Happy Reading✨
•
•
•
Kenangan kelam yang menjadi sebuah trauma tidak akan mudah menghilang. Meskipun kita sudah berusaha untuk melupakan, namun rasa itu sedikit banyaknya pasti akan tetap ada.
Kolam adalah tempat yang sangat mengerikan bagi Ergi, entah itu kolam renang atau hanya sekedar kolam ikan. Di matanya, tempat itu mengingatkannya kembali pada bayangan menyakitkan.
Di tempat itu, Ergi kecil pernah dengan sengaja ditenggelamkan oleh ayah kandungnya hanya karena tidak mau meminta uang pada ibunya.
Bukankah ayahnya itu terlalu kejam?
Di umurnya yang baru menginjak belasan tahun, siang itu Ergi baru saja pulang dari sekolah. Begitu menginjakkan kaki ke dalam rumah, anak itu sudah di suguhi dengan ruang tamu yang berantakan.
Namun, pemandangan seperti ini sudah sering kali ia lihat. Beberapa pecahan barang berserakan, juga beberapa botol minuman yang sudah kosong.
Pria yang menyandang status sebagai ayahnya itu memandang kehadiran sang anak dengan senyuman miring.
"Kamu sudah pulang, bagus!" Pria itu mulai mendekat, menghampiri anak semata wayangnya. "Cepat telpon mama kamu dan minta uang padanya!"
Ergi menggeleng, memberanikan diri untuk menolak permintaan sang ayah.
"Kamu gak mau turutin ucapan Papa?"
Anak itu kembali menggeleng dengan mata yang berkaca-kaca karna takut. Ergi tahu seberapa keras ibunya bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, tapi yang dilakukan pria di depannya ini hanya bisa meminta dan menghabiskan hasil jerih payah ibunya untuk mabuk-mabukkan.
Itu sungguh memuakkan!
Sebenarnya Ergi terlahir dari keluarga yang berada. Ayahnya adalah seorang presdir sekaligus pemilik sebuah perusahaan turunan dari keluarganya. Namun, perusahaan itu lambat laun bangkrut karna ayahnya tidak bisa mengelola bisnis itu dengan benar, ditambah perilakunya yang suka menghamburkan uang dan mabuk.
Setelah perusahaan sang ayah benar-benar bangkrut, ayahnya itu menjadi pengangguran. Mau tidak mau, Amira harus menutupi semua hutang akibat perusahaan suaminya itu gulung tikar.
"Dasar anak tidak berguna! Jangan menangis, DIAM! Kamu itu cuma nambah beban buat Papa selama ini!"
"Tutup mulutmu sekarang atau kau akan tahu akibatnya, Ergi!"
Ergi mengatupkan bibirnya rapat meskipun isakannya tidak bisa berhenti. Dan dengan tatapan bengis, pria itu menyeret tubuh Ergi ke halaman belakang.
Pandangannya tertuju pada kolam yang ada di belakang rumahnya. Ergi berjalan dengan sedikit terseret akibat tidak bisa menyamai langkah lebar sang ayah. Detik berikutnya kedua tubuh sepasang ayah dan anak itu sudah basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak : Jarvis Agha
Fiksi RemajaAgha tidak pernah menyangka jika keinginannya mempunyai seorang ibu berakhir nyata. Namun, seharusnya dia tidak mengaharapkan itu sedari awal. Kalau kata Jendra, "Agha itu ibarat kaca, rentan pecah." Start : 25 April 2024 End : -