Bab 1

558 15 4
                                    

"Assalamualaikum warahmatullah" Salma menghadapkan wajahnya kekanan dan kekiri, ia baru saja selesai melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslimah. Sejak kecil Salma tumbuh dan besar dalam didikan agama yang cukup kental. Ayahnya Yusuf sangat tegas dalam hal agama. Beliau selalu memastikan anaknya mendapat pendidikan agama yang cukup, bahkan sejak masih SD hingga SMA Salma selalu disekolahkan disekolah yang kurikulumnya mengutamakan pelajaran-pelajaran tentang keislaman. Namun disisi lain beliau juga sangat memanjakan anaknya, memastikan putri satu-satunya mendapatkan kasih sayang penuh darinya.

Begitu juga Dona ibunya, beliau selalu mastikan Salma tumbuh menjadi anak yang lembut, penyayang dan yang pasti Solehah. Keduanya begitu menyayangi Salma lantaran Salma adalah anak tunggal mereka.

Dan yaa, berkat didikan orang tuanya Salma tumbuh menjadi pribadi yang penurut, penyayang, tutur katanya lembut, anggun dan tentu saja Solehah. Sejak dulu Salma selalu melakukan rutinitas dengan pola yang hampir sama setiap harinya. Ia akan bangun dan melaksanakan sholat subuh bersama ibunya, tadarrus sebentar kemudian bersiap kesekolah. Pulang sekolah ia akan langsung pulang dan menghabiskan harinya dirumah bersama kedua orang tua. Tidak seperti anak lainya yang kadang suka keluyuran sepulang sekolah.

Saat ini Salma berusia 21 tahun dan sedang berusaha menyelesaikan tugas akhirnya sebagai mahasiswa Farmasi. Sebagai wanita, Salma memiliki postur tubuh yang cukup ideal dengan tinggi 161 cm dan berat 53kg. Kulitnya putih bersih, mungkin karena faktor jarang keluar rumah sekalipun keluar ia selalu memakai pakaian syar'i yang bisa melindunginya dari paparan sinar UV. Mata bulat, hidung bengir, pipi chubby yang lucu serta rambut panjang bergelombang. Perpaduan sempurna yang selalu membuatnya mensyukuri nikmat yang Allah berikan padanya.

Setelah berdzikir dan berdoa Salma menjatuhkan kepala kepangkuan ibunya.
"Salma ngantuk Bu." Ia menguap dan menutup mulutnya dengan sebelah tangan, menenggelamkan wajah dipangkuan Ibunya sambil memejamkan mata. Ibunya  hanya tersenyum dan mengusap kepala anaknya sayang.

"Tahan sayang, sebentar lagi waktu Isya. Nanggung kalo tidur sekarang." Tuturnya, sambil terus mengusap kepala sang anak ia bertanya
"Gimana tadi kuliahnya? Ada masalah gak?"

"Alhamdulillah lancar Bu, tapi tadi pas Konsul dosennya banyak tanya, untung Salma pintar." Jawabnya, mata yang tadinya sayu kembali bersinar, dengan semangat ia menceritakan semua kegiatan yang dilalui hari ini.

"Oh iya, tadi Yuri ngajak Salma nginep dirumahnya besok. Boleh gak Bu?" Tanyanya penuh harap. Salma memiliki kebiasaan menyebut namanya ketika berbicara sebagai ganti kata aku atau saya ketika berbicara dengan orang terdekatnya

" Boleh." Jawab sang Ibu dengan senyum lembut
" Asal beneran cuma dirumah Yuri, gak keluyuran kemana-mana." Lanjutnya, masih dengan tangan yang setia mengusap puncak kepala anaknya

"Ibu nih, kapan coba Salma sama Yuri suka keluyuran?" Ia memajukan bibir dan mengerutkan hidung tak terima. Ibunya hanya tersenyum dan menyentil ujung hidung sang anak

"Bercanda sayang, Alhamdulillah anak ibukan anak yang Sholehah, gak suka keluyuran gak jelas" tutur Dona, memberi pujian pada sang anak. Ya, sebagai seorang ibu ia selalu mengapresiasi segala sesuatu yang baik dalam diri anaknya. Hal ini dapat memberi konsep diri anak yang positif  dan meningkatkan rasa percaya diri sang anak

"Jangan lupa nanti izin dulu sama ayah ya." Lanjutnya

"Siap ibuku sayang."  Salma menyipitkan mata dan tersenyum pada sang Ibu, ia tahu Ibunya hanya bercanda

"Udah adzan, yuk sholat Isya." Ajak Dona

Setelah melaksanakan kewajibannya, Salma kembali kekamar. Tadi ia berencana langsung tidur setelah sholat isya, namun pandangannya tertuju pada hp yang terletak diatas meja belajar. Ia duduk dipinggir kasur setelah mengambil hpnya, niatnya untuk segera tidur sepertinya batal. Dia berniat menjelajahi dunia Maya sebelum tidur

Married to my friend's fatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang