Happy reading!!
.
Tandain kalo ada yang typo!
.
Seorang pemuda tengah berjalan mengikuti kemana langkah kakinya membawa, dengan mengenakan hoodie hitam, tidak akan ada yang menyangka bahwa ia adalah seorang siswa dri SMK Bumi Pertiwi. Sejak bel berbunyi 15 menit yang lalu, ia cepat-cepat meninggalkan area sekolah. Langkah kakinya terhenti ketika ia sampai disebuah taman yang jaraknya cukup jauh dari sekolah, di sana terdapat seseorang yang memakai pakaian serba hitam, sepertinya ia sudah menunggunya sejak tadi.
“Dateng juga lo, Bril, gue kira lupa,” sapanya pada pemuda yang baru saja sampai. Ya, pemuda itu Zibril.
“Heh, gue mana pernah ingkar janji,” serunya, dengam senyum kecil yang menyungging.
“Gak ada yang tau kan lo ke sini, temen-temen lo misalnya,” tanya pemuda itu khawatir.
“Aman!” Cetus Zibril merasa yakin, karena sebelum bel sekolah berbunyi ia menyempatkan diri pergi ke toilet untuk merubah sedikit penampilannya, agar teman-temannya tidak mengetahui bahwa dirinya melarikan diri tanpa perizinan dari mereka.
Senyum smirk terbit di wajah pemuda misterius itu. “Gue punya tugas buat lo.” Pemuda itu tampak menarik sedikit lengan Zibril agar lebih dekat dengannya, kemudian mulai membisikkan sesuatu yang kelihatannya begitu serius.
Tanpa ia sadari, ternyata ada remaja lain yang sedang memata-matainya, bahkan ia juga sempat mengambil gambar interaksi antara Zibril dan pemuda itu, dengan senyum smirk-nya ia membalikkan badan dan beranjak pergi dari sana.
***
Arsa tengah duduk di pekarangan rumahnya, menikmati setiap hembusan angin yang menerpa kulitnya. Banyak notif yang bermunculan diponselnya, namun Arsa hanya acuh, pikirannya seolah menerawang jauh, jujur saja, ia rindu kebersamaan keluarganya dulu, kebersamaan yang tak dapat lagi ia rasakan sekarang. Sejak kakak kandung Arsa meninggal, kedua orang tuanya tak pernah akur, bahkan untuk peduli pada Arsa saja tidak, namun ia beruntung karena saat itu bertemu dengan Shaka, seorang anak laki-laki kecil yang menghampirinya ketika ia sedang menangis di pekarangan rumahnya kala itu. Seiring berjalannya waktu, mereka tumbuh bersama dan saling menguatkan satu sama lain, Shaka yang selalu berada di sampingnya saat ia butuh bantuan, begitupun sebaliknya. Namun sebesar apapun rasa peduli Shaka, Arsa tetap menginginkan keluarganya juga seperti itu padanya, dan itu yang membuatnya melamun hingga sekarang. Keadaan rumah yang kosong, seakan tak berpenghuni membuat dirinya semakin merasa kesepian.
Arsa sesekali mengecek notif di ponselnya, ternyata dari Shaka, pria itu mengajaknya untuk mencari barang-barang yang akan mereka bawa saat perjusa nanti. Namun entah kenapa dirinya merasa terlalu membebani Shaka sekarang, ia takut suatu hari nanti tidak bisa memenuhi janjinya pada pria itu.
Shaka yang baru saja akan keluar mencari barang untuk perjusa dikagetkan dengan kehadiran Arsa yang tengah melamun, langkahnya ia arahkan menuju pekarangan rumah Arsa yang hanya 5 langkah dari rumahnya. Pria itu menghembuskan nafasnya kasar, pasti temannya ini sedang memikirkan sesuatu. “Gue kira lo ke mana, abisnya gue chat gak di bales, ternyata lo di sini.”
Arsa tak menggubris perkataan Shaka, membuat pria itu sedikit bingung. “Lo kenapa, Sa?” Arsa tetap diam tak menjawab. “Lo pasti mikirin mereka lagi, ya?” Tebak Shaka.
Arsa sama sekali tak berpaling dari pandangan lurusnya. “Mereka kan keluarga gue,” jawabnya singkat. Shaka sudah menduga, pasti jawabannya akan tetap sama setiap kali ia tanyakan hal yang sama.

KAMU SEDANG MEMBACA
7 DEATH CHALLENGERS
Gizem / GerilimMalik adalah seorang siswa yang mengikuti kegiatan pertukaran pelajar di kota Bandung. Kedatangannya di sebuah SMK terkenal di kota Bandung itu disambut baik oleh keenam temannya. Tak berselang lama setelah Malik memasuki sekolah itu, kejadian-kejad...