Happy Reading✨
•
•
•
Hari minggu yang biasa digunakan orang lain keluar untuk sekedar bermain ataupun berlibur tidak berarti apapun bagi Agha. Hari-harinya sama saja. Toh, ia memang jarang sekali keluar sejak dulu.
Ayahnya ke luar kota beberapa hari yang lalu. Iya, semakin kesini Rasen semakin sering bolak-balik keluar kota atau maupun keluar negeri. Tidak lama, hanya beberapa hari, tetapi pria itu akan berada di rumah satu sampai tiga hari saja saking sibuknya.
"Pel yang benar, awas kalau gak bersih."
Kini Agha sedang memegang pel di tangannya sejak setengah jam yang lalu. Sudah hafal dengan sikap ibu sambungnya itu jika mereka sedang berdua saja di rumah. Sejauh ini Amira tidak pernah menyakiti Agha, sungguh. Wanita itu hanya suka mengancam dan menyuruh Agha melakukan ini itu sesuai keinginannya.
"Mama minggir dulu dong. Gimana mau ngepel kalau Mama berdiri di situ terus."
Tidak, Agha sama sekali tidak takut pada Amira perihal seperti ini. Yang ia takutkan hanya jika wanita itu benar-benar ingin menjauhkannya dari sang ayah.
Amira lantas mendelik tajam. "Saya mau makan dulu. Ini semua harus selesai kalau saya balik."
Agha menghela napas pelan. Seperginya Amira dari sana, ia mulai kembali menggerakkan tangannya untuk mengepel lantai bawah hingga sebuah pikiran jahil melintas di kepalanya.
Sebelum ibu sambungnya itu kembali, Agha dengan sengaja mencecerkan beberapa air di sekitarnya. Ia kemudian beralih sedikit menjauh dari sana, hanya tinggal mengepel area ruang tengah yang biasa digunakan untuk berkumpul dan selesai.
Agha segera mengembalikan pel ke tempat semula setelah selesai menyelesaikan tugasnya. Anak itu kemudian duduk santai di ruang tengah dan sesekali mencuri pandang ke arah lain.
'Bruk!'
"AGHA!"
Hingga suara jatuh mengalihkan seluruh atensinya. Bisa Agha dengar Amira sedang mengaduh kesakitan dan terduduk di lantai akibat terpleset. Agha berpura-pura dengan teriakan Amira, ia tetap memainkan nintendo miliknya.
Semua itu ulah Agha!
Bolehkan Agha sedikit senang?Anak itu terlihat menahan senyumnya. Jaraknya dengan Amira sebenarnya tidak terlalu jauh, namun sedikit tertutup dinding pembatas ruang tengah dan area dapur serta ruang makan.
"Gha."
Jendra mengernyit bingung mendapati adiknya itu terkikik kecil.
"Eh, lo udah balik, Kak. Ergi mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak : Jarvis Agha
Teen FictionAgha tidak pernah menyangka jika keinginannya mempunyai seorang ibu berakhir nyata. Namun, seharusnya dia tidak mengaharapkan itu sedari awal. Kalau kata Jendra, "Agha itu ibarat kaca, rentan pecah." Start : 25 April 2024 End : -