κόμμα

179 25 7
                                    

Ballroom atau aula dansa, ruangan luas yang sering dijadikan sebagai tempat pesta dansa atau pesta lainnya. Sean memasuki ruangan luas itu masih dengan sang ayah yang berjalan disampingnya. Sean berusaha senatural mungkin menutupi rasa gugupnya, bohong jika Sean tidak gugup berada di tempat ramai seperti ini. 

banyak mata yang memandanginya dengan berbagai macam tatapan. berusaha tenang, Sean mengambil nafas panjang lalu ia hembuskan perlahan. tingkah Sean mengundang atensi sang ayah "apa kau baik baik saja?" Duke sweeney bertanya, merasa khawatir jika Sean merasa sakit atau tidak nyaman. seingatnya, sean memang tidak menyukai tempat ramai seperti saat ini.

Sean mengangguk pelan "aku tidak apa-apa ayah.. aku hanya sedikit gugup." jawab sean, diakhiri dengan kekehan kecil. Duke sweeney menangguk paham. nyatanya rasa gugup ini masih berkelanjutan, walaupun ini bukan pertama kalinya ia datang ke istana. 

Sean pernah sekali datang ke istana bersama ayah dan ibunya menemui yang mulia raja dan ratu. untuk apa? tentu membahas pertunangan antara putra mahkota dan Sean. itu gila, saat itu Sean masih berumur 9 tahun dan putra mahkota berusia 11 tahun.

untuk umur sekecil itu seharusnya tidak akan mengerti dengan yang namanya pertunangan. tetapi karena jiwa yang hidup dalam raga sean ini bukanlah seorang anak kecil, maka dengan mudah sean memahami rencana pertunangannya bersama putra mahkota. waktu itu menjadi pertemuan mereka untuk pertama kalinya. 

"kenapa tubuhmu kecil sekali, tuan muda."

kata-kata penuh ejek putra mahkota padanya terlintas begitu saja dipikirannya. merasa kesal saat mengingat moment dimana putra mahkota mengejeknya dengan wajah yang sok polosnya. 

"kau menyukai makanan manis ya? lihat pipimu itu, seperti mau meledak"

tangan sean meremat bajunya sendiri guna menyalurkan rasa kesalnya, kenapa ejekan dari putra mahkota terus terngiang dipikirannya? "dasar menyebalkan!" seru batin Sean. 

Sean yang sibuk dengan isi pikirannya sendiri hingga tidak menghiraukan sekelilingnya hingga suara terompet mampu menyadarkannya.

Sean cukup terkejut dengan suara terompet yang tiba tiba saja berbunyi. "sudah mau mulai ya.." lirih sean yang tidak akan di dengar oleh orang lain.

tak berselang lama sean merasa seperti ada yang menepuk pundaknya pelan. dengan pasti sean menolehkan kepalanya guna melihat siapa yang menepuk pundaknya yang ternyata itu adalah ayahnya sendiri. 

duke sweeney mengulas senyum untuk sean sebelum berucap "ayo kita ke sebelah sana sean, pesta akan segera dimulai" duke sweeney mengarahkan sean yang dijawab dengan anggukan kecil oleh putra semata wayangnya. duke sweeney mengajak sean menuju tempat yang cukup dekat dengan tangga ballroom, jika ia berdiri disini maka dengan mudah sang putra mahkota menemukannya. 

tidak apa-apa memang, tapi ini sean berada di dunia novel. sesuatu akan terjadi sesuai dengan alur ceritanya, padahal kan ia sedang menjalankan misinya.

"yang mulia raja dan ratu memasuki ruangan, disusul dengan yang mulia putra mahkota dan tuan putri." seseorang berkata sebelum membukakan pintu untuk keluarga kerajaan. saat sang raja memasuki ruangan berbarengan dengan sang ratu dan kedua putra putrinya, para tamu undangan dengan serentak membungkuk hormat kepada keluarga paling terpandang di negeri ini. 

sean sempat terpana dengan keluarga paling terpandang ini, mereka semua tampak sempurna dengan pakaian kebangsaan mereka. gen kedua orang tuanya menurun pada anak-anaknya hingga tampak tampan dan cantik, iya benar putra mahkota ternyata setampan itu. 

penulis novel ini benar benar berbakat dalam menciptakan karakter, tokoh utama laki-laki bahkan sampai setampan itu, bagaimana dengan tokoh utama perempuannya? sean semakin tidak sabar melihatnya. 

Where is the main character? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang