Happy reading!!
.
Tandain kalo ada yang typo!
.
BRAKK!!
Lukisan itu terjatuh, menimbulkan getaran suara yang terdengar jelas digendang telinga pengawas cctv itu, netranya melirik sekilas, dengan spontan ia balikkan badannya dan tidak ada siapa-siapa di sana, hanya ada lukisan terjatuh. Pengawas itu mendekat ke arah sana, membuat ketiga pria yang bersembunyi menjadi was-was, akankah misi mereka terhenti sampai sini karena ketahuan?
Langkah kakinya berhenti tepat di depan dinding, mengambil lukisan itu dan memajangnya kembali tanpa adanya rasa curiga terhadap lingkungan sekitar, setelahnya ia kembali berjalan keluar untuk kembali ke ruangan istirahatnya, karena dirasa waktunya cukup untuk hari ini.
Setelah dirasa pengawas itu benar-benar telah jauh meninggalkan area, akhirnya mereka bertiga keluar dari persembunyian dengan nafas yang lega. "Uh, untung gak ketahuan, lo sih, Ka, pake nyenggol lukisan segala," oceh Restu ketika membayangkan bagaimana kondisi mereka tadi jika tidak cepat-cepat bersembunyi di balik tumpukkan kardus.
"Yee, maaf, gue mana tau kalo ada lukisan di situ," sahut Shaka.
"Udah itu gak penting, sekarang ayo masuk!" Titah Arsa sambil menarik Restu dan Shaka ke arah ruangan cctv.
Ketiga pemuda itu telah sampai di depan ruangan cctv, sangat gelap, hanya ada sedikit cahaya yang berasal dari luar jendela. Shaka mengintip ke dalam sekilas, memastikan keadaan ruangan benar-benar kosong. "Aman, masuk dah lo pada, gue jaga di luar," titahnya pada Restu dan Arsa.
Pintu ruangan terbuka, Arsa mencari saklar lampu yang bisa ia nyalakan, meski tak semua lampu akan dinyalakan, sedangkan Restu fokus mencari tombol untuk mengaktifkan computer dan kamera cctv tersebut. "Sip, semua udah nyala," ujar Restu. Pria itu juga kembali memutar rekaman cctv di hari-hari dan bulan-bulan sebelumnya untuk memastikan tentang kasus itu. Hingga sebuah rekaman membuat dirinya membeku ditempat.
"Sa, tanggal 4 April 2024 lo inget gak ada kasus apa?" Tanya Restu pada Arsa yang sedang mengawasi komputer cctv, pria itu menengok sesekali menaruh telunjuknya di pelipis seperti orang yang sedang berpikir.
"Yang ada 10 orang ilang itu bukan? Atau yang Kak Iyan tiba-tiba meninggal...?" Kalimat akhir Arsa terdengar kecil dan takut, ia tahu betul kondisi Iyan yang meninggal saat itu, karena Arsa lah yang pertama kali menemukannya ketika ia ingin pergi ke ruangan alat olahraga, yang kebetulan harus melewati salah satu toilet di sana terlebih dulu.
"Nah itu, yang Kak Iyan meninggal, gue nemu rekaman cctv hari itu," ujar Restu lalu menunjukkan isi video itu pada Arsa, tiba-tiba saja kamera itu mendadak menjadi hitam sesaat ketika Iyan baru saja memasuki kamar mandi, kemudian terdengar suara teriakan histeris yang mereka duga berasal dari kaka kelas mereka itu. Arsa menyudahi video itu, ia dengan cepat memindahkan video itu ke dalam flashdisk yang telah ia siapkan. "Kita udah punya 1 rekaman, meski cuma setengah, seenggaknya ini bisa jadi bukti kalo Kak Iyan itu bukan meninggal karena bunuh diri," ujar Arsa panik dengan keringat yang bercucuran di pelipisnya.
Setelahnya, mereka pun kembali ke aktivitas masing-masing, di mana Arsa yang mengawasi kamera cctv lewat computer, dan Restu yang memutar rekaman-rekaman lama. Tak terasa, sudah satu jam setengah mereka berada di ruangan, kini saatnya mereka bergantian dengan Zibril dan Kafka untuk menjaga cctv.
Keluar dari ruangan, mereka tak menemukan Shaka di sana, mereka sempat berpencar untuk mencari Shaka hingga akhirnya mereka menemukan Shaka yang keluar dari toilet lantai 1. "Yaelah si Shaka, kita cariin juga, dipikir tadi ilang," cetus Restu.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 DEATH CHALLENGERS
Misteri / ThrillerMalik adalah seorang siswa yang mengikuti kegiatan pertukaran pelajar di kota Bandung. Kedatangannya di sebuah SMK terkenal di kota Bandung itu disambut baik oleh keenam temannya. Tak berselang lama setelah Malik memasuki sekolah itu, kejadian-kejad...