Bab 22 "Sisi lain"

1K 177 18
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rianti memperhatikan penampilan Araya yang baru turun dari lantai dua, menatapnya dari atas sampai bawah dengan heran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rianti memperhatikan penampilan Araya yang baru turun dari lantai dua, menatapnya dari atas sampai bawah dengan heran. "Cantik banget, mau kemana kamu?"

Araya meletakkan tote bag-nya yang cukup berat di sofa, lalu menghampiri Rianti yang baru keluar dari dapur untuk mencium punggung tangannya. "Biasalah, mau girl time di Apart-nya Tara."

"Jangan lupa kabarin Abang."

"Oke!"

Setelah mendapatkan persetujuan Araya langsung keluar, menghampiri Tara yang sudah berdiri di depan HRV putih, masih dengan setelan piyama kotak-kotak berwarna merah.

Tara juga memperhatikan penampilan Araya yang sore ini mengenakan setelan piyama dengan motif hello kitty berwarna merah muda.

Tara tersenyum miring, "Orang gila mana yang sore-sore gini pake setelan piyama tapi mukanya full make up?"

Araya balas tertawa, dia menyelipkan rambutnya yang sengaja dia urai ke belakang telinga dengan gaya paling slay dan sombong.

"Sorry kalo gue terlalu cantik di mata lo."

"Rahasianya apasih kakak, bisa cantik natural gitu?"

Araya duduk di kursi penumpang sebelah Tara, lalu menurunkan kaca di atas kepalanya. "Udah pernah gue share kan? Air wudhu sama banyakin minum air putih sih."

Tara mengangguk, "Oh, babi sih." seraya menjalankan mobilnya, meninggalkan halaman rumah Araya.

Mendengar itu, Araya tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tertawa. "Lagian ngapain sih, ikutan pake piyama? Gue kayak gini kan biar meyakinkan Ibun kalo niat gue cuma girls time sama lo."

"Ya gue mau totalitas aja." Tara diam sebentar, "Abang lo tau?"

Mendengar nama Abangnya di sebut, Araya buru-buru mengirim pesan pada Bian dan segera mengaktifkan live location-nya.

"Tau."

Bian? Oh tentu saja laki-laki itu tahu tanpa harus di beri tahu. Bian bukan Abang yang mengekang, lebih ke mengingatkan batasan-batasan yang boleh dan tidak boleh Araya lewati. Bian juga selalu mengingatkan Araya tentang sebab akibat, kalau berani berbuat berarti dia juga harus berani bertanggung jawab.
Contohnya seperti, 'kalo lo berani ngewe sebelum nikah terus hamil, siap gak siap lo harus tanggung akibatnya. Selain bikin malu diri sendiri dan keluarga, lo juga harus siap di caci maki keluarga dan lingkungan.' Dan itu cukup membuat Araya bergindik ngeri.

Move fucking on!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang