Bab 18 "Apa ini?"

950 150 14
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yaya!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yaya!"

Panggilan itu di ikuti dengan pintu kamarnya yang terbuka, munculah seonggok manusia menyebalkan yang baru melihatnya saja sudah mampu membuat Araya mendengus.

"Apalagi?!" Tanya Araya tidak santai, bukan tanpa alasan Araya sekurang ajar itu.

Masalahnya, sejak bangun tadi Bian tidak pernah membiarkannya tenang. Ada saja kelakuannya yang bikin darah tinggi. Mulai dari menyuruh Araya membersihkan kamarnya, mencuci pakaian laki-laki itu, dan sederet permintaan konyol lainnya. Bukan Araya tidak bisa menolak, tapi Bian yang 'katanya' sakit itu benar-benar memanfaatkan keadaannya di depan Rianti. Araya mana sanggup menolak di bawah pelototan Ibundanya. Apalagi ini hari minggu, Araya tidak punya alasan untuk kabur ke Kantor.

"Araya, adeknya Abang yang paling baik hati dan tidak sombong."

Araya melirik sinis sambil meratakan skincare di wajahnya, "Apalagi sih?" Tanyanya jengah.

"Tolong ambilin leptop gue di Apartnya Sada ya, dia lagi sakit gak bisa kesini."

Araya langsung mendelik, "Ada teknologi bernama Grab, Biantara Rahagi."

Lagi pula, Araya juga belum siap bertemu lagi dengan Sada setelah pertemuan terakhir mereka seminggu yang lalu. Dan berakhir dengan Araya yang tidak memberikan jawaban apa-apa atas pertanyaan Sada yang hampir membuatnya jantungan.

Bian menyilangkan tangannya di dada lalu menghela napas panjang, "Dia juga sakit, Ya. Lo tau sendiri gimana gue kalo lagi sakit, demam doang tapi berasa kayak orang sekarat. Bedanya disini gue ada yang jagain, ada yang bisa merhatiin kondisi gue. Sedangkan Sada? Kebayang gak kalo sekarang dia lagi gak berdaya dan--"

Araya langsung mengangkat tangannya, meminta Bian untuk berhenti bicara. "Cuma ngambil leptop doang kan?"

Sebelum menjawab, Bian mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Benda itu sejak tadi tidak berhenti berbunyi. "Oh ya, tolong pastiin dia untuk makan dan minum obat. Kasian dia sendirian." Setelahnya Bian berlalu karena menerima telepon, tidak peduli pada Araya yang entah setuju atau tidak untuk menemui laki-laki itu.

Move fucking on!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang