SEMBILAN

324 38 4
                                    

Ridho menjilat bibirnya yang terasa kering. Sungguh hampir setahun mengenal Vreya, tidak pernah dia merasa segamang ini berdiri dihadapan gadis ini. Pun Vreya, tidak ada bias ceria di wajah gadis itu seperti biasanya. Keduanya tengah duduk bersama di kursi rotan di halaman villa tidak jauh dari kolam renang. Tubuh Vreya berbalut selimut yang Ridho lingkarkan karena gadis itu tidak membawa baju hangat untuk menghalau dinginnya udara.

"Maaf sudah memaksamu menemaniku liburan. Maaf juga sudah memaksamu untuk mengenalku Vrey. Benar, hubungan kita memang seharusnya tidak lebih dari aku teman Jay dan kamu teman Mai.

Aku terlalu percaya diri memposisikan diriku seperti Nathan dan Jay yang bisa dengan mudah menggapai Sarah dan Mai."

Ucapan Ridho begitu berat terdengar di telinga Vreya. Gadis itu tidak berani mengangkat pandangannya untuk sekedar menatap Ridho.

"Terima kasih, sudah menerimaku menjadi teman beberapa waktu ini." Ada jeda panjang ketika Ridho berdiri dan mengusap puncak kepala Vreya.

"Mari berkemas, pukul delapan besok kita ke bandara. Mari kita akhiri saja liburan ini. Mari kembali ke kehidupan semula seperti sebelum aku mengatakannya siang tadi."

Menarik tangannya dari kepala Vreya, Ridho berbalik meninggalkan gadis itu menuju Villa.

--

Jam menunjukkan pukul satu dini hari ketika Vreya masih terduduk diatas tempat tidurnya. Tangannya mengusap gelang plat emas yang melingkar ditangan kirinya. Identitas keluarga besarnya yang tetap dia kenakan meski dia sudah membelot meninggalkan keluarganya hampir tiga tahun ini.

Gadis itu sedih, jelas. Dia baru saja meyakini bahwa Ridho memiliki perasaan khusus untuknya, lelaki itu bahkan mengatakan pada Vreya siang tadi. Bukannya Vteya tidak merasa senang atau menolaknya, gadis itu hanya gamang. Jika Ridho mengenalnya dengan benar, akankah lelaki itu memperjuangkan perasaan mereka atau memilih mundur seperti yang sudah terjadi?

Vreya pernah jatuh cinta tiga tahun lalu, saat dia masih sangat muda. Dua puluh tahun. Seorang lelaki dari Sulawesi Tengah menyatakan cintanya, berniat melamarnya. Namun semuanya berakhir ketika Vreya membuka jatidiri sebenarnya. Ketika lelaki itu akhirnya meninggalkan kediaman keluarga Vreya saat pertemuan pertamanya dengan keluarga Vreya.

Vreya patah hati, lalu meninggalkan rumahnya hingga saat ini.

Gadis itu takut hal yang sama terulang kembali. Dia begitu memiliki perasaan kepada Ridho. Rona-rona merah dan debaran jantungnya tidak pernah membohongi betapa gadis itu memiliki rasa yang sama dan setara bagi Ridho. Dia takut Ridho meninggalkannya sama seperti cinta masa lalunya.

--

Vreya melirik Ridho yang sejak duduk di bangku pesawat langsung mengenakan seat belt nya, menutup telinganya dengan musik dan melapisi matanya dengan penutup mata. Lelaki itu seolah membangun benteng isolasi diantara keduanya. Sementara gadis itu hanya bisa menahan rasa byeri yang entah sejak semalam mengganggu dadanya, membuatnya tidak bisa tidur.

Ridho menolak makan siang yang disajikan oleh pramugari dan kembali memilih tidur. Membuat Vreya semakin tidak tahan, akhirnya menarik salah satu earphone dan memasangnya di telinga gadis itu.

"Kenapa?" Tanya Ridho menatap Vreya setelah lelaki itu melepas penutup matanya.

"Mas yang kenapa?"

Menarik nafasnya dalam Ridho menatap Vreya, bagaimana bisa dia begitu jatuh cinta pada gadis itu. "Aku sedang mencoba untuk tidak memaksa kamu untuk memiliki perasaan yang sama padaku Vrey. Jadi mari kita pulang. Mari kita menjadi Ridho dan Vreya yang hanya bertemu jika kamu menemani Mai dan aku sedang bersama dengan Jay."

Kembali memasang earphone nya, Ridho memejamkan mata, menolak segala bentuk kontak dengan Vreya.

Bagaikan disiram air es, Vreya menggeleng ringan. Benar, ini salahnya. Dia yang tiba-tiba menghindar.

--

"Aku sudah pesan taksi buat kamu. Aku mau nongkrong di cafe dulu. Hati-hati di jalan ya." Ucap Ridho ketika keduanya berdiri di terminal kedatangan domestik.

Beberapa orang yang menyadari sosok Rizky Ridho mulai mengambil gambar mereka diam-diam. Namun baik Ridho maupun Vreya tidak memperdulikannya.

"Mas kamu ngga kasih aku kesempatan buat bicara sejak semalam. Kamu mengasumsikan perasaan dan pikiran kamu sendiri." Vreya menahan Ridho pergi dengan ucapannya. "Memangnya Mas Ridho tahu perasaan aku yang sebenarnya seperti apa?"

"Kalau kamu memang punya perasaan yang sama seperti aku kamu ngga akan diem aja, tiba-tiba jaga jarak dan ngga balas pesan aku kan?" Ridho menjawabnya dengan lirih, mengalihkan pandangannya dari Vreya yang cantik dengan setelan kasualnya.

Gadis itu melepas gelang emas yang dia kenakan, lalu meraih tangan Ridho yang begitu besar di tangannya. "Mas bilang pengen mengenal aku lebih jauh kan? Silahkan kenali aku dan keluarga ku lewat gelang itu. Kalau setelah tahu semuanya perasaan Mas ngga berubah sama aku, Mas masih mau sama aku. Mas tahu kemana kan buat temuin aku." Ucap Vreya meletakan gelang pada telapak tangan Ridho.

Menyusut hidungnya yang berair menahan tangin Vreya menatap dalam Ridho. "Asal Mas tahu, aku senang bisa menghabiskan waktu sama Mas. Terima kasih sudah memesan taksi buat aku." Ucap Vreya, berjalan meninggalkan Ridho memasuki taksi yang sudah siap tak jauh dari tempat mereka berdiri.

Sementara Ridho hanya mematung menatap Vreya menghilang, dan mengusap gelang mewah dengan ukiran rumit dan rentetan tulisan dengan aksara jawa kuno.

Rizky Ridho - Pick The Princess UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang