Chapter 6: Cahaya di Tengah Gelap
Hari-hari berlalu dengan lambat, penuh dengan ketidakpastian.
Haechan dan para member NCT DREAM menunggu hasil tes medis dengan hati yang berdebar. Selama waktu ini, suasana dorm terasa lebih tenang dari biasanya. Setiap orang mencoba memberikan dukungan terbaiknya kepada Haechan, tapi mereka semua tahu bahwa menunggu adalah bagian yang paling menyiksa.
Di tengah situasi ini, Mark, yang juga bagian dari NCT DREAM meskipun sibuk dengan aktivitas bersama NCT 127, memutuskan untuk kembali ke dorm. Mark adalah sosok yang dihormati dan dikagumi oleh semua member, terutama oleh Haechan. Bagi Haechan, Mark adalah kakak sekaligus teman yang selalu bisa diandalkan.
Kehadiran Mark di saat seperti ini adalah sesuatu yang sangat diharapkan.Suatu sore, ketika semua member NCT DREAM sedang beristirahat di ruang tengah, pintu dorm terbuka, dan Mark muncul dengan senyum hangat di wajahnya. Melihat Mark, semua member langsung berdiri, menyambutnya dengan pelukan dan sapaan penuh kegembiraan.
“Haechan!” seru Mark dengan semangat sambil merangkul Haechan dalam pelukan erat. “Aku dengar kau sedang tidak enak badan. Aku langsung ke sini setelah selesai jadwal.”
Haechan, yang merasa lebih baik hanya dengan kehadiran Mark, mencoba tersenyum. “Hyung, terima kasih sudah datang. Aku baik-baik saja,” jawabnya dengan nada ceria, meskipun semua orang tahu itu adalah usaha untuk menenangkan Mark.
Mark menatap Haechan dalam-dalam, seolah-olah mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ia melepaskan pelukan, lalu meraih bahu Haechan. “Kau tidak perlu berpura-pura di depanku, Haechan. Aku tahu ini bukan sesuatu yang ringan. Tapi, aku di sini untukmu, untuk kita semua.”
Kehangatan yang ditunjukkan oleh Mark membuat Haechan merasa sedikit lebih kuat. Ia tahu bahwa Mark adalah sosok yang selalu memberinya inspirasi dan kekuatan. Di dalam hatinya, Haechan merasa bersyukur bahwa Mark selalu ada di sampingnya, terutama di saat-saat seperti ini.
Renjun, yang duduk di dekat mereka, tersenyum melihat interaksi itu. Ia tahu betapa pentingnya kehadiran Mark bagi Haechan, dan ia merasa lebih lega karena sekarang ada lebih banyak dukungan yang bisa diberikan kepada sahabatnya.
“Mark hyung, kami semua sangat khawatir dengan kondisi Haechan,” kata Renjun dengan nada tenang. “Tapi kami mencoba untuk tetap kuat dan saling mendukung.”
Mark mengangguk, memahami sepenuhnya situasi yang dihadapi. “Kalian sudah melakukan yang terbaik, dan aku sangat bangga pada kalian semua. Sekarang, mari kita hadapi ini bersama-sama. Apa pun hasilnya nanti, kita akan melaluinya bersama.”
***
Malam itu, setelah makan malam sederhana yang diisi dengan obrolan ringan dan tawa yang lebih tulus, para member berkumpul di ruang tengah untuk membicarakan langkah selanjutnya. Mark, yang dikenal sebagai sosok pemimpin meskipun tidak selalu berada di samping mereka, mengambil inisiatif untuk memastikan Haechan merasa nyaman dan didukung.
“Kita harus memastikan Haechan tahu bahwa kita semua ada di sini untuknya,” kata Mark dengan tegas. “Tidak peduli apa yang terjadi, kita akan melalui ini bersama-sama.”
Semua member setuju dengan semangat yang ditunjukkan oleh Mark. Mereka tahu bahwa kata-kata dan tindakan mereka sangat berarti bagi Haechan, terutama sekarang.
“Hyung, aku takut,” kata Haechan pelan, suaranya hampir tak terdengar. “Aku tidak tahu apa yang akan terjadi, dan itu membuatku sangat takut.”
Mark duduk di sebelah Haechan, merangkul bahunya dengan lembut. “Kau tidak sendirian, Haechan. Ketakutan itu wajar, tapi ingatlah bahwa kita semua ada di sini untukmu. Kita adalah keluarga, dan keluarga selalu saling mendukung.”
Air mata menetes di sudut mata Haechan, tetapi ia tidak merasa malu. Di hadapan sahabat-sahabat yang ia anggap sebagai keluarga, Haechan merasa bebas untuk mengekspresikan semua perasaan yang ia pendam selama ini. Dengan Mark di sisinya, ia merasa lebih kuat, lebih siap untuk menghadapi apa pun yang akan datang.
***
Beberapa hari kemudian, hasil tes medis Haechan akhirnya keluar. Semua member berkumpul di ruang tamu, menunggu dengan tegang ketika manajer mereka membaca hasil tersebut.
“Ini adalah situasi yang serius,” kata manajer mereka dengan nada hati-hati. “Dokter menemukan kondisi yang memerlukan perhatian medis lebih lanjut. Namun, dengan perawatan yang tepat, ada harapan untuk pemulihan.”
Haechan menundukkan kepala, merasa terpukul dengan kenyataan ini. Namun, sebelum ia bisa benar-benar terpuruk dalam ketakutannya, ia merasakan tangan-tangan sahabatnya yang merangkulnya, memberikan dukungan yang ia butuhkan.
“Kita akan melalui ini bersama,” kata Mark dengan tegas, memecah keheningan. “Ini bukan akhir dari segalanya, Haechan. Kau memiliki kami, dan kami akan berjuang bersamamu.”
Para member yang lain mengangguk setuju, memperlihatkan tekad yang sama kuatnya. Tidak ada yang berkata-kata lebih banyak, tapi kehadiran mereka di sekitar Haechan sudah cukup untuk menyampaikan pesan bahwa apa pun yang terjadi, mereka akan tetap bersama.
Dengan dukungan yang begitu besar, Haechan merasakan kekuatan baru yang mengalir dalam dirinya. Meskipun ketakutan masih ada, ia tahu bahwa ia tidak akan menghadapi ini sendirian. Bersama-sama, mereka akan menemukan jalan keluar dari kegelapan ini, dan menemukan kembali cahaya yang sempat memudar.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
senyum trakhir haechan{END}
Short StoryHaechan, vokalis utama NCT Dream yang dikenal dengan pesonanya dan senyumnya yang menawan, menyimpan rahasia kelam. Di balik cangkang ceria dan humornya, ia menyimpan luka mendalam yang tak pernah terungkap. Sebuah penyakit mematikan perlahan mengge...