil hati mama dulu bukan hati kami dasar ayah bodoh
Batin David sambil menatap datar sang ayah yang sempat melihat kearahnya.

...,


Akhirnya mereka sampai

Dan memutuskan untuk istirahat sebentar di rumah mewah vano.

Setelah istirahat keluarga Agnes pamit untuk pulang malam itu juga Karna sang papa yang harus kekantor cepat Karna ada masalah di kantor sang mama juga ikut pulang ,sang adik Kevin? Dia ikut papa kekantor untuk membantu sang papa.

Anak-anak yang kelelahan dan membutuhkan istirahat untuk pergi sekolah besok memutuskan untuk tidur lebih cepat.

Para pekerja juga sudah pulang Karna emang jam mereka untuk pulang.

Kini tersisa lah vano dan Agnes yang sama sama diam membisu tanpa mengucapkan kata-kata sedikitpun di ruang makan di tengah malam.

Mereka duduk berhadapan tanpa ada yang ingin memulai pembicaraan.

Sampai suara Agnes memecahkan keheningan itu.

"Kopi?"

"Hm"

Agnes pun mulai beranjak dari duduknya berjalan menuju dapur dan mulai membuat kopi untuk suaminya.

"Apa kau gila"ucap vano tiba-tiba menghentikan pergerakan Agnes yang ingin menaruh kopi buatannya di meja depan vano.

"Hm?"

"Kau sudah mulai berani menunjukan hubungan kita pada semuanya?"

Ah.. soal itu

Batin Agnes.

"Iya, buat apa juga jika terus di sembunyikan" ucapnya santai sambil menaruh kopi vano di depan vano lalu kembali duduk sambil meminum air putih dengan tenang.

"Wanita gila!kali ini rencana busuk apa lagi yang kau mainkan"

"Hentikan omongan mu vano, aku muak!!, buat apa juga terus di sembunyikan jika kita sama sama ingin mengakhiri hubungan toxic ini ha!!?

"Kau... Kita bisa terkena masalah jika mengakhiri hubungan ini"

"Aku tau, aku juga sudah mengurus semua masalah itu, dan masalah orang tua ku? Jangan khawatirkan itu aku akan bicara pada mereka , dan aku yakin mereka akan menyetujuinya, kalau kau takut pada orang tua mu , biar aku yang mengurus kau cukup diam"

Brakk..

Gebrakan meja yang vano lakukan dengan kesal sambil menatap Agnes dengan tajam.

"Jangan berisik, anak-anak tidur"ucap Agnes datar.

Dia sudah tak memperlihatkan wajah manisnya lagi pada vano.

Persetan aku muak sekali rasanya.
Batin Agnes.

Vano sendiri cukup terkejut tapi langsung menormalkan itu lagi pula Agnes sebelumnya juga selalu menampilkan wajah itu.

"Apa yang kau bicarakan wanita gila!! Kita bisa mati jika orang tua ku tau, jangan main-main , dan berhentilah berbicara omong kosong "

"Kau yang berhenti sialan , sudah cukup , kita akhiri semua ini aku akan mengurusnya dan kau..."

"Diamlah jangan mengganggu rencanaku, kau ingin bahagia dengan kekasihmu itukan? Aku pun juga ingin bahagia ,Jadi.... Diam dan tunggu saja"ucap Agnes sambil berlalu meninggalkan vano yang kini terdiam.

Bener bukan kah seharusnya aku senang?  Aku harusnya senang bukan? Tapi ... Sial... Bahkan aku baru bisa dekat lagi dengan anak-anak, jika anak-anak tau tentang ini pasti mereka akan menjauhiku lagi.

Tapi ... Aku juga harus diam saja bukan? Ini yang ku mau kan? 

Argghhh sial

Tidak aku harus mempertahankan sedikit lagi , aku tak mau hubunganku dengan anak-anak yang baru ku jalani menjadi sia-sia saja Karna rencana licik wanita itu.

Gumamnya sambil menatap lekat punggung Agnes yang mulai menghilang dari Pandangnya.



Bersambung.....

antagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang