chap 4

81 16 1
                                    

Chapter 4: Tangan yang Tak Terlihat

Hari-hari berlalu, dan situasi Haechan tidak membaik. Meski mencoba untuk tetap tersenyum di depan para member, Renjun dan yang lainnya dapat merasakan bahwa ada sesuatu yang salah. Setiap hari, Haechan tampak semakin lelah dan sering menarik diri dari aktivitas grup. Para member NCT DREAM, terutama Renjun, semakin khawatir.

Suatu hari, setelah sesi latihan yang melelahkan, Haechan terlihat lebih pucat dari biasanya. Ketika semua member berkumpul di ruang istirahat untuk makan malam, Haechan hanya duduk di sudut, memandang makanan di depannya tanpa nafsu makan. Renjun, yang duduk di sebelahnya, menyadari ini.

"Haechan, kau tidak makan?" tanya Renjun dengan nada lembut, mencoba untuk tidak membuat suasana semakin berat.

Haechan tersenyum lemah, menggeleng pelan. "Aku tidak terlalu lapar, hyung."

Renjun mengerutkan kening, tapi sebelum ia sempat berkata lebih jauh, Jeno, yang duduk di seberang mereka, angkat bicara.

"Kau butuh makan untuk menjaga energimu, Haechan," kata Jeno, suaranya sedikit keras, mencerminkan kekhawatirannya. "Kita semua bisa melihat kau semakin lelah akhir-akhir ini."

Chenle dan Jisung, yang duduk di sebelah Jeno, menatap Haechan dengan cemas. "Benar, hyung. Kami semua khawatir padamu," tambah Chenle, yang biasanya ceria, kini terlihat serius.

Haechan hanya menunduk, tak mampu menjawab. Di dalam hatinya, ia tahu bahwa teman-temannya benar, tapi rasa lelah dan ketidakpastian yang ia rasakan membuatnya sulit untuk menanggapi dengan jujur. Ia tidak ingin membuat mereka khawatir, namun semakin hari, semakin sulit baginya untuk menyembunyikan kenyataan.

Jaemin, yang duduk di ujung meja, tiba-tiba berdiri dan mendekati Haechan. Dengan pelan, ia duduk di sebelahnya dan meraih tangannya.

"Haechan, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Jaemin, suaranya penuh dengan kepedulian. "Kami semua di sini untukmu, apa pun yang sedang kau hadapi, kau tidak perlu menghadapinya sendirian."

Air mata hampir mengalir dari mata Haechan, tapi ia menahannya. Ia tidak ingin terlihat lemah di depan teman-temannya. "Aku baik-baik saja, sungguh," jawabnya, tapi suaranya terdengar goyah.

Renjun, yang sejak tadi memperhatikan dengan cermat, merasa ini adalah momen yang tepat untuk mendesak Haechan agar membuka diri. Ia meletakkan tangannya di bahu Haechan, menambahkan dukungannya.

"Kami tahu kau tidak baik-baik saja, Haechan," kata Renjun dengan nada penuh perhatian. "Kami bisa melihatnya, merasakannya. Kau tahu kami semua mencintaimu, bukan? Apa pun itu, kami akan menghadapinya bersama."

Pada titik ini, Haechan tidak bisa lagi menahan perasaannya. Ia menunduk, menyembunyikan wajahnya di balik tangannya yang gemetar. Semua member NCT DREAM terdiam, menunggu Haechan berbicara, memberikan dia ruang untuk merasakan emosi yang selama ini ia pendam.

"Aku… aku takut," gumam Haechan akhirnya, suaranya terdengar putus asa. "Aku takut ada yang salah dengan kesehatanku. Aku merasa lelah sepanjang waktu, tapi aku tidak ingin membuat kalian khawatir…"

Mendengar pengakuan ini, hati semua member NCT DREAM terasa perih. Mereka semua bergerak lebih dekat, membentuk lingkaran di sekitar Haechan, menunjukkan bahwa mereka ada di sana untuknya.

"Kau tidak perlu menyembunyikan apa pun dari kami," kata Jeno, suaranya penuh tekad. "Kita akan cari tahu apa yang salah dan memperbaikinya bersama-sama."

"Aku setuju," tambah Jaemin. "Tidak peduli apa yang terjadi, kita adalah satu tim, satu keluarga."

Haechan mengangguk pelan, merasa sedikit lebih ringan setelah mengungkapkan perasaannya. Ia tahu bahwa meskipun jalan di depannya mungkin akan sulit, ia tidak akan menghadapinya sendirian. Dengan dukungan dari teman-temannya, Haechan bertekad untuk menjalani pemeriksaan medis yang diperlukan dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya.

Pada malam itu, ketika mereka semua akhirnya beristirahat di kamar masing-masing, suasana di dorm terasa berbeda. Ada rasa solidaritas yang kuat, sebuah ikatan yang semakin erat. Meski Haechan belum tahu apa yang menantinya, ia merasa lebih tenang mengetahui bahwa ia memiliki sahabat-sahabat yang selalu siap mendukungnya, apa pun yang terjadi.

---

senyum trakhir haechan{END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang