Happy Reading✨
•
•
•
Jendra baru saja pulang petang ini dan langsung menuju kamar. Beberapa saat kemudian pintunya terdengar diketuk.
"Jendra, kamu di dalam kan?"
"Masuk, Yah," sahutnya.
"Kenapa?" tanyanya begitu Rasen mendekat.
"Ayah mau tanya sesuatu sama kamu."
Jendra mengangkat sebelah alisnya. "Tentang?"
"Kamu pernah lihat Agha kasarin Mama?"
Pergerakan Jendra yang sedang memilah lemari untuk mencari kaos terhenti. Kepalanya kembali tertoleh pada sang ayah. "Ayah tau, siapa yang bilang?"
"Jadi itu benar?" Rasen menghela napas pelan. Pria itu kira Agha tidak mungkin melakukannya, tapi setelah melihat respon Jendra, sepertinya apa yang dikatakan oleh Amira benar. "Tadi pas Ayah baru pulang, Mama di dorong sama Agha sampai jatuh, habis itu dia langsung pergi ke kamar."
Lagi? Padahal Jendra sudah menegurnya waktu itu. Jendra terdiam sejenak, apa ia perlu memberitahukan kejadian tempo lalu pada Rasen? Tapi, sepertinya ayahnya itu juga sudah tahu.
"Mungkin dua bulan yang lalu, Jendra juga pernah lihat Mama jatuh di depan dapur, dan Agha ... "
Rasen menunggu ucapan anak sulungnya yang menggantung.
"Jendra lihat Agha ketawa di ruang tengah." Jendra menceritakan semua, mulai dari Agha yang mengakui melakukannya dengan sengaja hingga Jendra juga sudah menegurnya. "Agha ... kayaknya dia gak bisa nerima Mama, Yah."
"Kenapa? Bukannya kamu dan adik kamu dulu sudah setuju saat Ayah minta izin ke kalian? Dan selama ini juga Ayah lihat kalian semua tidak ada masalah." Helaan napas kembali terdengar. "Ya sudah, Ayah mau bicara sama adik kamu dulu," ucapnya beranjak pergi dari kamar Jendra.
- 𝙳𝙴𝚃𝙰𝙺 -
Agha masih sedikit terisak di dalam kamarnya dalam posisi yang sama, duduk di bawah bersandar pinggiran ranjang. Kehadiran Rasen yang berada di belakangnya pun tidak ia sadari.
"Gha ... "
Suara berat itu menyapa indra pendengarannya. Agha sama sekali tidak menoleh.
Rasen pun mendekat, sejenak terpaku melihat Agha dengan mata sembabnya. Sudah lama sekali Rasen tidak melihat anak bungsunya itu menangis.
"Kenapa tadi kasar gitu? Ayah pernah kasar ke kamu?"
Anak itu masih diam, enggan untuk menjawab.
Marah? Tentu. Rasen melihat sendiri bagaimana Amira jatuh tadi saat dirinya baru saja memasuki ruang tengah, tapi pria itu tahu benar jika Agha tidak bisa mendengar suara keras apalagi dikasari. Karna itu tidak nada tinggi dalam ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak : Jarvis Agha
Teen FictionAgha tidak pernah menyangka jika keinginannya mempunyai seorang ibu berakhir nyata. Namun, seharusnya dia tidak mengaharapkan itu sedari awal. Kalau kata Jendra, "Agha itu ibarat kaca, rentan pecah." Start : 25 April 2024 End : -