"Gue balik aja, gue ketemu Mai sama Jay besok aja. Jangan ngga bisa gue." Ridho berbalik, bersiap meninggalkan taman belakang. Memilih melarikan diri dari bayangan Vreya.
Dengan sigap Marselino dan Justin menahan tangannya, "Jangan lah gila. Jangan malu-maluin. Ini justru kesempatan elu buat ngobrol sama Vreya. Mana tau dia mau jadiin elu simpenan."
"Marceeeeng!" Seru Sarah mengingatkan.
"Ngga papa Dho, kalian harus ngobrol. Selesaikan semuanya. Biar lu lega Vreya lega. Udah jangan lari." Terang Sarah.
Menarik nafasnya dalam beberapa kali, Ridho mengelus dadanya. Benar dia mungkin memang harus bicara dengan Vreya. Setelah dia yakin detak jantungnya lebih baik, Ridho berbalik, berdiri diantara rekan timnasnya dan berjalan kearah Mai dan Jay.
Sarah terlihat menghampiri keduanya, lalu ketiga wanita itu hanyut dalam obrolan dan air mata. Sesekali Vreya terlihat menyusut air matanya sendiri. Sedangkan Jay masih berbicara dengan beberapa tamu lainnya sebelum akhirnya menghampiri rombongan timnas.
Tak banyak yang Ridho sampaikan selain rasa belasungkawa. Lelaki itu fokus pada Vreya yang masih berada bersama dengan Sarah dan Mai.
Hai atau Hallo atau apa kabar? atau Bagaimana pernikahanmu? Kalimat tersbut berputar di kepala Ridho. Mencari kalimat yang tepat untuk menyapa Vreya setelah badai yang memporak-porandakan keduanya.
"Mas." Sebuah suara mengacaukan lamunan Ridho.
Suara yang membuat gemuruh dalam dada Ridho semakin kencang. Membuat lelaki itu menelan ludahnya dan membasahi bibirnya gugup.
"Mas Ridho." Ulang Vreya, membuat lelaki yang dia panggil akhirnya menoleh.
Menyunggingkan senyum yang Vreya tahu penuh kepalsuan dan luka didalamnya. "Oh, Hai Vrey. Kamu datang sendiri? Mana suamimu?"
Ucapan Ridho membuat Justin dan yang lain mendelik terkejut. Pemilihan kalimat yang sangat diluar perkiraan.
Tidak ada jawaban apapun, air mata Vreya mengalir, cukup deras. Kalimat yang ditanyakan Ridho membuatnya merasa hancur saat itu juga.
"Mas maaf tapi aku tidak bisa menolak pernikahan sialan ini." Lirih Vreya memeluk Ridho. Menangis didada Ridho, membuat lengan kokoh lelaki itu mau tak mau membalasnya. Merengkuh erat Vreya dalam pelukannya. Membiarkan suara tangis Vreya teredam dalam dadanya.
"Maafin aku Mas." Gumam Vreya.
Mengangguk ringan, Ridho mencium puncak kepala Vreya, membasahi helai rambut gadis itu dengan air matanya yang tiba-tiba mengalir. "Maafkan aku juga karena tidak tahu bagaimama caranya memperjuangkanmu Vrey."
--
Matahari nyaris tenggelam saat Ridho duduk dibangku panjang di kebun anggur milik Jay dan Mai. Dibelakangnya Vreya bersandar dengan wajah sayunya setelah menangis tanpa henti. Tak ada wajah bahagia dipertemuan mereka kali ini. Sebelah tangan Vreya memeluk pinggang Ridho, sementara kedua tangan Ridho menggenggam tangan Vreya yang memeluknya.
"Hari itu Ramadya memberitahuku bahwa tidak ada tempat untuk cinta di Keraton. Ramadya memintaku mencari cinta di tempat lain. Tapi aku tidak menemukan cinta dimanapun selain di kamu Vrey." Lirih Ridho.
"Aku harus bagaimana ya Vrey? Melupakanmu ternyata tidak mudah." Lanjutnya.
Punggung kokoh yang Vreya gunakan untuk bersembunyi dari Radiva saat mereka berada di paviliun keraton itu bergetar. Membuat Vreya memeluknya lebih erat.
"Aku juga Mas. Aku juga ngga bisa lupain Mas Ridho. Aku cintanya sama Mas Ridho. Maunya sama Mas Ridho. Aku akan cari cara supaya aku bisa bercerai dari Alifian Mas."
"Jangan Vrey. Kau harus menjaga kehormatanmu sebagai putri mahkota.
Sarah bilang, kehidupan itu terlalu lucu. Kita yang saling cinta tapi kamu yang menikah. Mai dan Jay yang ingin anak, tapi malah Tuhan ambil lagi. Bisa jadi ternyata Alifian punya cinta yang besar buat kamu Vrey. Bisa jadi ternyata kalian punya akhir yang bahagia." Ucap Ridho terbata.
Vreya menangis, sesekali suara sesenggukannya terdengar. Bukan ini akhir yang dia mau. Dia ingin hidup bersama Ridho dia ingin memperjuangkan semua bersama Mas Ridho-nya.
"Trus aku harus gimana Mas? Aku cintanya sama kamu Mas." Ulang Vreya.
Melepas pelukan tangan Vreya, Ridho memperbaiki posisi duduknya. Menggenggam tangan gadis itu. Mengamati setiap inchi wajah yang tidak akan pernah Ridho lupakan
"Hiduplah dengan baik Vrey, dengan begitu aku akan merasa ikhlas melepasmu."
"Mas?"
Mengangguk ringan Ridho menghapus air matanya. "Kau harus hidup dengan baik."
Merengkuh pipi Vreya, Ridho mencium gadis itu dalam untuk terakhir kalinya. Mencium cintanya yang telah menjadi istri orang. Ridho tahu dia berdosa, tapi dia tidak bisa lagi menahannya.
Mereka berciuman di suatu sore di musim semi yang terasa menyedihkan.
Vrey, aku melepasmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rizky Ridho - Pick The Princess Up
FanficSejak Mai menjalin hubungan dengan Jay dan mempersiapkan pernikahan mereka, Vreya jadi sering berkunjung dan bertemu dengan para punggawa Timnas Indonesia. Mengumpulkan identitas untuk keperluan pemesanan tiket dan hotel di hari pernikahan Mai. Ridh...