Happy Reading✨
•
•
•
Agha baru saja mendapat omelan panjang dari Rendi. Lelaki itu juga tampak sedikit terkejut akibat luka di bibir Agha sebab Rendi belum pernah mendapati keponakannya itu berkelahi sejak kecil.
"Besok gak usah masuk dulu, kamu harus istirahat," kata Rendi.
Harusnya Agha peka dengan kondisi tubuhnya sendiri. Kenapa anak itu memaksakan tubuhnya hingga drop seperti ini?
Di dalam kamar juga masih ada Amira dan juga Ergi. Sedangkan Agha tidak merespon, hanya mendengarkan dengan diam karna dirinya juga sadar jika akhir-akhir ini tubuhnya kembali merasa tidak nyaman.
"Smartwatch Agha di mana, Bang?"
"Ada. Kenapa?" tanya balik Rasen.
"Biar dipakai lagi."
Rasen menarik napasnya dalam. Itu artinya kondisi Agha kembali tidak baik hingga harus terus dalam pantauan.
"Mulai besok kamu harus pakai smartwatch lagi ya, Om gak terima bantahan," final Rendi. Lelaki itu hanya ingin meminimalisir kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi kapan pun.
"Om ... " lirih Agha.
Rendi kembali memusatkan atensinya pada sang keponakan.
"Iya, kenapa? Ada yang sakit?"
"Lepas," ucapnya pelan sambil menunjuk masker oksigennya.
"Memangnya napas kamu udah enakan?"
Anggukan kecil Agha berikan. Rendi kemudian membantu melepaskan masker oksigen itu.
"Setelah ini kamu harus makan, terus minum obat, habis itu istirahat lagi. Besok Om balik lagi buat cek kondisi kamu. Sekarang Om pergi dulu ya," pamitnya sambil mengusak pelan rambut Agha. Rendi harus kembali ke rumah sakit untuk bekerja.
Agha mengangguk kecil sebagai respon.
"Kamu dengar kan apa yang Om kamu bilang?" Rasen kembali membuka suara setelah Rendi pergi dari sana. "Kalau sudah seperti ini siapa yang susah? Kita semua yang susah. Kamu sendiri juga yang rasain sakitnya."
Mata Agha memanas. Baru pertama ini Agha mendengar ucapan seperti itu dari ayahnya.
Menyusahkan ya? Tapi itu memang benar. Sejak kecil ia hanya bisa menyusahkan orang-orang terdekatnya saja.
"Apa Ayah sadar kalau sikap Ayah ke Agha berubah?"
"Bukan Ayah yang berubah, tapi kamu di sini yang berubah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak : Jarvis Agha
Fiksi RemajaAgha tidak pernah menyangka jika keinginannya mempunyai seorang ibu berakhir nyata. Namun, seharusnya dia tidak mengaharapkan itu sedari awal. Kalau kata Jendra, "Agha itu ibarat kaca, rentan pecah." Start : 25 April 2024 End : -