|°Kapan terakhir kali dia
Tersenyum dengan tulus°|
-garin Marthini------+?--+°❄️°+--¿+-----
Garin tersenyum walaupun ia sebenarnya ingin sekali menangis melihat keadaan sahabat nya seperti itu 'jak..lu satu satunya anak yang paling kuat...lu kuat banget nahan semua rasa sakit ini...gua mohon jangan pernah pergi dari sisi gua Jak...' batin Garin yang menatap sahabatnya dengan tatapan sendu nya...
~~_-++----+🪐+----++-_~~
Garin berada di rumah sakit menunggu jaki, dia di hantui pikiran yang aneh aneh dia takut kehilangan seseorang 'lagi' Dan sudah hampir makan malam tapi masih belum selesai *Tutulutulu~* Suara telepon dari hp Garin.
||Bapak Jeleg||
Garin lu dimane?
Kok kaga bawa radio?Oh tadi buru buru pak hehe
Lupa~~Sekarang gua tanya dimane
Lu?U-uhmm a-aku di-
Permisi dengan keluarga
Pasien?Garin suara lu dimane?
Kok ada suara orang?Ah iya pak saya Keluarganya?
Gimana keadaan nya dok?Keadaanya lu-
*Tuuut~~* "Lah kok di matiin?, ada yang gak beres nih.." Rion meletakkan garpu nya yang membuat satu keluarga bingung dan sekaligus panik "Kenapa yon?" Sui juga meletakkan garpu nya dan menatap Rion dengan serius "Si kodok sialan kaga jawab pertanyaan gue" Rion berdiri dan berjalan ke kamar untuk mengambil kunci mobil dan terlihat jelas amarah yang ada di wajahnya yang membuat semua tidak ada yang menghentikan nya.
-Di rumah sakit-
"YANG BENER AJA DOK?! GAK MUNGKIN!!!" Garin menarik kerah baju dokter itu "M-maaf tapi jika pasien ingin kembali berjalan...H-harus M-menjalankan te-terapi" Dokter itu ketakutan melihat Garin yang sangat marah padahal dirinya telah di tahan hingga belasan orang tapi amarah tidak bisa berbohong "P-permisi maaf mengganggu tapi pasien telah sadar..." Mendengar hal itu Garin melepas kerah dokter itu dan berlari ke ruangan jaki.
"Jaki?..." Suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya "G-garin..." Suara jaki terdengar serak, dia melihat sekeliling dan merasa ada yang aneh "Rin...kok kaki gua gak bisa gerak?" *Deg* Hatinya hancur berkeping-keping mendengar pertanyaan itu "J-jaki...kamu Sahabat ku yang paling kuat kan?" Garin memegang tangan jaki dengan lembut sambil mengelus nya "Rin...Sumpah Rin gak lucu...kenapa kaki ku gak bisa di gerakin?!" Suara jaki kini terdengar sangat takut *tes* air mata mengalir dan hanya dengan melihat Garin menangis membuat jaki mengerti "RIN!!! AKU GAK MAU KAYA GINI RINN!!!" Jaki menangis dengan kencang "Jak...Maaf ya..." Garin memeluk jaki dengan erat sambil mengelus surai pink nya itu "GARINN...AKU GAK MAU...AKU GAK MAU..." jaki menangis dengan kencang bahkan orang yang berada di luar rumah sakit pun dapat mendengar suara teriakan itu.
"Itu kok kaya suara jaki?...Jangan jangan beneran disini lagi..." Rion turun dari mobil nya dan berjalan ke arah pintu rumah sakit dan mendengar suara tangisan dan teriakan dari ruang operasi "Permisi...ada pasien yang namanya Garin Marthini atau jaki chen gak?" Rion bertanya dengan mata yang masih tertuju pada ruang operasi tersebut "Oh iya ada pak...namanya jaki chen pasien sekarang masih berada di ruang operasi" Suster itu menunjuk ke arah ruang operasi yang penuh dengan tangisan itu, mata Rion melebar setelah mendengar itu, ia berlari dan membuka pintu operasi tersebut "Jaki?!..." Rion melihat Garin menenangkan jaki yang sedang meronta ronta ketakutan "Garin ini kenapa?!" Rion berjalan ke arah mereka "...jangan sekarang pi.." Garin berbicara dengan suaranya yang bergetar "Lah Gimana sih?! In-" omongan Rion terpotong ketika para perawat masuk "Permisi kami ingin memindahkan pasien yang bernama jaki chen ke ruangan nya..." Ucap perawat itu yang berjalan ke arah mereka "Jak...tenangin diri dulu ya..." Garin masih mengelus surai itu dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berisik seperti pikiranku [Krowjaki]
RandomAda apa ini? batin sang pria bersurai pink muda itu... ya,Ini sudah ke tiga kalinya dia mimisan... • • • 'Tuhan...aku hanya ingin istirahat...' batinnya. Sesakit itu ya?....terlalu lelah menahan tangis... + + apakah dia boleh bahagia?....