6. KEGIATAN PERJUSA

18 6 3
                                    

Happy reading!!

.

Tandain kalo ada yang typo!

.

Keesokan harinya mereka berkumpul di tempat biasa ketika bel istirahat baru saja berbunyi. Lintar yang sudah tidak tahan ingin berbicara akhirnya mengangkat suara seraya mendekatkan diri ke arah teman-temannya, lalu mengambil sebuah kertas lipat yang berada di saku dadanya. “Lo semua harus liat ini, semalem nih kertas tiba-tiba masuk ke kamar gue, pas banget waktu gue lagi cari-cari info tentang kasus murid-murid yang ilang itu,” pungkasnya seraya memperlihatkan kertas itu kepada teman-temannya.

Mereka sontak lebih mendekatkan diri kepada Lintar karena penasaran dengan isi kertas tersebut, namun tak ada salah satu dari mereka yang mengerti maksud dari tulisan itu, bahkan Malik dan Lintar pun angkat tangan dengan jawabannya, hingga Arsa dengan otak cerdiknya mencari tahu tulisan apa yang terkandung dalam surat itu melalui internet dengan cara memotretnya, ia mengasumsikan bahwa itu adalah sebuah tulisan kuno yang biasa di pakai oleh orang zaman dahulu. Dan benar saja, itu adalah sebuah aksara yang bernama ‘aksara sunda’.

“Menurut informasi yang gue cari sih, ini tuh aksara sunda namanya,” cetus Arsa.

“Mentang-mentang sekolah di Bandung, aksara nya sunda! Gimana kita mau tau arti dari aksara ini coba, belajar ginian aja gak pernah!" Sahut Kafka.

Zibril menyeringai seraya terkekeh. “Buat apa punya teknologi canggih kalo gak digunain, bosqu? Tinggal foto, salin, translate deh ke google, ya kan?” Usulnya. Mereka pun saling melemparkan tatapan, lalu mengangguk, kemudian mulai menerjemahkan tulisan itu menggunakan google sebagai alternatifnya.

 Mereka pun saling melemparkan tatapan, lalu mengangguk, kemudian mulai menerjemahkan tulisan itu menggunakan google sebagai alternatifnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Permainan dimulai,” cetus Zibril yang langsung mendapat tatapan tajam dari teman-temannya. seraya menatap teman-temannya.

“Permainan dimulai?” Pertanyaan Malik hanya dibalas anggukan oleh Zibril.

Shaka sontak membelalakan matanya ketika mendengar itu, dengan cepat ia merebut kertas itu dari tangan Zibril kemudian merobeknya menjadi bagian kecil dan membuangnya ke tempat sampah begitu saja. “Kita pasti lagi dipermainin, beneran ada yang gak beres, Lin.”

Kafka menarik kerah seragam Shaka dengan kuat. “Gak harus di robek gitu juga, anjing, siapa tau itu salah satu clue buat kita dari awal menuju kasus ini, bloon banget sih lo!” Marahnya kemudian melepaskan tangannya dari baju Shaka dengan kasar.

Arsa menggelengkan kepalanya kuat, ia tak menyangka jika dirinya juga ikut terjebak dalam situasi seperti ini, ingin maju tapi takut, mundur pun ia sudah tidak bisa. Cukup, sudah cukup Arsa kehilangan peran keluarga dihidupnya, ia tidak ingin kehilangan teman-teman yang ia anggap berharga itu. Arsa meneguk salivanya, “Itu gak bener-bener tertuju untuk kita, kan?” Tanyanya.

7 DEATH CHALLENGERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang