Diary 7

65 18 2
                                    

Sebuah taksi berhenti tepat di pelataran gedung besar bertuliskan Nareksa Hotel Group yang mana merupakan kantor utama dari bisnis hotel yang Ayah Mada bangun kurang lebih dua puluh delapan tahun yang lalu.

Bunda Riana yang notabenenya menumpangi taksi tersebut pun segera membuka pintu taksi yang mana membuat eksistensinya disadari sepenuhnya oleh satpam kantor yang berjaga di dekat pintu utama. Satpam tersebut pun segera berlarian kecil menghampirinya dan memegangi pintu taksi. Tentu saja karena satpam tersebut tahu bahwa penumpang taksi tersebut adalah istri dari CEO kantor tersebut.

"Selamat siang Ibu Andriana" sapanya dengan ramah begitu Bunda Riana keluar dari taksi.

Bunda Riana pun langsung melemparkan senyuman ramahnya pada satpam tersebut yang memang sudah bekerja cukup lama di kantor ini. Bukan saja mengenal dirinya sebagai istri Ayah Mada, pun juga mengenali anak-anak Ayah Mada.

Bunda pun menyampirkan tas selempangnya di bahu kirinya sementara tangan satunya sibuk menjinjing sebuah plastik putih berlogokan toko kue milik Mommy Nadia. Setelah taksi yang ia tumpangi tadi pergi, Bunda menoleh ke arah bangunan besar yang berdiri kokoh dihadapannya.

Dulu saat awal-awal berdirinya usaha Ayah Mada sampai sebelum Bunda Riana melahirkan Angkasa, Bunda Riana sering sekali berkunjung ke kantor Ayah Mada, namun semakin bertambahnya usia pernikahannya dengan Ayah Mada, Bunda Riana sudah sangat jarang berkunjung ke kantor tersebut. Entah karena alasan mengurus rumah mengingat Bunda tidak pernah sekalipun memperkerjakan ART, atau fokus menjaga Angkasa selepas kejadian traumatik yang menimpanya.

Yang jelas alasan itulah yang kemungkinan besar membuat Bunda merasa sedikit asing dan kagum saat melihat kembali kantor yang didirikan oleh Ayah Mada tersebut. Meskipun memang sih masih kalah megah jika dibandingkan dengan Hotel Nareksa di sebelah kantor tersebut yang notabenenya terdiri dari belasan lantai tersebut.

Menurutnya, kantor tersebut terlihat jauh lebih megah dan mewah dari terakhir kali Bunda lihat. Khususnya dibagian depan kantor. Bunda merasa ada beberapa perubahan di bagian tersebut. Di mana sekarang area tersebut terlihat lebih sejuk. Sepertinya Ayah Mada sengaja memberikan sentuhan asri, persis seperti yang pernah direncanakan Ayah Mada sebelumnya.

Ayah Mada memang pernah memberitahu Bunda kalau ia berniat merenovasi kantornya. Selain karena perlu perbaikan gedung yang usianya bahkan lebih tua dari usia Angkasa, Ayah Mada juga ingin memberikan suasana yang baru untuk kantornya. Dia berencana memberikan sentuhan asri dan modern untuk kantornya. Sehingga setelah berkonsultasi dengan Dhanu, akhirnya renovasi pun dilaksanakan. Dan tepat beberapa bulan sebelum Ayah menerima projek di Bali, renovasi kantor telah selesai dilaksanakan.

Dan ini adalah kali pertama Bunda mendatangi kantor Ayah Mada pasca renovasi.

"Mas Madanya ada di kantor engga ya Pak? Saya ke sini nggak ngabarin beliau dulu soalnya"

Satpam tersebut pun langsung menganggukkan kepalanya dengan tegas, "ada Bu. Bapak ada di dalam. Mari Bu masuk"

Bunda Riana melemparkan senyuman manisnya lalu dia pun berjalan di belakang satpam tersebut yang seolah mengarahkan dirinya memasuki kantor tersebut. Satpam itu bahkan membukakan pintu untuk Bunda Riana dan mempersilahkan dirinya masuk. Benar-benar memperlakukan Bunda dengan begitu baik.

"Tunggu sebentar ya Bu, saya tanyakan ke resepsionis dulu, takutnya Bapak sedang rapat di ruangan lain" katanya, begitu mereka menginjak area lobby kantor.

Bunda melemparkan senyuman manisnya seraya menganggukkan kepalanya pelan, membiarkan satpam tersebut berjalan ke depan meja resepsionis. Bunda tidak mau bersikap sok berkuasa dengan langsung datang ke ruangan Ayah Mada. Lagipula seperti yang dikatakan satpam tersebut, bahwa Ayah Mada belum tentu ada di ruangannya. 

[5] Everyday : Home Sweet HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang