Pagi ini entah kenapa Dikara begitu semangat datang ke kampus, setelah pertemuan nya tadi malam dengan melody yang kedua kalinya. Wajah melody selalu hadir di kepala Dikara.Dia sedikit bingung dengan apa yang di alami saat ini, bahkan Dikara berfikir bahwa dirinya gila karena terus terbayang senyum dan wajah melody.
" Kayaknya, gue beneran gila deh! Masa tuh cewek nongol terus sih." Gumamnya sambil mengendarai motor membelah jalan raya.
Sesampainya di tempat parkir kampus, Dikara langsung memarkirkan motor nya. Saat dia turun dari motor dan membuka helm, banyak perempuan yang kebetulan lewat dan berada di pikiran saling berbisik membicarakan ke tampan Dikara.
Bahkan, ada juga mengucapkan nya secara lantang.
" Busett!! Kak Dikara kalo udah lepas helm damage nya gak main-main."
" Beruntung banget cewek yang di bonceng kak Dikara."
" Mau jadi pacar kak Dikara..."
Dan banyak lagi perempuan yang mengatakan kagum pada ketampanan Dikara. Tapi Dikara tidak pernah memperdulikan celotehan-celotehan itu.
Kali ini tujuan nya adalah ke kelas, hari ini Dikara tidak berlatih piano di aula musik. Karena kebetulan hari ini dia ada mata kuliah pagi.
Dikara mendudukkan pantatnya di bangku, sambil menunggu guru datang Dikara mengambil earpod yang ada di dalam tas dan memasang nya ke telinga. Sambil melihat keluar jendela dengan pemandangan taman yang begitu menyejukkan di iringi musik.
namun saat Dikara tengah menikmati musik yang di putar dan menikmati pemandangan di jendela.
Tiba-tiba saja Argan datang dan langsung melepaskan earpod Dikara dari telinga nya. Sontak saja Dikara langsung menatap tajam Argan.
" Apa?" Ujar Argan dengan muka tengil. Dia tahu jika Dikara saat ini tengah kesal karena ulah nya, dia sengaja menganggu Dikara karena ada sesuatu yang harus dia pastikan.
" Btw, gue denger loe dapet tawaran lanjutin study ke luar negeri ya?" Tanya Argan sambil duduk di bangku samping Dikara.
Awalnya Dikara tidak memperdulikan kehadiran Argan di samping nya, apalagi setelah dia membuat kesal dirinya. Tapi saat sang sahabat mengatakan itu, Dikara langsung menoleh menatap Argan.
" Kabar itu udah kesebaran di kampus ini," Ujar Argan. Dia tahu arti dari tatapan Dikara.
Dikara kadang heran sama lambeh turah di kampus ini, bagaimana bisa dia tahu kabar terbaru di kampus ini dengan cepat. Padahal dia tidak mengatakan hal ini ke siapa pun, gak mungkin juga bapak rektor mengatakan kabar ini pada mahasiswa lainnya.
" Kalo lo udah tau, kenapa nanya lagi?" Jawab Dikara.
" Gue cuman mastiin kabar ini dari orang nya langsung," Jawab Argan sambil berdecak kesal. Berhadapan dengan Dilara memang harus punya stok kesabaran seluas samudera.
Sedangkan di kelas lain, melody baru saja sampai dengan muka yang pucat dan lesu. Hari ini dia memang sedikit bangun terlambat, karena tiba-tiba badan nya terasa begitu sakit dan kepalanya sedikit pusing. Mungkin karena dia sering pulang larut malam.
Saat melihat Melody datang, Reva langsung berteriak memanggil nama sang sahabat. Dia sudah tidak sabar mengatakan gosip terhangat di kampus ini.
" Melody! " Panggil Reva.
Melody hanya tersenyum tipis saat sang sahabat memanggil dirinya, sambil berjalan menuju tempat duduk.
Reva sedikit bingung saat melihat respon Melody yang tak bersemangat.
" Mel, loe tau gak? Ada gosip hangat tentang kak Dikara," Melody hanya mengelengkan kepalanya, dia memang tidak tahu tentang hal itu.
" Lo tau kak Dikara dapet tawaran lanjutin study di luar negri sambil mengikuti kompetisi chopin." Ujar Reva dengan semangat. Dia sangat kagum dengan kepintaran Dikara karena bisa mengikuti kompetisi piano bergengsi di dunia.
" Hmmm." Jawab Melody singkat. Sama hal nya dengan Reva, melody juga kagum dengan Dikara.
Siapa sih, yang tidak tahu kompetisi tersebut. Kompetisi bergengsi yang akan memunculkan karir untuk para pemenang nya, dan akan di buatkan konser musik untuk pemenang tersebut.
Setelah mendengar gosip tersebut, melody langsung merebahkan kepalanya di atas meja dan menjadikan kedua tangannya sebagai bantalan.
Melihat sang sahabat yang tak memiliki semangat, Reva sedikit khawatir karena ini jarang terjadi pada Melody.
" Mel? Lo kenapa? " Tanya nya.
" Gak papa, gue cuman mau istirahat bentar."
" Bohong! Coba sini gue cek," Reva langsung menempelkan telapak tangannya pada kening melody dan benar saja, suhu tubuh sang sahabat begitu panas.
" Lo demam, mel." Ujarnya dengan nada khawatir.
" Nanti juga sembuh kok, di bawa tiduran bentar." Jawab melody santai sambil memjamkan matanya.
Reva hanya menghela nafas pasrah, dia sudah hafal dengan watak sang sahabat jika sudah sakit seperti ini. Melody sangat susah untuk di ajak berobat.
" Gue bilang juga apa? Lo tuh terlalu memforsir tenaga, kalo di tempat kerja ada yang gak masuk gak usah lo gantiin juga. Badan lo juga butuh istirahat mel," Omel nya.
Akhirnya melody bisa mengikuti semua pelajaran di kampus, meskipun kondisinya sedang demam tapi dia masih bisa fokus pada penjelasan dosen.
Melody langsung keluar dari kelas untuk pulang, sebenarnya Reva sempat menawarkan diri untuk mengantar dirinya. Namun dia menolak dengan halus, karena dia tidak ingin merepotkan sang sahabat. Apalagi tadi dia dengar Reva harus pulang cepat oleh ayahnya.
Dia berjalan menuju ke tempat parkir untuk mengambil motornya, namun saat sudah sampai melody hampir saja jatuh karena Kepala nya tiba-tiba pusing.
Untuk saja ada yang memegangi bahunya, jadi dia tidak sampai jatuh. Saat melihat ke samping dia terkejut siapa yg membantu dirinya.
" Kak dika! " Melody langsung menjauh dari Dikara. Hingga tangan Dikara yang ada di pundak nya langsung terlepas.
" Lo demam?" Tanya Dikara.
Saat memegang bahu melody, Dikara bisa merasakan suha badan melody yang sangat panas.
Melody langsung menggelengkan kepala sambil tersenyum," Gak kok."
" Lo pikir gue anak kecil yang gampang di bohongin," Ucap Dikara.
Saat melody ingin mengatakan sesuatu, Tiba-tiba saja tangan nya langsung di tarik Dikara.
Dikara bingung pada dirinya sendiri, kenapa dia membawa melody ke motor nya. Dikara memberikan helm cadangan nya pada melody, namun melody hanya diam mematung. Karena tidak ada pergerakan dari sang pemilik nama, Dikara terpaksa memakaikan helm itu pada melody.
Melody langsung tersadar dan memakai helm itu sendiri.
" Naik!" Titah Dikara.
" Tapi kak, aku bawa motor sendiri. Lagian kenapa kakak ajak aku ke sini?" Tanya melody.
" Lo mau kecelakaan, naik motor dalam keadaan sakit kaya gitu." Baru kali ini melody melihat Dikara berbicara panjang.
" Buruan, naik!" Terpaksa melody menuruti kata- kata Dikara.
Sepanjang perjalanan, melody banyak merenungi perlakuan Dikara padanya. Selain itu dia juga memikirkan bagaimana nasib motor nya jika di pulang bersama Dikara. Masa dia harus kekampus lagi untuk mengambil motor tersebut.
Dia juga bingung dengan sikap Dikara, banyak rumor di kampus yang mengatakan Dikara itu sangat dingin dan jarang peduli dengan orang lain.
*****

KAMU SEDANG MEMBACA
DIKARA MELODY
Acak" sakit pa!, " Dikara kecil meraung memohon agar ARKATAMA menghentikan semuanya. Namun sayangnya, Arkatama mengabaikan raungan sang anak. Dia melirik sekilas ke arah Dikara kemudian matanya mengarah ke alat yg sangat dia benci. Jika Arkatama membe...