2. PERKENALAN

22 9 7
                                    

Happy reading!

.

Tandain kalo ada yang typo!

.

Matanya tertuju pada papan nama yang bertuliskan ‘XI DKV 2’ yang berada di atas pintu kelas. Malik sekarang berada di depan kelasnya bersama dengan Lintar. Pemuda itu melirik Malik sekilas, ia tahu bahwa temannya pasti terlihat canggung dengan suasana baru ini. “Lik, ayo masuk…”

Malik meneguk salivanya, kenapa ia menjadi seperti orang yang ketakutan saat ini? Selalunya tidak pernah. Bukan karena lingkungannya yang berbeda, tapi hawa di sekolah ini yang seakan menutup pernapasan Malik secara perlahan, dan itu membuatnya menjadi sedikit lebih takut. Namun dengan adanya Lintar membuat Malik percaya bahwa semua pikiran buruknya tidak akan terjadi.

Pintu kelas dibuka oleh Lintar, terlihat lumayan banyak murid yang berada di dalam kelas, tapi ketahuilah bahwa rata-rata murid itu bukan berasal dari kelasnya sendiri, melainkan dari anak kelas lain yang nongkrong di sini, termasuk teman-teman Lintar.

Suara bersahut-sahutan menjadi sambutan hangat bagi Malik. Matanya melihat jelas suara riuh itu berasal dari teman-teman Lintar yang berada di pojok kelas mereka. Malik mengembangkan senyumnya saat melihat salah satu dari mereka melihatnya dengan tatapan yang bingung.

“OY, LIN!”

Teriakan satu nama membuat Lintar sontak melambaikan tangannya ke arah mereka. Malik mengalihkan atensinya ke arah sumber suara, merasa penasaran siapa nama yang baru saja memanggil nama Lintar. Para siswa-siswi yang berada di kelas itu seketika hening dan menatap bingung ke arah pria di sebelah Lintar yang terlihat asing di mata mereka.

“Tumben lo baru dateng?” Sapa pemuda itu pada Lintar, seraya bertos ria. Hal itu mereka lakukan secara bergantian setiap kali bertemu satu sama lain.

“Biasa, urusan osis dulu tadi,” jawab Lintar santai.

“Sibuk banget ketos kita. Eh iya btw itu siapa, Lin?” Matanya menatap seorang remaja yang sepertinya murid baru, karena mereka belum pernah lihat sebelumnya. Malik mendekat ke tempat Lintar berada. Sangat canggung rasanya.

Lintar memutar badannya dan menatap sekilas Malik, “Oh iya, kenalin ini Malik. Dia murid yang ikut pertukaran pelajar itu,” Lintar memperkenalkan Malik pada teman-temannya. Sedangkan Malik hanya tersenyum canggung.

“Santai aja, gak usah canggung gitu kali kita gak gigit kok. Paling dia nih yang gigit,” cetus pemuda itu seraya melirik jahil teman di sampingnya.

“Enak aja, lo pikir gue vampir?!” Sahut remaja yang bernama Muhammad Shaka, atau lebih sering dipanggil Shaka oleh teman-temannya. Bisa dibilang Shaka ini juga sedikit pintar. Dulu ia merupakan ketua dari ekstrakurikuler teater di sekolah ini. Namun sayang, ekskul itu tiba-tiba saja mendadak dibubarkan oleh sang kepala sekolah tanpa alasan yang jelas, dan membuat Shaka beralih menjadi anggota basket hingga sekarang.

“Salken, gue Muhammad Zibril Ardiansyah, panggil aja Zibril atau gak Jibril. Asal jangan dipanggil malaikat aja kek yang ono noh.” Pemuda itu menatap tajam temannya yang bernama Restu.

“Lo Jibril yang waktu itu masuk berita tawuran kan?” Tanya Malik yang membuat Zibril sontak menatapnya dengan mata yang terbuka sempurna. Lintar yang mendengar itu merasa kaget dan langsung menatap Zibril. Orang ditatap hanya menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal itu seraya cengengesan. Habislah dia sekarang, pasti dapet omelan lagi dari sang ketos tercinta.

“Lo tawuran lagi?” Tanya Lintar penuh penekanan.

“A-anu, Lin…” Zibril bingung harus menjawab pertanyaan Lintar seperti apa. Untung saja Restu dengan sigap memotong percakapan mereka.

7 DEATH CHALLENGERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang