13

471 43 10
                                        

Happy reading
.

.

"Apa? Adek? Kamu pengen adek?"

"Iya. Boleh kan yah?"

"Eee- ayah, belum siap. Nanti aja ya, untuk sekarang mungkin ayah gak bakal nurutin kemauan kamu"

"Loh kenapa? Indo kesepian dirumah, padahal Indo pengen punya saudara. Yaudah ayah nikah aja gih biar punya anak"

Mata Asean melotot ketika ia menangkap perkataan si anak yang diluar nalar.
"Gak semudah itu. Ayah belum siap punya anak. Memang kamu mau kasih sayang ayah berkurang sama kamu?"

Asean berusaha membujuk Indonesia agar tidak berpikiran dulu tentang saudara sambung. Si ayah belum bisa ngebahagiain satu anak, apalagi dua anak? Ruwet banget dah. Pemikiran ini juga faktor dari umur Asean yang masih tergolong muda untuk menjadi seorang ayah, so ia belum sanggup.

Seato sudah masuk ke dalam rumah, mungkin ayah dan anak ini ingin berbicara serius secara 4 mata. Maka sebagai kesopanan lebih baik Seato tidak menguping.

"Nggak mau, pengen sama ayah terus"
Indonesia jadi bimbang dan bingung, namun ia tetap memainkan jari jemari ayah nya sembari berpikir.

"Tuh kan kamu aja masih belum bisa mandiri. Kalo kamu udah mandiri nanti juga ayah adopsi adek buat kamu. Tapi buat sekarang...nggak dulu ya"

Indonesia manyun, meskipun begitu ia tetap menyutujui keputusan ayah nya dengan anggukan lesu.

Pat pat pat!

"Udah dong jangan sedih. Tidur yuk udah malam"

Api unggun telah padam dan hanya menyisakan kepulan asap kecil. Asean memangku Indonesia untuk segera masuk kedalam rumah. Malam ini udara sangat dingin, tidak cocok terus berdiam diri diluar tanpa ada sumber kehangatan. Lagi pula jam tidur juga sudah masuk, anak kecil tidak boleh diajak begadang.

Omong omong acara piknik malam ini berlokasi sangat bersebrangan dengan pintu masuk ruang dapur. Jadi kalo mau masuk rumah gak perlu jalan muter ke pintu utama.

"Ayah, aku mau tidur sendiri aja. Gak mau nginep lagi dikamar ayah"

"Hm? Kenapa?"

"Kata ayah kalo kepengen adek Indo harus mandiri dulu, gak boleh manja sama ayah"

Asean meringis, sebegitu mau nya ya Indonesia kepengen adek?.

"Uhm- Memang nya kamu bisa ngelakuin apapun tanpa ayah?"

"Bisa lah, lihat aja nanti"

Asean menyaringai, kebetulan ia akan manaiki tangga. Jadi sedikit usil gapapa lah.
"Yaudah, turun sana. Kamu jalan sendiri ke kamar"

Indonesia mengeratkan pegangan dan menyembunyikan wajah diceruk leher Asean sembari menguap.
"Nggak mau ah. Ngantuk"

Asean tentu nya tertawa sebelum mendusel dusel pipi Indonesia gemas.

"Dasar"

.

.

Sarapan hari ini cukup didukung oleh ke khidmat-an dan ketenangan. Namun raut wajah Seato ketika memperhatikan layar iPad membuat Asean agak terganggu, kenapa wajah Seato merengut?

"Ada apa?"

Yang merasa terpanggil segera menoleh ke arah sang tuan rumah. Tanpa basa basi Seato segera menyerah kan iPad tersebut kepada Asean saja.

Mula mula nya sih raut wajah Asean kelihatan b aja. Tapi kok makin kesini raut wajah nya malah jadi sama sama merengut kayak Seato.

"Tuan UN mengadakan rapat formal di kapal pesiar? Membahas apa? Dan kapan?"

Father (AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang