Anak Ramalan

147 8 0
                                    

Setelah acara pembukaan tersebut, Roshan langsung menarik Felix keluar. Mereka tiba di taman.

  “ Apa yang terjadi di sini? Jujur saja, saat aku sampai ke sini aku merasakan aura tak mengenakan. Apa itu berhubungan apa yang kau bicarakan saat pembukaan tadi? ” ucap Roshan dingin.

  “ Ya. Kau benar, perang akan terjadi. Tetapi ini ini berbahaya dari perang sebelumnya. Pihak musuh ingin mengambil Sarung Tangan Darah dan juga Pasir Kegelapan, ” ucap Felix.

  “ Jangan-jangan… pihak musuh mau… ”

  “ Ya. Membuka pintu kegelapan, yang sudah ayah tutup. Pintu itu dijaga. Bahkan alat yang untuk membukanya dijaga sangat ketat. Itu adalah benda terlarang di Dunia Vampir. Sempat ingin dimusnahkan 2 tahun lalu, tetapi orang yang ingin memusnahkannya meninggal sebelum hari untuk memusnahkan kedua benda tersebut, ”

  Roshan terdiam.

  “ Ya.. aku tak ingin kalian terlibat lagi. Aku menyuruh ahli sihir untuk menutup mantra kegelapan yang disebarkan di pihak musuh. Tetapi, malah jadi seperti ini, ” ucap Felix.

  “ Apa kau lupa bahwa aku masih Putra Mahkota di sini? ” ucap Roshan.

  Felix terdiam.

  “ Jika aku masih Putra Mahkota di sini, maka aku berhak membantumu! Kau ingin adekmu ini dibilang tak ingin membantu kerajaan! ” ucap Roshan kesal.

  “ Aku tak ingin merepotkan kalian lagi, ” ucap Felix.

  “ Kau tahu? Bahkan anak-anakku bulan ini sama sekali belum ada mangsa. Aku yakin mereka akan senang, ” ucap Roshan menyeringai.

  “ Nasib keponakanku, punya ayah kek gini, ”

***

  “ Kak Zero? Ini di mana? Papa? Dady? ” tanya Fero.

  “ Kak Zero juga nggak tahu. Ayo, kita jalan. Mungkin di depan ada Dady sama Papa, ” ajak Zero.

  Fero mengangguk. 2 anak itu berjalan bergandengan tangan. Mereka berada di hutan dengan pemandangan yang indah.

  “ Kak Zero? Fero haus, ” ucap Fero.

  “ Emm… lihat! Ada sungai! ” ucap Zero.

  “ Wah… Kak Zero? Ayo, kita ambil daun. Buat jadi gelas, ” ucap Fero.

  Zero mengangguk.

  Kalian jangan heran jika Fero bisa berpikiran seperti itu. Kecerdasannya mereka sudah setara dengan orang dewasa.

  “ Kak Zero? Ayo ambil airnya, ” ucap Fero.

  “ Iya. Sebentar, ” ucap Zero.

  Mereka mengambil air menggunakan gulungan daun yang mereka buat.

  “ Enak! ” ucap Fero setelah meminum air tersebut.

  “ Kamu benar. Ayo, kita pergi, ” ajak Zero.

  Fero setuju. Mereka melanjutkan perjalanan, hingga melihat seorang pria berumur.

  “ Kak Zero! Lihat ada orang! ” senang Fero.

  Zero juga melihatnya.

  “ Fero dibelakang kakak, ya? Kita nggak tahu itu orang jahat atau tidak, ” jelas Zero.

  Fero mengangguk patuh. Ia menuju belakang Zero. Zero maju dan diikuti oleh Fero.

  “ Halo.. Paman tau jalan ke rumah tidak? ” tanya Zero.

  Pria itu melihat kedua anak tersebut seksama.

  “ Astaga!! Cucu Roshan lucu sekali!! ” pria itu menggendong si kembar sekaligus dengan semangat.

Momy! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang