LIMA BELAS

307 32 17
                                    

Suara musik mengalun ringan di sebuah cafe di rooftop salah satu hotel di Jakarta. Dari sisi terbukanya, angin malam dan cahaya lampu mobil dibawah terlihat cukup gemerlap. Ridho tengah duduk bersama dengab Radiva, ya lelaki yang datang menemuinya di lokasi latihan tadi adalah Gusti Pangeran Harya Radiva - kakak pertama Vreya yang digadang-gadang menjadi Raja selanjutnya dan mencalonkan diri sebagai Kepala Daerah.

Mereka duduk bersisian dengan suasana yang kurang nyaman.

"Rokok?" Radiva menyodorkan rokok miliknya menawarkan pada Ridho.

Menggeleng ringan Ridho menolaknya, "Saya tidak merokok Gusti."

"Whiskey?"

"Saya juga tidak minum. Cukup jus aja." Jawab Ridho menunjuk segelas jus yang sudah dia pesan.

Mengangguk ringan, Radiva menghisap rokoknya, lalu menghembuskan asapnya di udara. "Bagaimana bisa lelaki yang tidak merokok dan tidak minum berkencan dengan adikku dan tidur dengannya?"

Tertawa ringan Ridho menyandarkan punggungnya, "Tidakkah anda melihat betapa Vreya sangat manis dan sangat mudah untuk dicintai?"

"Kau sebut meniduri anak gadis orang dengan istilah cinta?" Balas Radiva.

"Ya. Vreya bilang untuk bisa menikahinya saya harus menidurinya. Dengan begitu dia akan menjadi aib bagi keraton dan tidak akan ada lelaki yang mau menikahinya, kecuali saya.

Karena saya akan menikahinya apapun yang terjadi, dengan atau tanpa restu Keraton." Jawab Ridho. Dia berbohong untuk persoalan tidur bersama, tapi untuk kalimat menikahi Vreya apapun yang terjadi, Ridho seratus persen jujur dan mempertaruhkan semua yang dimiliki.

Radiva meneguk segelas Wishky, "Kau cukup bernyali rupanya."

Mengubah posisi duduknya, Ridho menghadap kearah Radiva, "Katakan pada saya apa syarat yang harus saya penuhi untuk bisa menikahi Vreya?"

"Tidak ada. Karena kau tidak akan pernah bisa menembus Keraton. Keraton butuh menantu yang memiliki nilai jual untuk kepentingan Keraton. Sedangkan kau? Selain bermain bola bisa apa?" Radiva masih enggan menatap Ridho disampingnya.

Mematikan putung rokoknya yang sudah habis, Radiva meneguk minumannya, "Bulan depan lamaran akan dilaksanakan. Tiga bulan kemudian akan ada pernikahan agung untuk Vreya dan Alifian.

Terserah kau mau melakukan apa, tapi lebih baik kau berhenti mengusahakan Vreya. Karena hasilnya akan sia-sia."

--

Terserah kau mau melakukan apa, tapi lebih baik kau berhenti mengusahakan Vreya. Karena hasilnya akan sia-sia.

Kalimat itu masih terus terngiang di kepala Ridho, penolakan sudah jelas-jelas dia terima, rencana pernikahan Vreya juga sudah ada didepan mata tapi menghubungi Vreya saja dia belum berhasil.

Menyandarkan tubuhnya di sofa, Ridho mengecek emailnya. Ada satu pesan masuk dari nama yang membuat lelaki itu berdiri dan melebarkan matanya.

Vreya@temanmanten.com
Mas Ridho.
Aku pakai komputer perpustakaan Mas.
Dan pakai email WO.
Mas, aku akan dilamar bulan depan, bantu aku pergi dari sini.

Vreya-nya membutuhkan bantuan untuk kabur dari perjodohan sialan keluarga keraton itu.

RRidhoR@gmail.com
Kabari aku kapan dan dimana acaranya Vrey, aku akan jemput kamu. Pasti. Kita ke Jakarta lagi seperti dulu.

Okay, untuk kali ini Ridho tidak akan perduli dengan karir Timnas-nya, kalaupun coach Shin mencoretnya karena Ridho melarikan Vreya dari keraton, suatu hari nanti pasti Coach Shin akan menerima permintaan maafnya. Tapi jika dia tidak bisa menjemput Vreya kali ini, maka dia hanya bisa melihat Vreya menjadi istri lelaki lain.

--

Suasana Keraton begitu riuh hari ini, tamu wisata berbaur dengan beberapa abdi dalem yang tengah mempersiapkan sambutan bagi tamu agung dari keluarga salah satu Menteri Keraton untuk melamar GRA Vreya Yashinta Hadiningrat.

Ridho berjalan perlahan menikmati hembusan angin diantara berisik dedaunan dari rindanganya halaman keraton. Lelaki itu sudah berhasil menjejakkan kakinya beberapa jam sebelum acara lamaran agung keluarga keraton dilaksanakan.

Dia akan menjemput Vreya, membawa gadis itu pergi bagaimanapun caranya. Dia tidak ingin kehilangan Vreya-nya begitu saja.

Dari depan rombongan mobil mewah memasuki plataran Keraton menuju ruang jamuan yang dulu pernah Ridho dan teman timnasnya gunakan untuk makan malam bersama keluarga keraton. Beberapa pengunjung terlihat mengambil gambar berkerumun diantara mereka.

Sedangkan dari koridor belakang di sisi taman bunga mawar, Ridho bisa menangkap siluet rombongan keluarga keraton. Ada siluet yang sangat dia kenal. Vreya berjalan malas dengan kebaya maroon-nya. Wajahnya ditekuk dan terlihat kesal, membuat Ridho tersenyum dari kejauhan.

Rasa ingin mengejarnya dan membawanya lari lalu mencium bibir cemberut Vreya menguasai dirinya. Mempercepat langkahnya, Ridho menyusup dibarisan tamu tanpa disadari oleh siapapun disekitarnya.

Detik demi detik berjalan diantara prosesi lamaran. Bisa Ridho lihat betapa Alifian adalah lelaki yang setara dalam segala hal bagi Vreya. Tapi tidak, Alifian tidak punya cinta yang setara untuk Vreya, bahkan mungkin dia tidak memiliki cinta untuk gadis itu.

Seorang gadis dengan kebaya Maroon memasuki ruangan, masih dengan wajah cemberutnya yang entah mengapa membuat Ridho semakin gemas. Pandangan Ridho tak sekalipun beralih dari Vreya, hingga tanpa dia sadari dua lelaki memegang lengannya dan memaksa Ridho berdiri dari kursinya.

"Tinggalkan tempat ini sebelum Gusti menjebloskan kamu ke penjara." Bisik salah satu dari mereka.

Ridho terhenyak ikut berdiri, mencoba memberontak namun tenaganya tidak cukup untuk melawan dua pria disisi kanan dan kirinya.

"Vrey! Vreya! Jangan terima lamarannya Vreya! Aku yang akan melamarmu!" Teriak Ridho membuat semua mata tertuju padanya.

Begitu menyadari suara yang berteriak tersebut, Vreya berlari menuruni tangga, menghampiri Ridho, mengabaikan sepatunya yang terlepas sehingga dia berlari tanpa alas kaki. Pantangan bagi seorang Putri.

"Mas! Mas Ridho!" Teriak Vreya nyaris memeluk Ridho ketika tangan Alfian menariknya memaksa gadis itu berhenti.

"Vreya! Aku cinta sama kamu Vrey!" Teriak Ridho sebelum menghilang dibalik pintu.

Vreya melepas cekalan tangan Alifian dari lengannya, penuh kekesalan gadis itu menampar pipi Alifian kencang.

"Saya menolak lamaran kamu!" Teriak Vreya dihadapan puluhan mata.

Rizky Ridho - Pick The Princess UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang