TUJUH

393 42 4
                                    

"Kamu jadi temenin aku liburan di Bali kan?" Tanya Ridho saat mereka baru saja mengakhiri sesi makan malam bersama dengan beberapa pemain timnas lainnya. Seperti yang Ridho ucapkan sebelum pernikahan Mai dan Jay digelar, lelaki itu ingin Vreya menemaninya berlibur untuk beberapa hari di Bali.

Menatap Ridho tidak yakin, Vreya menaikkan alisnya, "Ya kan sudah, ini udah h+2 pernikahan Mai kan? Kita udah nongkrong di beach club, makan bareng di cafe, emang mau ngapain lagi?"

Ridho tertawa ringan, kemudian membukakan pintu kaca besar yang menghubungkan pintu restoran dan hotel tempat mereka bermalam. "Kita check out hotel besok setelah sarapan. Lalu kita ke Bedugul. Kita jelajahi Bali dari Bedugul hingga Nusa Penida. Aku punya satu minggu untuk kita habiskan bersama."

Vreya membuka dan menutup mulutnya berkali-kali. Seminggu? Dengan Ridho? Di Bali?

"Mas Ridho gila apa? Emang aku ngga kerja? Emang aku ada dana buat dihabisin gitu aja? Aku ini anak kos Mas, karyawannya Mai, mana bisa bolos seenaknya." Sembur Vreya sambil berjalan beriringan dengan Ridho, sementara lelaki itu hanya tersenyum mendengar ocehan Vreya.

"Aku yang bayarin Ndoro putri Vreya. Tugas kamu cuma perlu ijin ke Mai. Nanti aku bantu ijin lewat bang Jay juga. Gimana?" Ridho menempelkan ponselnya ke telinga kanannya, menunggu jawaban dari orang disebelah.

Vreya menahan ocehannya, menunggu Ridho menelpon seseorang entah siapa, tapi yang jelas gadis itu tidak ingin suaranya mengganggu telepon Ridho.

"Hai Bang Jay, have you arrived at home?"

"Mas Ridho!!"

--

Cuaca cerah Bali bersaing dengan cerahnya hati Ridho pagi itu. Lelaki dengan rambut rapi dan klimis yang menyaingi style Jay itu sudah berdiri dengan kaos santai dan celana pendek serta sepatu ketsnya. Sebuah koper dan tas ransel sudah siap disampingnya. Ridho duduk di lobby, tepat menghadap kearah pintu elevator, menunggu seseorang, yang ketika pintu elevator terbuka muncul dihadapannya dengan wajah cemberut yang menggemaskan. Vreya-nya.

Menarik kopernya keluar dari elevator dengan cemberut Vreya berhenti dan duduk di sofa kosong disamping Ridho berdiri. Gadis itu sengaja tidak menyapa Ridho masih kesal karena lelaki itu benar-benar memaksanya hingga menelpon Jay dan Mai untuk meminta ijin. Hasilnya tentu mereka mengijinkan dan Mai menggodanya dengan sangat menyebalkan.

"Kenapa kok cemberut Ndoro Putri?" Goda Ridho memainkan rambut ikat Vreya yang diikat satu.

Gadis itu melirik singkat, "Mas sih, ngeselin. Pokoknya semua pengeluaran liburan di split bill ya, nanti Vreya cicil."

"Iya cantiknya aku." Goda Ridho yang membuat Vreya semakin kesal namun tetap merona.

Ridho masih sibuk memainkan ponsel ketika seorang pria menghampiri mereka. Pria tersebut terlihat mengobrol beberapa lama dengan Ridho lalu tertawa ringan sebelum menyerahkan kunci mobil dan kunci lain yang entah apa pada Ridho. Lelaki itu berpamitan kepada Ridho dan Vreya ketika Ridho telah mengucapkan terima kasih.

"Yuk, jalan. Mobilnya udah siap." Ucap Ridho sambil memakai ranselnya, lalu menarik koper di tangan kanannya dan menggandeng Vreya di tangan kirinya.

Tindakan tiba-tiba Ridho membuat gadis itu kembali merona. Aduh kenapa sih receh sekali perasaan Vreya jika berkaitan dengan Ridho.

--

Mobil yang Ridho kemudikan melaju cepat dari Jumeirah kearah utara menuju Bedugul, entah kenapa lelaki itu memilih memulai perjalanan dengan menuju utara terlebih dahulu dan bukannya menghabiskan waktu di sekitar selatan Bali.

Sesekali Vreya menatap Ridho yang terlihat lihai menyetir, lelaki itu terlihat sangat ceria, sesekali bersenandung mengikuti lagu yang dia mainkan di head unit mobil yang mereka kendarai. Harus Vreya akui Ridho memang tampan, dia terhitung sopan dibandingkan beberapa lelaki yang pernah Vreya kenal. Caranya memperlakukan Vreya tidak berlebihan namun tetap terasa manis dan penuh perhatian. Jadi tidak salah bukan jika sedikit banyak Vreya merasa bahwa dia suka dengan apa yang dia terima dari Ridho.

"Mas?"

"Ya Vrey?" Jawab Ridho sambil melirik Vreya sekilas.

Vreya terlihat gugup memainkan jemarinya, pandangannya menembus jalanan sepi di kawasan Gitgit. "Aku ngga lagi nemenin pacar orang kan Mas?"

Tawa kecil Ridho terdengar lalu melirik Vreya. "Kalau aku punya pacar, aku ngga bakalan bawa kamu Vrey. Aku ngga mau nyusahin diri aku sendiri dengan deketin dua perempuan sekaligus." Jawab Ridho, tangannya masih lihai menyetir mengikuti rute jalan yang menanjak dan berkelok. "Aku juga ngga lagi bawa pacar orang kan?"

Vreya menggeleng pelan, "Ngga Mas. Aku jomblo tiga tahun." Jawab Vreya tertawa ringan.

"Serius cewek kayak kamu jomblo tiga tahun?"

"Maksudnya kayak aku?"

Melirik sekilas Ridho yang tengah menyetir tersenyum, "Cantik, gemesin, gampang salting, tapi ngga pick me. Minta dipacarin banget tau kamu itu Vrey."

Merona, Vreya mengalihkan pandangannya ke Jendela, "Apaan sih Mas kamu." Ucapnya menahan senyum dan debaran di dadanya.

Rizky Ridho - Pick The Princess UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang