Malam harinya…
Seseorang mengendap-endap untuk masuk ke suatu kamar. Ia berjalan dengan hati-hati agar tidak ketahuan prajurit yang berjaga. Ia berhenti di depan pintu, ia membuka perlahan pintu dan memasukinya.
“ Kau sudah datang Revan? ”
“ Pake nanya, ” ucap orang yang memasuki kamar tersebut. Ia adalah Revan.
“ Kenapa, hm? Nggak mau ikut? ” ucap Ryan mendekati Revan.
“ Mau lah! Lama juga kita nggak beraksi, ” ucap Revan.
“ Kau benar. Jadi… Kak? Apa renacana mu kali ini? Untuk misi penyamaran kita? ” tanya Raka.
“ Kita harus keluar dari istana ini diam-diam. Rencana ini tidak diketahui oleh papah, paman dan juga Liam. Ini misi diam-diam. Revan? Gunakan jubah ini, ” Ryan memberikan jubah berwarna hitam gelap.
Revan menggunakannya. Ia juga melihat kedua kakaknya mulai menggunakannya.
“ Kita berangkat. Ikuti kakak saja, jangan membuat suara, ” ucap Ryan serius.
Raka dan Revan mengangguk.
Mereka bertiga keluar dari jendela dengan hati-hati. Untung saja kamar Ryan dan Raka berada di lantai satu, mudah bagi mereka untuk keluar tak perlu tali.
Merasa sudah di luar, mereka bertiga berjalan di taman untuk memanjat tembok yang memiliki tinggi sekitar 2 meter. Dengan keahlian memanjat mereka, mereka dengan mudah sampai di puncaknya.
Ryan memerintahkan kedua adiknya menggunakan kode tangan. Raka dan Revan mengerti kode tangan tersebut segera melompat dari tembok tersebut tanpa suara. Sedangkan, Ryan meletakkan secarik kertas pada tembok tersebut, lalu segera melompat menyusul adek-adeknya.
***
Di istana tempat Ezra berada…
“ Baru kemaren bilang hamil udah ngidam aja, ” ucap Mahen lelah.
Tak heran jika Mahen mengatakan itu. Hari ini Mahen, Viko dan Rey menjadi pengganti Liam, saat Ezra mengidam.
Yap! Seharian ini Ezra mengidam dan itu permintaan yang sangat aneh.Flashback...
“ Mahen? Lu kenapa? ” heran Mahen melihat Ezra tidak makan. Liam hanya memandang makanan tersebut.
“ Mau makan ikan, ”
“ Ooo… ya udah aku suruh maid masakin kamu ikan, ” ucap Viko yang hendak berdiri.
“ Mau ikan yang masak salah satu prajurit di sini, ” cicit Ezra.
Mahen, Viko dan Rey cengo mendengar perkataan Ezra barusan. Sedangkan, para anak hanya bersifat acuh.
“ Aku panggil prajurit deket sini, ” ucap Varo, lalu pergi.
Siang hari…
“ Kak Zero! Ayo main! ” ajak Fyan setengah berteriak.
“ Boleh. Kita main di mana? ” tanya Zero.
“ Mm.. taman di belakang? Ada ikan sama perahu di sana, ” usul Fero.
“ Wahhh… ayo main di sana saja! ” senang Xavier.
“ Tapi, kita tidak bisa mengendarai perahu, ” ucap Fyan.
“ Kita minta om di sini! Mereka pasti bisa. Papa bilang mereka mau mengobrol jadi, jangan ganggu papa sama yang lain. Okay? ” ucap Zero.
“ Ay, ay kapten! ” ucap mereka bertiga serempak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Momy!
RomanceXavier tiba-tiba saja meminta momy. Tapi, momy laki-laki! " Xaviel mau punya momy kayak Om Ryu sama Om Rizki! " " Hah! "