Jam sudah menunjukkan 8 malam, namun tidak ada rasa lelah yang tergambar di wajah Melody. Dia begitu semangat melayani para pelanggan yang datang, mungkin karena kepuasan para pelanggan atas kerja keras melody yang membuat rasa lelah nya hilang.Melody sedikit bingung saat mengantarkan pesanan banyak pelanggan yang bertanya kenapa musiknya belum mulai. Sedangkan dirinya juga tidak tau kapan jadwal live musik itu.
" Mbak, kenapa libmve musik nya belum mulai? Biasanya gak pernah telat kayak gini," Tanya salah satu pelanggan.
" Saya kurang tau, mbak. Nanti saya tangakan ya," Ucap melody sambil tersenyum ramah.
Setelah mengantarkan makanan tersebut melody langsung menuju ke dapur dia ingin bertanya pada Lira, mungkin Lira tau kenapa live musik nya belum mulai.
" Tumben banget live musik nya belum mulai?" Tanya Aldo pada Lira. Aldo adalah partner kerjanya di dapur.
Saat ini mereka berdua tengah istirahat sebentar, setelah membuat berbagai menu makanan yang di pesan para pelanggan. Karena ini weekend, jadi pengunjung cafe jauh lebih banyak dari hari biasanya.
" Iya, tumben banget tuh anak belum dateng. Biasanya dia selalu datang on time," Jawab Lira dan di balas anggukan oleh Aldo.
Saat mereka sedang mengobrol, Tiba-tiba melody datang dengan nampan berisi piring kotor di tangan nya.
" Ra, itu anak baru yang lo maksud?" Tanya Aldo saat melihat melody mendekat ke arah mereka.
" Iya."
" Melody, sini.." Panggil Lira pada melody.
Merasa namanya di panggil, melody langsung menghampiri Lira yang tengah duduk bersama seorang cowok. Dari seragam yang di pakai sepertinya mereka berdua patner kerja.
" Ada apa kak?"
" Istirahat dulu sebentar, tadi kakak lihat kamu bolak balik terus dan belum sempat istirahat," Ucap Lira.
" Nanti aja deh, kak. Di luar lagi banyak pelanggan gak enak kalau di tinggal," Tolak Melody.
" Ya udah terserah kamu aja, nanti kalo pengunjung nya udah lumayan sepi jangan lupa istirahat gantian sama yang lainnya," Ucap Lira dan di balas anggukan oleh melody.
" Oh ya, kenalin mel. Partner kakak di dapur, namanya Aldo," Ucap Lira memperkenalkan Aldo yang duduk di samping nya.
Saat Lira menyebut namanya, Aldo langsung tersenyum ke arah Melody sambil mengulurkan tangan ke depan Melody.
" Aldo."
" Melody, kak." Jawab melody menjabat tangan Aldo sambil tersenyum ramah.
Aldo merasa dunianya berhenti seketika, saat melihat senyuman Melody yang begitu manis. Saking terkesima nya, Aldo samapai lupa melepaskan tangan Melody.
Sadar jika Melody merasa tidak nyaman, Lira langsung menepuk bahu Aldo untuk melepaskan tangan Melody.
" Lepasin, do. Kasian tuh anaknya gak nyaman," Ucap Lira menyadarkan Aldo.
Aldo tersenyum malu dan langsung melepaskan tangan Melody sambil meminta maaf.
" Sorry." Melody hanya menjawabnya dengan anggukan.
Setelah perkenalan sebentar itu Melody kembali ke depan untuk melanjutkan pekerjaannya. Saat ingin keluar dari dapur Melody teringat akan salah satu pertanyaan pelanggan.
" Oh iya, kak. Emang di sini suka ada live musik ya?" Tanya Melody.
" Iya mel. Kenapa emang nya?"
" Soalnya tadi ada pelanggan yang nanya kenapa live musiknya belum juga mulai," Jelas Melody.
" Barusan kakak juga ngobrolin itu sama Aldo, emang gak biasanya si Al belum datang."
" Apa mungkin hari ini dia ambil cuti ya," Ucap Aldo tiba-tiba.
" Gak mungkin, orang gue gak denger dia bakal izin."
Saat mereka tengah membicarakan Dikara, tiba-tiba saja terdengar alunan piano yang begitu indah.
Ntah mengapa Melody seperti tidak asing dengan permainan piano tersebut, tapi dia juga tidak bisa menebak begitu saja. Karena suara merdunya baru pertama kali dia dengar.
" Nah, itu dia orang nya nongol," Kata Lira saat mendengar suara alunan piano.
" Kayaknya emang dia telat deh dateng nya," Sambung Aldo.
" Kalau gitu, melody balik ke depan ya." Pamitnya dan di balas anggukan oleh Lira dan Aldo.
Saat Melody keluar dari dapur, atensi nya langsung tertuju pada piano yang di sediakan cafe ini. Piano itu berada di pojok dan Melody bisa melihat siluet seorang cowok yang sedang bermain piano, karena lampu tempat live musik memang di buat redup dia jadi tidak bisa melihat dengan jelas siapa cowok tersebut, apalagi dia menggunakan masker untuk menutupi wajahnya.
" Kenapa harus pake masker segala, sih." Kesalnya.
Rasa penasaran Melody begitu membara, dia ingin tahu siapa cowok itu. Saat sedang memperhatikan cowok tersebut, Tiba-tiba saja seorang pelanggan memanggilnya hingga menyadarkan dirinya.
" Ck, sebenarnya gue penasaran banget sama orang itu. Tapi berhubungan ada pelanggan gue yang manggil gue harus kembali kerja nih."
" Suara nya merdu banget, permainan piano nya juga bagus."
Melody kembali mengerjakan tugasnya sebagai seorang waiter, dia tidak mau karena rasa penasaran membuat nya keluar dari tempat kerja ini.
Karena perdebatan antara dia dan sang ayah membuat Dikara terlambat datang ke cafe. Untung saja manager cafe memaafkan keterlambatan nya, karena ini juga kali pertamanya Dikata datang terlambat.
Tampa membuang waktu, Dikara langsung menuju live musik yang sudah di sediakan. Di sini dia tidak hanya memainkan piano, Dikara juga kadang bernyanyi sesuai permintaan lagu dari para pelanggan yang datang.
" Ayo Dika, lo harus lupain semuanya." Ujarnya sebelum memulai memainkan piano.
Bohong jika dia baik-baik saja malam ini, apalagi setelah mendengar kata-kata sang ayah. Sebenci itu kah, sang ayah dgn impiannya?
Andai saja dia tidak ketiduran, mungkin Dikara tidak akan mendengar kata-kata menyakitkan seperti itu. Dikara memang sudah terbiasa mendengar kata-kata seperti itu dari Arkatama, Tapi ntah mengapa kali ini dia bener sudah tidak tahan mendengar semuanya.
Saat Dikara tengah memainkan piano sepasang mata menatap dia dari kejauhan dengan penuh damba. Bahkan bibir terus membentuk lekungan kala melihat dikara bermain piano.
" Ck... Sadar woy! Tuh liat ada pelanggan." Ujar salah satu karyawan.
Tania langsung berdecak kesal, karena sudah mengganggu dirinya menikmati ciptaan Tuhan paling tampan.
" Apasih, lo! Ganggu orang lagi happy aja." Jawab nya dengan nada kesal.
" Lo gak liat! Di depan ada pelanggan yang mau bayar tuh. Makanya kerja yang benar," Ujarnya kemudian meninggal Tania begitu saja.
Mendengar kata pelanggan Tania langsung melihat ke depan dan ternyata benar ibu-ibu yang tengah berdiri menatap dirinya sambil geleng-geleng kepala. Muka Tania langsung berubah yang tadinya kesal langsung tersenyum, dia tidak mau pelanggan tersebut protes dan mengadukan kinerjanya pada sang paman.
Karena jika hal itu terjadi, dia bisa langsung di kirim ke desa. Dan Tania tidak mau hal itu terjadi, dia sudah nyaman tinggal di kota.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIKARA MELODY
Sonstiges" sakit pa!, " Dikara kecil meraung memohon agar ARKATAMA menghentikan semuanya. Namun sayangnya, Arkatama mengabaikan raungan sang anak. Dia melirik sekilas ke arah Dikara kemudian matanya mengarah ke alat yg sangat dia benci. Jika Arkatama membe...