Happy reading!
.
Tandain kalo ada typo!
.
Pukul 09.30 WIB.
Bel istirahat telah berbunyi. Seluruh siswa/i di sekolah itu berhamburan keluar kelas. Keenam pemuda itu kini sedang menuju ke kantin, sesuai janji mereka sebelumnya. Diantara mereka hanya Lintar yang tidak hadir, ia bilang akan menyusul nanti sehabis dari ruang osis.
Sepanjang jalan banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka, entah itu penasaran dengan sosok yang baru saja ditemuinya, atau karena memang wajah mereka yang mengundang perhatian dari murid-murid lain.
Jujur saja, sedari tadi perasaan Malik tidak tenang. Ia merasa ada sesuatu yang sedang memperhatikan mereka dari kejauhan, bulu kuduknya tiba-tiba saja berdiri, dan itu ia rasakan ketika adanya hembusan angin yang seakan meniup belakang telinganya.
Kantin itu terletak di wilayah paling ujung. Dari 7 kantin yang tersedia, mereka memilih kantin akhir untuk di jadikan tempat kumpul mereka. Dan kantin terakhir inilah yang jarang memiliki peminat, padahal dagangan mereka tak kalah enak dengan kantin lainnya. Malik tidak tau alasan kenapa Arsa memilih tempat itu untuk dijadikan titik kumpul mereka.
"Lik, mau pesen apa lo?" Tanya Zibril ketika mereka telah sampai di kantin.
Mereka mendudukan dirinya di kursi panjang yang tampak usang, sesekali membersihkan meja yang berada di hadapan mereka, kecuali Zibril yang tengah berdiri, menunggu pesanan dari teman-temannya. "Samain kek lo aja deh." Malik tak ingin memilih-milih untuk saat ini
"Yang lain?" Tanya Zibril lagi.
"Samain aja, males milih!" Cetus Shaka. Zibril hanya mengangkat jempol kanannya seraya berjalan menuju kantin tersebut untuk memesan 7 bakso dan 7 es teh.
Dari kejauhan terlihat seorang pemuda tengah berlari kencang ke arah mereka dengan menggenggam sebuah kertas di tangannya. Bahkan pemuda itu nyaris menabrak murid lain yang sedang membawa makanannya karena terlalu terburu-buru. Ia harus menyampaikan informasi ini kepada teman-temannya. "Woy, liat deh!"
Saat sampai di sana, Lintar berusaha menetralkan nafasnya yang tersengah-sengah setelah berlarian dari ruang osis ke kantin yang jaraknya lumayan jauh. Ia menaruh kertas itu di atas meja yang berdebu. Terpampang jelas foto wajah 6 orang di sana, lengkap dengan nama, kelas, dan jurusannya. "Gue tadi nemuin ini di lemari osis. Gue yakin 6 orang ini adalah orang-orang yang dinyatakan ilang itu!"
Baru saja Malik ingin membalas Lintar, Zibril sudah datang terlebih dahulu, membawa 1 nampan berisi semangkuk bakso, dibantu oleh pedagang kantin itu yang membawakan es tehnya. Setelahnya, pedagang itu kembali ke tempat ia berjualan. "Pesanan datang...!" Seru Zibril seraya menaruh menu mereka di atas meja itu, kemudian mendudukan dirinya di tempat duduk yang masih tersedia.
Malik kembali mengambil kertas itu, memperhatikannya dengan teliti, sepertinya wajah itu tidak asing. "Ilang? Keknya tadi pagi gue liat mereka deh."
Zibril mengikuti arah pandang Malik untuk melihat apa yang ia pegang, beruntung ia duduk dekat Malik. Setelah melihat itu, kedua mata Zibril terbuka sempurna. "Ngomong apa si lo, Lik? Mereka itu udah ilang sekitar 2 hari yang lalu, gak mungkin tiba-tiba lo liat mereka ada di sekolah."
Malik membeku ditempat. Ia merasa benar-benar melihat wajah keenam murid itu tadi pagi. Entahlah, mungkin hanya salah lihat atau memang wajahnya sekedar mirip saja.
"Udah, dimakan dulu baksonya, nanti keburu dingin gak enak," titah Arsa yang sudah mengambil semangkuk baksonya lebih dulu, disusul oleh keenam temannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
7 DEATH CHALLENGERS
Mystery / ThrillerMalik adalah seorang siswa yang mengikuti kegiatan pertukaran pelajar di kota Bandung. Kedatangannya di sebuah SMK terkenal di kota Bandung itu disambut baik oleh keenam temannya. Tak berselang lama setelah Malik memasuki sekolah itu, kejadian-kejad...