8

265 46 24
                                    

Happy reading!!

Kau mungkin menyadari bahwa aku benar-benar menghindarimu.
Jadi aku minta tolong padamu, berhenti saja disini.
Cinta kita tidak lagi sama, aku berpikir ribuan kali dan kita tidak bisa kembali bersama.
Cinta yang kau sebutkan dan cinta yang aku rasakan adalah sisa, yang akan menguap jika kita bertahan untuk saling melupakan.
Ini tidak seperti aku harus pindah Kondo atau kau yang pindah Kondo, tapi mari hidup terpisah seperti yang kau inginkan.
Aku merindukanmu tapi melihatmu selalu membuatku ingin marah, itu tidak baik. Aku sudah terluka, dan kau pun sama. Aku tidak mau terluka lagi, jadi mari belajar menjauh satu sama lain.
Ini juga sulit untukku, mencintaimu dua tahun ini sangat menyenangkan, entah berapa lama aku bisa melupakan semuanya. Cintamu, luka yang kau berikan, dan segalanya.

Impiamu harus dilanjutkan. Sejujurnya aku tidak tertarik untuk membangun rumah bersama, tapi karena kau menginginkannya jadi aku melakukannya.
Tabungan itu milikmu, aku menggunakan identitasmu.
.
.
.
.

First kembali ke kondonya pagi ini, terlihat isi kamar yang jauh lebih rapi dari kemarin.
First melihat banyak sekali perubahan, dan barang-barang Khaotung sudah tidak ada lagi di kamarnya.
Pun di ruang tengah, dapur, bahkan isi kamar mandi.
Biasanya disana ada dua sikat gigi, dua merk pencuci wajah dan dua handuk kecil dengan warna Oren dan hitam, kini hanya ada handuk hitam yang tergantung disana.

Cukup lama First berdiam diri dalam kamar mandi itu, menghadapi dirinya di cermin seolah menyakinkan dirinya bahwa dia melakukan yang seharusnya dilakukan.
Cintanya pada diri sendiri harus lebih besar dari cintanya pada Khaotung, First harus lebih bisa menghargai dirinya dan berhenti bersikap baik-baik saja padahal semua yang Khaotung lakukan adalah memberi luka.

Tapi walaupun dia yang memutuskan ikatan mereka dan dia yang memutuskan untuk tidak memberi kesempatan, tetap saja First juga terluka karenanya.
Dia sudah terluka oleh Khaotung, dan harus terluka lagi karena perpisahan yang sebenarnya tidak pernah dia bayangkan selama ini.
Kenapa Khaotung harus seperti itu?
Kenapa dia begitu mencintai Khaotung sampai rasanya seperti dia yang diputuskan?

Dan semuanya menjadi semakin sulit dihadapi saat First melihat sarapan yang dibuat Khaotung di dalam kulkasnya.
Kertas note yang meminta First menghangatkannya lagi, dan kertas note lan yang memberitahu First bahwa dia sudah membereskan semua barangnya di kamar First.
Baik, sudah berakhir.
Khaotung menyerah, dan semuanya berjalan sesuai keinginan First.

First terlihat frustrasi, ia bawa kertas note berisi ucapan selamat tinggal dari Khaotung itu ke meja makan kemudian menutup kedua matanya dengan kepala mendongak, mencegah airmatanya untuk turun ke pipi.

"Kau melakukannya yang seharusnya dilakukan, kerja bagus."

Hanya itu yang bisa First ucapkan untuk menguatkan dirinya sendiri.

-----

Setelah mandi dan makan sarapan terakhir yang disiapkan oleh Khaotung itu, First langsung pergi ke kantor dengan outfit lebih formal. Biasanya First datang dengan pakaian santai jika ke kantor, tapi kali ini ia kembali dengan setelan jas dan tas laptop dipunggungnya.

Wajah dinginnya kembali terlihat saat menunggu Lift, sudah cukup juga dia menangisi Khaotung di Kondo.
Kembali dengan sikap tidak perdulinya, untuk ia tunjukkan pada Khaotung bahwa dia benar-benar yakin ingin berpisah darinya di sesi rapat nanti.
Kali ini, rapat itu akan dilakukan di lantai 6 tapi First memiliki urusan lebih dulu dengan Fei.

"Senior First, kapan kau akan pergi ke lantai 6?"

First langsung disambut oleh Nana yang kebetulan sedang dilorong menuju ruangannya.

Love In The Office [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang