SEMBILAN BELAS

338 29 7
                                    

Edinburg di malam hari memang secantik itu. Gemerlap lampu bertone warm, menyinari beberapa sudut kota yang mulai dihiasi tumpukan salju tipis, dekorasi natal yang khas menyihir para wisatawan bak masuk ke dunia sihir Harry potter saat liburan musim dingin hampir tiba.

Ridho merapatkan jaketnya, malam ini karena yang lain belum tiba di Edinburg, lelaki itu berniat membunuh waktu dan bosannya berjalan menyusuri gang-gang yang tidak lebar namun estetik. Mengambil beberapa potret untuk dia kirimkan ke Zela -kakaknya, memamerkan betapa Edinburg sangat cantik.

Beberapa kali perut Ridho berbunyi, merasa lapar, tapi bingung mau makan dimana. Mengandalkan ponselnya Ridho mencari resto yang bisa dia andalkan untuk membuat perutnya nyaman.

Senyum Ridho mengembang menemukan salah satu resto yang menjadi rekomendasi di pencariannya. Sebuah restoran kecil tak jauh dari tempatnya duduk menikmati suasana malam. Restoran dengan menu Indonesia bernama 'Resep Ibu'.

Melangkah pasti Ridho menyusuri jalan cukup jauh, demi memuaskan rasa lapar dan rindunya pada masakan Indonesia.

--

Resto Resep Ibu cukup ramai, tidak terlalu besar, sepertinya hanya muat enam puluh orang. Beberapa lukisan bertema Indonesia ada disana, gambar foto Ridho dan pemain timnas juga ada disana. Membuat Ridho tersenyum bangga.

"Selamat datang!" Seru beberapa pelayan saat Ridho memasuki Restoran tersebut.

Mengangguk ringan Ridho mengedarkan pandangan, menikmati ambience yang membuatnya merasa kembali ke Rumah.

"Untuk berapa orang?" Tanya seorang pelayan dengan tag name Melisa.

"Saya aja, satu." Ridho tersenyum, lalu mengekori pelayan tersebut menuju salah satu sudut resto.

"Kakak mau duduk disini atau diatas?"

Ridho menarik kursinya, lalu duduk, "Disini aja. Terima kasih."

Membuka menunya, Ridho menjatuhkan pilihan pada seporsi Bakmi Jowo dan teh hangat, jangan lupa singkong rebus sebagai pembukanya.

Memasang airpod-nya Ridho mulai memutar playlist di ponselnya yang kini sudah lebih baik. Beberapa waktu lalu playlistnya hanya berisi lagu patah hati.

"Mas Ridho?" Sebuah suara mengusiknya. Bahkan suara-suara Vreya memanggilnya masih saja berputat diotaknya. Level patah hati terparah sepertinya adalah yang dialami Ridho.

Seorang pelayan datang meletakan sepiring singkong rebus dan teh hangat, yang hanya diberi ucapan terima kasih dengan acuh karena Ridho tengah sibuk berbalas pesan.

"Hei!" Seru Ridho ketika pelayan tersebut menarik airpodsnya. Menoleh dan membeku, tatapan Ridho terkunci pada gadis dengan rambut hitam bergelombang yang diikat satu, senyum gadis itu mengembang dengan rona tepat dikedua pipinya.

"Hai Mas Ridho!"

--

Ridho masih tidak percaya dengan sosok yang duduk dihadapannya, tanpa dipersilahkan. Mengobrak-abrik hatinya yang sudah nyaris rapi.

Vreya dengan baju pelayan duduk dihadapannya. Tidak ada kebaya dan sanggul ketat yang menyamarkan rambut indahnya. Benarkah ini Vreya-nya? Bukan! Vreya-nya Alifian?

"Mas! Jangan bengong!"

Membuka dan menutup bibirnya bingung Ridho benar-benar tak habis pikir dengan takdir yang mempermainkan hidupnya.

"Ini beneran Vreya Mas. Mas Ridho apa kabar?" Ulang Vreya perlahan.

"B-bbaik. Ya aku Baik." Jawabnya terbata masih menatap Vreya.

Gadis itu tertawa kecil, mendorong segelas teh hangat agar Ridho meminumnya. "Mas ngapain di Edinburg?"

"Liburan. Kamu ngapain disini?"

"Aku tinggal disini." Jawab Vreya.

Mencium aroma teh jawa yang dia rindukan, Ridho kembali menatap Vreya. "Sama Alifian? Kau sudah punya anak?" Hati Ridho nyaris jatuh dari tempatnya saat menanyakan kalimat tersebut.

Vreya tersenyum, "Aku bercerai dari Alifian di bulan ke lima pernikahan kami."

Duar!
Ridho tersedak teh yang baru dia minum. Memuncratkan semuanya, membasahi meja, jaketnya dan beberapa mengenai wajah Vreya.

"Mas ngga papa?" Tanya Vreya berdiri membantu Ridho yang masih terbatuk.

Sementara Ridho mengangkat tangannya. Menolak Vreya berdekatan dengan dirinya.

"Vrey, tolong berhenti bercanda."

"Bercanda apa?"

"Jangan mengatakan bercerai begitu mudah bagimu." Ucap Ridho menatap Vreya setelah batuknya mereda.

Memundurkan posisinya berdiri, Vreya menatap Ridho yang masih duduk dengan wajah bingungnya. "Aku memang bercerai Mas. Karena aku tidak bisa hidup dengan lelaki yang tidak pernah aku cintai dan aku inginkan."

Ridho masih terdiam mencerna.

"Aku bercerai dari Alifian karena aku hanya mau menikah dan hidup dengan kamu. Apapun alasannya." Ucap Vreya mantap, menatap kedua mata Ridho.

Membuat lelaki itu semakin bingung mencerna kalimat Vreya.

Rizky Ridho - Pick The Princess UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang